Bab 10

968 124 18
                                    

Akan ada masanya semua hal menjadi indah, termasuk hubungan dua anak manusia yang dimulai dari pertemanan sekalipun akan bisa berakhir menjadi cinta dengan seiring berjalannya waktu.



Hari berlalu tetapi keresahan hati dua anak manusia tentang perasaan mereka masing-masing itu tidak kunjung juga berlalu. Justru semakin hari dua anak manusia itu semakin bertanya-tanya tentang perasaan mereka masing-masing.

"Mikir apa sih?"

Irene menoleh ke arah Aksara yang duduk di sisinya. Lelaki itu menyerahkan segelas coklat panas untuk Irene, yang tentu saja langsung diterima.

"Mas, aku boleh minta saran gak?"

Aksara mengangguk. Lelaki itu mengambil sisi kosong kursi ayun yang ada di tepi kolam renang milik Irene. Tatapannya berfokus pada Irene dengan ekspresi antusias menunggu cerita sang istri.

Irene menghela napas sebelum mulai berbicara.

"Temanku ada yang curhat beberapa hari yang lalu, tapi aku gak bisa kasih solusi."

"Masalah apa?"

"Temanku ini perempuan, dia punya sahabat laki-laki. Mereka sudah bersahabat lama, lebih dari 20 tahun kayanya mas. Lalu tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang aneh setiap kali dia dekat sama sahabatnya ini. Menurut kamu itu kenapa?"

"Hmmm..." Aksara bergumam, ekspresinya berpikir dengan serius, seperti seorang pelajar yang menghadap kertas ujian hanya untuk menjawab pertanyaan sang istri.

"Temen kamu jatuh cinta kayanya sama sahabatnya."

Irene diam. Lehernya terasa tercekat hingga tidak ada suara yang mampu keluar dari kerongkongannya saat mendengar jawabannya.

"Kok kamu bisa yakin mas?"

Aksara mengangkat pundaknya. "Pengalaman aja sih." Jawabnya datar dengan tatapan yang tiba-tiba berubah intens ke arah Irene, wanita yang sedang duduk di sampingnya. Tatapannya seolah mempertegas seseorang yang tersirat dalam jawaban Aksara.

Irene segera mengalihkan pandangannya, kembali di sesapnya coklat panas di mug yang berada di genggaman kedua tangannya dengan tatapannya yang tiba-tiba bergetar setelah mendengar penuturan Aksara.

Keheningan melanda hingga terpecahkan saat ponsel Aksara berdering.

"Hallo.." Aksara menekan tombol speaker setelah menyapa Putra, salah satu asisten pribadinya yang berada di seberang panggilan.

[Pak Aksara tidak kemari pak? Ini teman-teman tim sedang party setelah syuting terakhir pak.]

"Wrap up party? Bukannya belum ya?"

[Ini hanya tim dari AnD.Ent pak.]

Aksara menghela napas sembari melirik Irene.
"Nanti setelah ini kan masih ada konferensi pers dramanya sebelum tayang, belum lagi nanti episode terakhir kita pasti masih ada acara wrap up party  bersama seluruh pemain kan? Saya nggak ikut dulu."

[Setelah makan malam kami akan lanjut ke karaoke pak. Pak Mario sudah menolak ikut, masa anda juga menolak ikut pak? Anda kan bosnya pak, aktor utamanya pula.]

Aksara seketika menelan saliva saat mendengar kata karaoke. Sedangkan wanita di sampingnya sudah menghela napas dengan ekspresi seolah siap menghantam laki-laki bernama Putra yang berniat membawa suaminya ke karaoke.

"Nggak, saya di rumah aja kaya Mario. Udah kamu have fun aja sama anak-anak."

[Yah pak, padahal banyak perempuan-perempuan yang menanyakan keberadaan anda.]

Irene berdiri dari kursinya saat mendengar percakapan Aksara yang semakin membuat telinganya terasa panas.

"Nggak. Makasih. Saya tutup ya."

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang