Aburame Shino

7.7K 544 13
                                        

Entah bagaimana aku sudah berada di sisi lain hutan Konoha. Aku hanya mengikuti kaki yang berjalan tanpa arah tujuan. Hari sudah menjelang malam, aku tidak berniat untuk menghabiskan malamku sendirian saja di rumah. Berada di tempat ini juga tidak buruk, aku sering ke tempat ini bersama dengan Shino kalau ia ingin mencari jenis serangga yang baru.

Aku menyandarkan punggungku di pohon yang paling dekat dengan danau. Kalau dilihat dari berapa lama matahari sudah tenggelam, sebentar lagi serangga yang paling kusuka akan muncul. Benar saja, tidak lama kemudian kunang-kunang muncul dan beterbangan di sekitarku. Mereka terlihat menakjubkan saat bergerombol lalu berpisah, seperti sedang melihat pertunjukkan cahaya.

Biasanya saat seperti ini selalu ada Shino di sampingku, tapi ia sedang ada misi bersama kelompoknya, melacak nuke-nin kalau aku tidak salah dengar. Aku berharap kalau ia dan kelompoknya akan pulang dengan selamat tanpa luka, Hinata dan Kiba juga sahabat dekatku. Aku menghela nafas panjang saat melihat kunang-kunang mendekat seakan mereka tahu ada yang sedang menganggu pikiranku.

"Y/N."

Tanpa harus berbalik pun aku sudah tahu kalau itu adalah suara Shino. Ia duduk di sampingku tanpa bicara lagi, aku hanya mengangguk sebagai respon kalau aku mendengarnya. Tangan Shino terangkat saat ada kunang-kunang yang mendekat. Hebat, kunang-kunang itu langsung hinggap di tangannya, yah aku tidak mengharapkan kurang dari seorang Aburame.

"Kenapa kau tahu kalau aku ada di sini?" tanyaku penasaran.

"Tentu saja aku tahu, karena hanya ini tempat satu-satunya yang akan kau kunjungi saat kau tidak berada di rumah," jawab Shino.

Aku tersenyum tipis, tenyata Shino memperhatikanku juga. "Bagaimana dengan misimu, Shino? Apa berjalan lancar?"

Shino mengangguk samar. "Iya, tapi Akamaru terluka karena ia menerjang nuke-nin sebelum mendapat perintah."

Sekilas aku melirik Shino yang terlihat fokus dengan kunang-kunang yang masih hinggap di tangannya. Kunang-kunang itu terlihat senang saat Shino menyuruhnya kembali terbang. Jangan tanya bagaimana aku tahu, aku hanya tahu saja. Aku mengangkat lenganku saat merasa ada yang berjalan, ternyata salah satu serangga Shino. Bagi gadis lain hal ini terlihat menjijikan dan menggelikan, tapi menurutku tidak terlalu buruk, paling tidak aku tidak akan menginjak mereka dengan sengaja.

"Ah, maaf Y/N. Karena terlalu sibuk memperhatikan kunang-kunang, aku sampai tidak sadar kalau ada seranggaku yang keluar," Shino mengisyaratkan agar serangga yang berada di lenganku kembali masuk ke dalam jaketnya.

"Aku tidak keberatan. Kau ingat saat pertama kali kita bicara? Seranggamu juga berada di lenganku saat itu," pikiranku kembali saat kami masih berada di akademi.

Saat itu aku terlalu mengantuk untuk mendengarkan ocehan Iruka-sensei tentang hokage terdahulu. Melihat Shikamaru yang tertidur lelap di sampingku membuat tekadku bulat untuk mengikuti jejaknya. Sayang, belum sempat tertidur pulas aku merasakan sesuatu bergerak di tanganku dan perlahan naik sampai ke lenganku. Malas membuka mata untuk melihat apa yang bergerak, aku menepis makhluk itu, tapi langsung di tahan oleh seseorang di sebelahku.

