Bab 38

1.1K 100 20
                                    

Fajar yang mulai menyingsing seolah menjadi pertanda bagi dua anak manusia yang saling berpelukan dalam lelapnya untuk segera terbangun.

Aksara, lelaki yang melingkarkan tangannya dengan sempurna di pinggang polos Irene tampak masih terlelap saat wanita di sampingnya sudah terlihat tersenyum tipis sembari menatap bagian dada Aksara yang terdapat beberapa bekas tanda kepemilikan yang Irene berikan semalam.

Melihat Aksara yang masih terlelap, Irene bergegas bangkit dari tidurnya sebelum tubuhnya kembali ditarik oleh laki-laki di sampingnya.

"Mau kemana?" Tanyanya dengan suara parau.

"Mau mandi. Habis ini Gia bangun."

Bukannya melepas pelukannya, Aksara justru semakin mengeratkan pelukan di tubuh polos sang mantan istri. "Sebentar saja, lima menit."

"Gia keburu bangun." Protes Irene tanpa berniat untuk melepaskan diri dari pelukan Aksara.

Aksara melonggarkan pelukannya. Tatapannya menatap lembut ke arah Irene sebelum mengecup bibir wanita di hadapannya yang terlihat lebih berisi setelah apa yang mereka lakukan semalam.

Tangannya bermain di anak rambut Irene yang terlihat sedikit berantakan di sisi kanan wajah Irene.

"Ayo kita urus pernikahan kita." Pinta Aksara dengan suara lembur, yang tentu saja mendapat respon senyuman lembut tanda setuju dari Irene.

"Bagaimana bisa kamu baru berpikir untuk mengurus pernikahan kita setelah apa yang kita lakukan semalam?"

Aksara mengangkat kedua pundaknya bersamaan. "Hanya naluri dari laki-laki yang merindukan istrinya, itu saja." Ucapnya mesra sebelum kembali memagut bibir Irene yang justru terlihat tertawa di sela-sela ciuman pagi mereka.

"Bisa aku dapat satu ronde?" Pinta Aksara setelah berhasil merubah posisi berada di atas tubuh telanjang Irene.

Irene hanya menghela napas lalu menggeleng. "Aku tidak mau berhenti di tengah jalan karena Gia bangun. Jadi menjauh dari tubuhku dan biarkan aku mandi."

"Ayolah sayang, ya? Sekali saja." Pintanya dengan tatapan memohon yang Irene tahu kalau Aksara sudah kembali turn on sekarang.

"Semalam masih cukup sakit mas." Ucapnya coba memberi pembelaan.

"Ya kan memang sudah lama." Elak Aksara sembari mendaratkan kecupan-kecupan ringan di pundak Irene.

"Tapi tunggu..." Ucapnya tiba-tiba sembari menghentikan aktivitas bibirnya juga secara tiba-tiba.

"Selama di Belanda kamu gak pernah ada rasa rindu gitu? Sama sekali?" Telisiknya curiga.

Irene hanya menghela napas lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Aksara. "Pernah, aku pernah merindukan aktivitas ranjangku, tetapi hanya sekali."

"Kapan?"

Irene memutar bola matanya. Ingatannya coba melayang mengingat kapan gejolak dalam dirinya pernah muncul hingga tidak bisa dia tahan.

"Di tahun ketiga perpisahan kita. Saat mas menemani Gia di rumah. Aku pernah mabuk lalu menginap di J-Hotel, disana aku melakukannya."

"Dengan Hans?" Protesnya tidak terima.

"Jangan gila mas! Emangnya aku mantan kamu yang bisa tidur sama laki-laki manapun?" Ujarnya kesal sembari mendorong tubuh Aksara agar menyingkir dari atasnya.

"Ya terus?"

"Pakai alat." Ucapnya singkat seraya berjalan menuju ke kamar mandi, meninggalkan Aksara yang sepertinya masih terperangah dengan jawaban Irene yang cukup diluar perkiraannya.

Best WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang