Deidara

7.6K 603 25
                                    

Kemana perginya Deidara? Aku sudah jarang melihatnya sejak kami kembali dari misi yang kami jalani satu minggu yang lalu. Seingatku, terakhir kali kami bicara tidak ada topik yang terlalu serius sampai menyinggung satu sama lain, atau mungkin aku salah bicara sampai ia tidak ingin menemuiku dulu? Entahlah, apapun alasannya aku sedang ingin bersama Deidara sekarang. Hanya saat bersama Deidara aku merasa nyaman, anggota yang lain tidak terlalu menyenangkan untuk diajak bercanda atau berargumen.

Aku yakin ia sedang tidak ada misi karena rekannya sendiri berada di ruang tengah sekarang. Tidak seperti biasanya Sasori memperbaiki bonekanya di ruangan paling besar di markas. Biasanya kalau Hiruko, boneka yang selalu dipakai Sasori itu rusak atau ada yang salah, Sasori akan memperbaiki boneka itu di kamarnya sendiri, tapi kenapa sekarang tidak?

"Yo, Sasori," sapaku sambil duduk di sebelahnya.

"Kalau kau ingin bertanya dimana Deidara, kau bisa mencarinya sendiri," kata Sasori tanpa mengalihkan pandangannya padaku.

Sebelah alisku terangkat. "Kau bisa membaca pikiran sekarang?"

"Pikiranmu itu transparan, Y/N. Lagipula, kau bertanya pada semua orang dimana Deidara akhir-akhir ini, jadi kupikir kau ingin tahu dimana ia berada," jawab Sasori yang sekarang menatapku. Detik selanjutnya, ia kembali berpaling pada bonekanya tanpa menghiraukanku.

"Lalu kenapa kau tidak berada di kamarmu sekarang, eh? Apa kau sudah bosan di kamarmu itu?" tanyaku dengan nada meledek. Percayalah, Sasori adalah satu-satunya orang yang bisa mendekam di kamarnya berhari-hari tanpa keluar.

Sasori mendengus. "Kamarku sedang dipakai, bocah itu ingin aku pergi agar tidak merusak kejutannya. Menyebalkan."

Bocah itu? Hm.. bukannya Sasori selalu memanggil Deidara dengan sebutan bocah? Jadi, Deidara bersembunyi di kamarnya selama ini. Ah, kamar anggota Akatsuki memang diisi dua orang, sesuai dengan pasangannya masing-masing. Deidara dengan Sasori, Itachi dengan Kisame, begitu juga dengan yang lain, tapi aku dan Konan adalah pengecualian, kami menempati kamar masing-masing.

Aku bangkit, meninggalkan Sasori yang terlihat tidak peduli denganku. Aku mengetuk pintu kamar Sasori dan Deidara, tidak ada sahutan dari dalam. Lagi, aku mengetuknya sekali lagi, tapi di balas dengan teriakan.

"Sasori no danna pergi saja sana, jangan ganggu aku."

Bibirku mengerucut sebal. Seenaknya saja menyuruhku pergi saat aku sudah mencarinya beberapa hari ini. Betapa bodohnya aku, kenapa aku tidak memeriksa kamarnya lebih dulu, ya? Mungkin karena Deidara hampir tidak berada di kamarnya setiap hari.

"Ini aku Deidara," kataku. Aku mendengar suara berjatuhan dari dalam, lalu mendengar suara Deidara yang menggumamkan kalimat 'aku baik-baik saja' berulang kali.

"Y/N, kau jangan masuk. Apapun yang terjadi jangan masuk," teriak Deidara dari dalam.

Aku mengernyit samar. Sebenarnya apa yang ia lakukan di dalam sana, sampai mengusir Sasori dan menyuruhku untuk tidak masuk? Mengabaikan ucapan Deidara, aku masuk ke kamarnya. Mataku melebar saat melihat isi kamar yang berantakan dengan tanah liat dimana-mana, aku juga melihat Deidara yang sedang membelakangi pintu dan memperbaiki sesuatu yang terlihat seperti patung.

"Jadi ini yang kau lakukan selama kau menghilang?" tanyaku sambil melipat tanganku di depan dada.

Deidara membalikkan tubuhnya dengan cepat, ia tersenyum gugup saat melihatku berdiri di depannya. Tubuhnya bergerak perlahan, mencoba menutupi sosok tanah liat yang sedang ia buat.

"Y/N, bukankah sudah kubilang apapun yang terjadi jangan masuk ke sini?" tanya Deidara.

"Memangnya ada apa sampai aku tidak boleh masuk ke sini dan mengusir Sasori dari kamar?" tanyaku balik. Aku menatapnya tajam, menyuruhnya untuk menjawab pertanyaanku tanpa suara.

Deidara menghembuskan nafas pasrah dan menyingkir dari depan sosok itu. Aku kembali dikejutkan saat menyadari sosok yang sedang dibuat oleh Deidara adalah replikaku, terlihat dari rambut panjang dan ikat kepala yang melingkar diperut. Inikah yang Deidara buat selama aku tidak bisa menemukannya? Apa ini juga kejutan yang dikatakan Sasori sebelumnya? Mungkin saja.

"Aku membuat ini untukmu Y/N, hm," kata Deidara sambil menundukkan kepalanya gugup. "Kau bilang saat misi kalau laki-laki harus menunjukkan rasa cintanya pada gadis yang ia cintai, jadi ini yang ingin kuberikan padamu. Sayangnya, belum sepenuhnya selesai, masih ada beberapa yang harus diperbaiki agar menjadi sempurna, tapi kau sudah terlanjur mengetahuinya, hm."

Aku memperhatikan sosok itu dengan baik, semuanya dibuat dengan sangat teliti, bahkan Deidara juga membuat luka bekas tusukan di bahuku. Tanganku meraih tangannya dan menggenggam erat. Senyum lebar tampak di wajahku, membuat wajahnya agak memerah.

"Indah sekali, Dei. Aku sangat menyukainya, walaupun menurutmu belum sempurna, menurutku sudah sempurna. Terima kasih karena sudah membuat ini untukku," ucapku. Deidara langsung memelukku erat.

"Tentu saja kau harus menyukainya, aku harus mengusir Sasori no danna dan bertengkar dengannya hampir seharian, aku juga mengurangi waktu tidurku dan bertengkar lagi dengannya karena ia bilang seni buatannya lebih baik daripada seniku," jelas Deidara. Ia terdengar menggerutu saat membandingkan seninya dengan seni Sasori.

"Aku juga heran, bagaimana bisa kau membuat Sasori meninggalkan kamarnya?"

"Itu rahasia, Y/N. Kau tidak boleh tahu," kata Deidara sambil mencium pipiku.

"Ayolah... siapa tahu aku juga bisa membujuknya untuk melakukan sesuatu dengan cara seperti itu," bujukku. Aku mengalungkan lenganku di leher Deidara, menatap matanya dengan sorot memohon. Hey, siapa tahu dengan cara yang dilakukan Deidara aku juga bisa membujuk Sasori untuk melakukan hal yang kuinginkan.

Deidara menyeringai. "Cara itu hanya berlaku padaku saja, Y/N."

"Katakan padaku bagaimana caranya, Dei," pintaku.

Aku mendorongnya sampai ia terjatuh dan tubuhku berada diatasnya. Aku mencoba untuk mengelitikinya, tapi ia sudah melakukannya lebih dulu. Tangannya yang berada di kedua sisiku mulai bergerak, ditambah lagi dengan lidah tambahan di setiap telapak tangannya membuatku tertawa geli. Deidara yang berada di bawahku juga ikut tersenyum lebar sampai tiba-tiba pintu kamar dibuka.

Sasori menatap kami dengan tatapan malas, lalu mendecih. "Tidak hanya membuat kamarku berantakan, tapi kalian juga mengotorinya. Tidak bisakah melakukannya di tempat lain? Aku harus meminta kamarku diganti setelah ini pada Leader-sama."

Setelah berkata seperti itu Sasori langsung keluar. Aku dan Deidara berpandangan heran sebelum aku memperhatikan posisi kami. Aku berada diatas Deidara dengan sedikit bajuku terangkat dan Deidara memegangi pinggangku. Apa Sasori berpikir kalau kami akan...
"Lebih baik begitu. Kalau Sasori no danna pindah kamar, akan ada lebih banyak waktu untuk kita, benar kan Y/N?" Deidara menyeringai lebar.

"Dasar mesum! Apa yang kau pikirkan!?"

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang