Sabaku no Gaara

6.3K 453 15
                                    

Senyum lebar terlihat di wajahku. Sinar matahari yang sudah mulai pudar masih terasa hangat di wajahku. Angin sejuk menerbangkan rambutku yang terlihat menyatu dengan rambut merah milik seseorang yang berada di sampingku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak memiliki waktu berdua dengan kekasih Kazekage-ku ini. Pekerjaan yang terus menuntut perhatiannya ini selalu menjadi penghalang kebersamaan kami.

"Y/N, kau ingat saat pertama kali kita melihat matahari terbenam bersama?" tanya Gaara. Matanya menatap ke arahku dengan tatapa yang tidak ia berikan pada orang lain.

Aku mengangguk cepat. "Tentu saja. Kau berdiri di sampingku sambil memeluk boneka beruangmu dan menatapku dengan tatapan tidak percaya karena aku mau berteman denganmu."

Aku masih ingat saat pertama kali kami melihat matahari terbenam. Saat itu untuk pertama kalinya aku memberanikan diri menyapa Gaara setelah kama geram melihat perlakuan anak-anak padanya. Aku tahu bagaimana rasanya dikatakan monster karena nenekku mengatakan hal yang sama padaku. Saat itu aku bersumpah untuk menjadi teman Gaara sampai akhir hidupku. Matahari terbenam saat itu terlihat sangat indah untuk pertama kalinya.

"Kenapa kau mau berteman denganku, Y/N? Apa kau tidak takut kalau suatu saat nanti aku akan membunuhmu?" tanya Gaara sambil memeluk bonekanya lebih erat.

Aku menggeleng. "Tidak. Karena aku tahu kalau kau bukan monster seperti yang orang-orang bilang. Kau adalah temanku."

"Kau benar-benar akan menjadi temanku?"

"Tentu saja. Aku tetap akan menjadi temanmu, walaupun kau tidak ingin menjadi temanku, Gaara," jawabku yakin.

Gaara tersenyum tipis. "Aku senang karena kau mau menjadi temanku saat itu."

"Apa kau ingat saat matahari terbenam ketika kau memintaku untuk menjadi kekasihmu secara tidak langsung?" tanyaku setelah mengingat kenangan kami dengan matahari terbenam berikutnya.

"Ah.. itu. Aku membuat keputusan terbaik saat itu. Memilikimu sebagai kekasihku adalah hal yang paling kusyukuri."

Saat itu kami sedang duduk di atas gedung Kazekage. Kurang lebih situasinya sama seperti ini, hanya saja saat itu Gaara sedang terlihat marah karena sesuatu. Memang tidak terlihat perubahan dari raut wajahnya, tapi aku sudah berteman dengannya selama bertahun-tahun dan aku tahu dengan pasti perubahan Gaara yang tidak di sadari oleh orang lain.

Tangan Gaara yang menggenggam tanganku mengerat. Aku memiringkan kepalaku bingung. Gaara menghela nafas keras, kali ini pegangannya sudah lebih mengendur.

"Apa yang kau lakukan bersama dengan Kankuro tadi?" tanya Gaara dengan sedikit menggeram.

"Kankuro inign menunjukkan boneka Sasorinya padaku. Memangnya kenapa? Kau tidak suka?" sebelah alisku terangkat saat menatap Gaara yang salah tingkah. Ia menatap semuanya kecuali mataku.

Gaara mengangguk samar. "Aku tidak pernah suka kalau kau dekat dengan laki-laki lain selain aku, Y/N. Rasanya sakit walaupun tidak berdarah."

"Apa kau menyukaiku?"

"Tidak," bantah Gaara. Ia tersenyum kecil. "Aku mencintaimu."

Aku tersenyum saat mengingat pertama kali Gaara mengakui perasaannya padaku, mengakui kalau ia mencintaiku. Seperti yahu apa yang kupikirkan, Gaara mencium puncak kepalaku, membuatku merebahkan kepala di bahunya.

"Aku tidak pernah membayangkan kalau kau bisa cemburu, Gaara," kataku sambil mencium bahunya sekilas.

Gaara terkekeh pelan. "Aku tidak bisa melepaskan teman pertamaku dan orang yang kucintai kepada orang lain, kan? Apalagi kalau orang itu adalah Kankuro."

"Memangnya ada apa dengan Kankuro?" tanyaku heran. Seingatku Kankuro tidak memiliki sifat atau kebiasaan yang harus dihindari oleh para gadis di luar sana.

"Ia lebih mementingkan bonekanya daripada dirinya sendiri," kata Gaara setengah memberengut. "Tidak ada yang menjamin kalau ia juga akan mementingkanmu daripada bonekanya itu."

"Tapi Kankuro sempat membantu kita bertemu saat kau sibuk dnegan putri tetua Kaze," kataku sambil tertawa mendengar ucapannya.

Kankuro tiba-tiba saja menarik tanganku ke arah kantor Gaara. Ia sempat menggeram lemah saat mendengar suara yang memenuhi kantor Gaara selama dua minggu ini. Suara putri tetua Kaze. Gadis itu hanya ingin menghabiskan waktunya berdua bersama dengan Gaara. Gadis itu akan marah kalau ada yang masuk dan menganggu waktu mereka sampai ia akan mengancam akan melaporkan sikap tidak sopan para shinobi ke ayahnya.

Tanpa basa basi Kankuro membuka pintu dan mendorongku masuk. Seperti biasanya putri itu mendengus kesal.

"Bukankah sudah kubilang kalau tidak boleh ada yang masuk ke kantor Kazekage selama aku berada di sini?" tanyanya dengan raut wajah yang benar-benar terlihat kesal.

"Aku yang sementara akan menemanimu tuan putri, karena adikku itu telah melakukan sesuatu yang membuat kekasihnya sedih selama seminggu ini," kata Kankuro. Ia menarik paksa tangan putri itu dan tidak terlihat kesal saat putri mencoba memberontak. "Nah, Gaara selesaikanlah masalahmu dengan Y/N atau aku akan merebutnya."

Kebetulan atau takdir, aku tidak tahu, tapi jendela Gaara menunjukkan kalau matahari sudah mulai terbenam. Gaara menghela nafas dan menghampiriku. Ia menatapku dengan tatapan meminta maaf, lalu memelukku erat.

"Maafkan aku karena sudah mengabaikanmu selama satu minggu ini, Y/N. Aku tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginannya atau wargaku yang akan tertimpa amukannya," bisik Gaara di telingaku.

Aku menggeleng pelan. "Tidak perlu meminta maaf, aku paham posisimu yang serba salah."

"Aku ingat itu. Karena saat itu aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan membuatmu bersedih lagi, Y/N," suara Gaara sedikit tertahan karena ia menenggelamkan wajahnya di rambutku.

"Eh?"

"Y/N, aku masih ingin membuat banyak kenangan bersamamu saat matahari terbenam. Kau mau kan terus bersamaku?" tanya Gaara. Matanya menatap lurus ke arah mataku, membuatku tidak bisa berkutik dan menjawab selain menganggukkan kepala.

"Aku mencintaimu, Y/N."

Untuk Anggita1210

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang