Tanganku terlipat di depan dada melihat Gaara yang terfokus dengan dokumen di tangannya. Aku baru pulang dari misi di Konoha beberapa jam yang lalu, Gaara yang memintaku untuk menemaninya di kantor. Awalnya aku menolak karena takut kalau ada yang ingin melapor sesuatu padanya dan melihatku di kantornya. Sebenarnya sih hubungan kami sudah diketahui oleh seluruh warga desa, kalau kami terlihat sedang jalan berdua warga desa akan memanggilku dengan sebutan nyonya Kazekage, tapi rasanya tidak sopan kalau aku terlalu banyak mengetahui urusan desa yang seharusnya hanya diketahui oleh Kazekage saja.
Aku menerimanya karena Gaara bilang tidak akan ada lagi yang melapor, Temari yang akan mengurus semuanya. Ia juga bilang kalau ini adalah balasan Temari karena ia sudah mengizinkannya tinggal di Konoha beberapa hari untuk menemui kekasih jeniusnya, Shikamaru. Setelah Gaara bertanya tentang keadaan Konoha dan Naruto, ia kembali sibuk dengan dokumennya. Aku tidak berani bicara karena takut mengganggu konsentrasinya.
Kalau dilihat dari letak bulan, kurasa sekarang hampir tengah malam, tanganku bergerak untuk menutup mulut saat menguap. Gaara melirikku tanpa menurunkan dokumennya, aku hanya mengangkat tangan mengisyaratkan kalau aku baik-baik saja.
"Mengantuk, Y/N?" tanya Gaara.
Aku menggumamkan kata yang tidak jelas untuk menjawab Gaara, ia mengangkat tangannya, menyuruhku untuk mendekatinya. Ia menarikku untuk duduk di pangkuannya saat aku berdiri di sampingnya. Tangan Gaara memaksaku untuk merebahkan kepala di bahunya, menyandarkan tubuhku pada sisi kiri tubuhnya, sementara tangan kanannya menandatangi dokumen yang sejak tadi ia baca.
"Apa yang kau lakukan, Gaara? Aku bisa mengganggumu," tolakku, tapi masih tidak bergerak dari posisiku. Jujur saja, dibandingkan sofa yang baru kududuki, Gaara terasa lebih nyaman seratus kali lipat.
"Kau sama sekali tidak menggangguku, Y/N. Aku lebih suka kau tidur di sisiku daripada di sofa," balas Gaara. Ia mengeratkan pelukannya di pinggangku.
"Kenapa begitu?"
"Tidak tahu, hanya perasaanku lebih tenang saja saat aku bisa dekat denganmu. Kau tidak suka?"Gaara menolehkan kepalanya, ia menatap lurus ke mataku. Aku menggelengkan kepala tanpa suara.
Mataku perlahan mulai terpejam, hembusan nafas Gaara yang menyentuh bahuku juga suara detak jantungnya membuatku merasa mengantuk, ditambah dengan suara goresan samar membuat tidur menjadi hal yang paling menyenangkan saat itu. Tepat saat kesadaranku hampir hilang, aku teringat sesuatu.
"Gaara?"
"Hm?"
"Apa kau pernah mencoba untuk tidur?" tanyaku. Aku benar-benar penasaran dengan hal ini, maksudku lihat saja sekitar matanya yang sudah sangat hitam membuat mata kehijauannya terlihat menyolok.
"Tidak pernah. Kenapa bertanya begitu?" Gaara balik bertanya.
Bahuku terangkat malas. "Entahlah, aku hanya penasaran. Maksudku kau sudah bukan Jinchuuriki dari Shukaku lagi, kan? Kalau sekarang kau mau tidur, tidak akan yang ada yang menghancurkan desa, kenapa tidak mencoba untuk tidur? Tidur bisa membuat tenagamu pulih kembali dan membuat pikiranmu lebih tenang."
"Kurasa aku tidak tahu bagaimana caranya untuk tidur," balas Gaara. "Mau mengajariku?"
Aku mengangguk pelan, lalu menuntun Gaara ke sofa. Aku memaksanya untuk berbaring, tangannya menemukan pinggangku lagi saat aku ikut berbaring di sebelahnya. Tanganku yang berada di tengkuknya mulai bergerak, memijatnya perlahan. Gaara menutup matanya, mencoba menikmati apa yang kulakukan. Kurasa saat orang tidak tidur sampai bertahun-tahun lamanya ia bisa lupa bagaimana caranya tertidur.
"Sekarang, jangan pikirkan apapun, nikmati saja dan kau pasti akan tertidur," bisikku pelan agar tidak mengganggu kenyamanannya. Pegangannya di pinggangku sedikit mengendur, nafasnya mulai teratur dan Gaara tidak membuka matanya untuk menatapku lagi, pertanda kalau aku berhasil membuatnya tertidur.
Ada seseorang yang mengetuk pintu Gaara, tebakanku adalah Temari, karena Gaara yang bilang Temari yang menerima semua laporan, jadi aku membiarkannya masuk. Temari sempat kaget saat melihat Gaara yang berbaring diam, ia hampir saja berteriak kalau aku tidak menghentikannya. Aku menempatkan telunjuk di bibir menyuruhnya untuk tidak bersuara, Temari melihatku dengan tatapan aneh.
"Apa yang terjadi padanya? Kau memberinya racun?" tanya Temari.
"Tidak, Temari," gelengku. "Gaara hanya tertidur, aku yang menyuruhnya dan berhasil. Kau kemari mau menyerahkan dokumen baru?"
Temari mengangkat setumpuk kertas sebagai jawabannya. Saat aku mau bergerak untuk mengambil dokumen itu, pelukan Gaara malah mengerat membuatku tidak bisa bergerak. Aku melirik meja Gaara, menyuruh Temari menaruh dokumennya di sana. Temari mengangguk mengerti, sebelum keluar ia mengatakan sesuatu.
"Terima kasih, Y/N. Tunggu sampai Kankuro mengetahui ini, aku yakin ia pasti akan bertanya banyak hal dan kau harus siap menjawabnya."
Aku menahan tawa, tidak ingin mengganggu tidur laki-laki di sampingku. Kalau dilihat-lihat Gaara yang sedang tertidur sama tampannya dengan Gaara yang tersadar ya. Aku mencium pipinya cepat, lalu ikut tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto One Shots
FanfictionCuma kumpulan dari berbagai karakter yang ada di Naruto. (Request CLOSED)