Yang menahan tanganku adalah Shino, ia minta maaf karena serangganya sudah mengganggu tidurku, tapi seharusnya aku yang meminta maaf pada Shino karena aku tahu kalau ia memiliki sisi lembut untuk serangga. Belum sempat aku bicara, Iruka-sensei sudah memarahiku karena tidak memperhatikannya, ia juga bertanya tentang nama hokage terdahulu padaku, tentu saja aku bisa menjawabnya.

Mulai saat itulah aku dekat dengan Shino, ia mulai sering mengajakku berlatih, juga mengajakku untuk menemaninya pergi berburu serangga. Terkadang, Kiba meledek Shino karena ia tidak pernah melihatnya dekat dengan orang lain selain dirinya dan Hinata, Hinata sendiri membela Shino dan menyuruh Kiba untuk berhenti menggodanya, tapi Shino terlihat tidak terganggu dengan ledekan Kiba.

"Aku ingat, karena saat itulah aku bicara dengan orang yang penting dalam hidupku," gumam Shino. Ia berbicara dengan suara rendah sampai telingaku tidak menangkap apa yang ia ucapkan.

"Kau bicara apa? Aku tidak bisa mendengarnya, Shino."

"Aku ingat, Y/N."

Senyuman lebar terpampang di wajahku. Rasa senang karena Shino belum melupakannya membuatku berdiri dan mulai menari bersama dengan kunang-kunang. Bisa kurasakan tatapan Shino dipunggungku. Kutebak, ia menatapku heran karena belum pernah melihatku seperti ini.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Shino. Ia menurunkan resleting jaketnya sampai aku bisa melihat seluruh wajahnya.

"Menari bersama kunang-kunang. Ayo Shino, kau juga harus melakukannya," ajakku, tapi ia menolak halus.

"Sebenarnya... sudah lama aku ingin menanyakan ini padamu," ucapan Shino membuatku berhenti menari dan memfokuskan diri padanya. "Apa yang membuatmu berteman denganku? Bukankah banyak orang lain yang bisa menjadi temanmu, tapi kenapa kau memilihku?"

Aku menatap Shino tidak percaya. Bagaimana bisa ia meragukanku? Yang lebih penting lagi, bagaimana bisa ia meragukan dirinya sendiri? Sepanjang pengetahuanku bersahabat dengan Shino, ia tidak pernah melakukan sesuatu yang masih ia ragukan, semua yang ia lakukan adalah sesuatu yang pasti dan itu yang membuatku menyukainya.

"Kenapa aku tidak bisa menjadi temanmu? Kau tidak ada bedanya dengan yang lain," kataku.

"Karena aku tidak memperhatikan sekelilingku, yang kuperhatikan hanyalah seranggaku."

"Benarkah?" tanyaku ragu-ragu. "Kurasa itu tidak benar, karena kalau itu benar kau tidak akan mungkin khawatir dengan keselamatan teman sekelompokmu, kan? Lagipula, apa yang membuatmu bertanya seperti itu? Seperti bukan dirimu saja."

Shino menundukkan kepalanya, walaupun tidak bisa melihat kilatan matanya, aku tahu kalau ia sedang memikirkan sesuatu. Apa Kiba meledeknya lagi? Atau ada orang lain yang mengatakan itu padanya? Ia tidak menunjukkan reaksi apapun, masih tetap menundukkan kepalanya membuatku geram.

"Lihat aku Shino," aku menangkup pipinya dan memaksanya untuk menatapku. "Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang lain, aku bisa memilih temanku sendiri dan tidak ada yang bisa melarangku. Aku juga tidak peduli kalau aku berteman dengan seseorang yang sangat menyukai serangga dan nyaman dengan hal itu, karena aku menyukai sesuatu yang berbeda. Karena berbeda berarti unik dan unik berarti satu-satunya, menurutku kau tidak tergantikan Shino."

Shino terlihat kaget dengan ucapanku, lalu aku melihatnya tersenyum. Senyum yang selalu membuatku tenang. Ia menaruh tangannya tepat diatas tanganku dan meremas lembut. Aku mengikuti senyumnya.

"Terima kasih, Y/N."

"Tidak masalah," aku menarik Shino untuk berdiri. "Sekarang menarilah bersamaku, rasanya aneh kalau aku hanya menari sendirian."

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang