Kini aula luar istana sudah terisi penuh oleh para tamu undangan yang hadir, baik dari Kerajaan kerajan tetangga maupun bangsawan dan rakyat kerajaan Amoraxe.
Yah para rakyat juga dapat menyaksikan acara penobatan Aidan, biar bagaimana pun para rakyat juga harus tau bukan.
Semua tamu undangan saling berbisik membicarakan sosok pangeran yang akan dinobatkan tersebut, baik para bangsawan maupun para rakyat yang hadir sangat penasaran rupa pangeran baru mereka.
Hingga suasana yang tadinya ramai mendadak sunyi tak kala kedatangan Aidan, mereka semua yang hadir dibuat terdiam akan visual Aidan.
Aidan yang berjalan bergandengan tangan Arthur terlihat seperti dewi, pakaian yang berkibar tertiup angin dan surai putih yang bersinar terkena pantulan cahaya matahari membuat Aidan seperti sosok dewi yang turun dari langit, sangat cantik bahkan mereka ragu apa benar yang akan dinobatkan itu pangeran atau putri.
Aidan berjalan dengan mengangkat dagunya mengabaikan bisikan para tamu undangan, iris biru laut tersebut menatap sekumpulan pendeta berpakaian putih yang tersenyum kearahnya.
Arthur melepaskan genggaman tangannya didepan altar tempat penobatan akan dimulai, Aidan dengan perlahan menaiki anak tangga satu persatu, setiap langkah yang Aidan pijak keluar sedikit energi keemasan yang menyinari dirinya, meski samar bahkan hampir tak terlihat namun satu dari mereka semua yang berada diatas altar tersebut dapat melihatnya dengan jelas.
"Akhirnya hari ini pun tiba" gumam sosok tersebut.
Saat Aidan mencapai altar penobatan ia dibuat terkejut kala seorang wanita bergaun putih berlutut kepadanya, bukan cuma Aidan namun semua yang berada disana juga terkejut.
"Bruk"
"Saya memberi salam kepada dewa kehidupan. cahaya dalam kegelapan.terimalah salam dari hamba setia mu ini.. Wahai dewa Aqiel'leardo bintang kehidupan dunia" suasana yang tadinya masih terdengar suara bisikan kini mendadak sunyi.
Mereka semua menatap interaksi keduanya, ah lebih tepatnya Saintes Eliana Veronica Embiano, putri sulung keluarga Marquez Embiano. Saintes yang anti tunduk kepada siapapun dan kini mereka menyaksikan secara langsung Saintes agung yang sombong dan angkuh tersebut berlutut kepada Aidan.
Aidan diam membeku, ia menatap wanita cantik dibawahnya yang sedang berlutut. Otak kecilnya bekerja dengan cepat memproses apa yang sebenarnya terjadi, Aidan menatap sekelilingnya, ahh sial semua mata tertuju kepadanya dan itu membuatnya entah kenapa menjadi gugup.
"Ah-akh apa yang kau lakukan! Cepatlah berdiri heii! " Aidan sedikit panik, entahlah ia tak tau kenapa bisa wanita ini berlutut didepannya dan lebih parahnya lagi wanita tersebut mengetahui identitasnya! Bagaimana bisa padahal kekuatannya masih disegel!
"Saya tidak akan berdiri sampai anda mau menerima salam saya" Aidan yang mendengar itu tanpa basa basi langsung mengiyakan saja. "Ah baiklah aku terima salammu, sekarang bangun! " dan benar saja Eliana langsung bangun dari posisinya.
Kini keduanya saling adu pandangan, Aidan yang menatap Eliana dengan pandang takut karena identitasnya diketahui dan Eliana yang menatap ramah Aidan, hingga suara raja Theo menyadarkan mereka.
"Ekhm... Saintes apa bisa langsung dimulai saja acara penobatannya" Eliana tak menjawab dan mengabaikan ucapan Raja Theo, ia menggenggam tangan Aidan dan membawanya menuju tempat acara penobatannya.
Berbagai macam rangkaian tahapan Aidan lalui dan kini tahapan terakhir yaitu pemasangan mahkota yang akan dipasangkan oleh Raja Theo selaku pemimpin tanah Amoraxe dan pidato singkat Aidan untuk para rakyat dan tamu undangan yang hadir.
Aidan berlutut dihadapan sang penguasa kerajaan Amoraxe dengan kepala sedikit ditundukkan agar memudahkan untuk memasangkan mahkota.
"Dengan ini secara resmi aku mengumumkan kepada seluruh dunia, aku Xavierus Theodor De Amoraxe menganugerahkan kepadamu Aidan Charlie dengan gelar Pangeran Qiel, bintang kerajaan Amoraxe menjadi anggota resmi keluarga kerajaan. Bagi siapa saja yang tidak menghormati mu maka sama saja tidak menghormati anggota kerajaan dan akan mendapatkan hukuman berat" kini mahkota berwarna emas dengan permata putih tersebut tersemat dikepala Aidan, semua yang hdir bersorak ria menyaksikan penobatan Aidan.
"Hidup yang mulia pangeran Qiel"
"Hidup yang mulia pangerann"
Aidan berjalan menuju sekumpulan rakyat kerajaan Amoraxe untuk menyampaikan pidato singkat darinya, saat Aidan ingin membuka suara tiba tiba entah dari mana muncul anak panah tepat menusuk kearah jantungnya dengan cepat.
Semua orang yang menyaksikan itu semua membeku ditempat, mereka tak percaya apa yang barusan mereka lihat.
"Brukk"
"AIDAN/PANGERANN"
Tbc
vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
adventure || Aidan [BL]
FantasyAidan yang bertrasmigrasi kedunia lain setelah mengalami kematian konyol dan juga memecahkan berbagai macam teka teki untuk mencari jati dirinya yang sebenarnya. Penasaran? Baca aja langsung. Typo bertebaran.