Aku menggeram kesal melihat tulisan yang sama sekali tidak bertambah sejak lima belas menit yang lalu. Tiba-tiba saja ide yang sedang kutulis berhenti memproduksi kata-kata, sementara deadline ceritaku adalah besok. Aku bangkit dan mulai berjalan, hal yang sering kulakukan saat sedang bingung adalah berjalan tanpa tahu kemana aku berjalan, agak merepotkan kalau aku sedang bingung saat berada di tempat umum.
Tidak sempat aku mempedulikan Tobirama yang menatapku aneh dengan tangan yang masih memegang kertas, kepalaku terlalu sibuk untuk memikirkan hal itu. Aku keluar dari ruang kerja Tobirama dan kembali ke ruang tengah untuk bertarung dengan laptopku lagi, tapi masih belum ada ide apapun untuk meneruskan ceritanya. Samar-samar indra penciumanku dipenuhi dengan bau cokelat.
Tobirama menahan tanganku saat aku akan bangkit dari depan laptop untuk kedua kalinya. Ia menaruh segelas cokelat hangat dan teh diatas meja, lalu memaksaku untuk duduk dipangkuannya, tangannya yang berada di pinggangku menahanku untuk bangkit dari pangkuannya.
"Kau sudah mengganggu pekerjaanku, Y/N. Sekarang katakan padaku apa yang membuatmu bingung," suruh Tobirama.
Aku mendecak, lalu memberikan laptopku padanya. Ia membaca ceritaku dengan cepat, lalu mengembalikannya padaku. Tatapan bingung terlihat jelas di matanya, mungkin ia tidak tahu apa yang benar-benar membuatku bingung.
"Kurasa ceritamu bagus, aku tidak melihat ada kata-kata yang salah atau kesalahan pada tanda baca, ceritamu ini baik-baik saja, Y/N," kata Tobirama.
"Kau ini bagaimana sih, masa tidak bisa melihat bagian cerita yang paling penting yang belum kutulis?" sungutku. Aku yakin Tobirama benar-benar tidak memiliki selera cerita yang bagus. Aku tahu kalau ia sangat suka membaca banyak buku, tapi ia tidak bisa melihat bagian yang paling ditunggu-tunggu oleh pembaca?
Tobirama memutar bola matanya bosan. "Berhentilah bermain tebak-tebakan dan katakan padaku apa masalahmu."
"Pantas saja hanya aku yang mau menjadi kekasihmu, sikapmu yang ketus dan jutek itu benar-benar menyebalkan tahu," balasku kesal. Normalnya, kalau ada orang yang bingung kita akan bertanya dengan nada lembut atau perhatian, sementara Tobirama? Tidak pada siapapun ia bertanya, nadanya akan ketus dan malah membuat orang yang sedang bingung sepertiku ini menjadi tambah kesal.
"Kau salah, Y/N," bantah Tobirama. "Kau mau menjadi kekasihku karena kau tergila-gila padaku dan kau mencintaiku."
"Kau juga terlalu percaya diri, Tobirama," dengusku. "Walaupun bagian terakhir itu benar."
Tobirama mengangguk puas. Ia kembali mengeratkan pelukannya pada pinggangku saat aku selesai meminum cokelat hangat yang ia buat. Aku merebahkan kepalaku di bahunya, kepalaku terasa lebih baik dan sekarang terasa lebih ringan daripada beberapa saat yang lalu.
"Kalau kau sudah tenang, bisa ceritakan padaku tanpa mengejek?" tanya Tobirama.
"Baiklah, baiklah," kali ini aku mengalah karena kesalahan ada padaku. "Jadi, aku sudah membuat cerita yang bagus, aku sudah menulis kata-kata yang indah, tapi aku memiliki satu masalah. Aku tidak tahu bagaimana cara menulis adegan romantisnya!!"
Memang benar, adegan romantis adalah proses paling sulit yang selalu menjadi masalahku saat menulis cerita bergenre roman. Faktanya, aku selalu membuat cerita berdasarkan pengalaman hidupku sendiri dan orang-orang di sekitarku, mungkin ada beberapa ide yang kucampur dengan ide yang pernah kubaca dari novel atau kutonton dari film. Ditambah lagi, saat menulis adegan romantis penulis harus membuat pembaca 'masuk' ke dalam cerita dan aku sama sekali tidak berpengalaman. Fakta lainnya adalah aku juga memasukkan pengalamanku dengan Tobirama untuk menjadi 'bumbu', tapi Tobirama jarang sekali bersikap romantis dan lembut.
Kulihat Tobirama mengusap wajahnya kesal, ia menarik nafas panjang dan menatapku dengan tatapan menyerah. Sebelah alisku terangkat melihatnya, tidak ada yang berbicara diantara kami sampai rasanya aku bisa mendengar suara deru pendingin ruangan dan detik jam.
"Bukankah genre roman seharusnya menjadi genre paling mudah untuk penulis sepertimu? Kenapa kau malah tidak bisa menulis adegan romantis, Y/N?" tanya Tobirama.
"Kau ini bodoh sekali sih, Tobirama," semburku. Tobirama terlihat sangat kesal sampai-sampai ia bisa mendorongku ke lantai kapan saja. "Setiap penulis memiliki kesulitannya sendiri, sementara kesulitanku adalah adegan romantis karena kurangnya pengalaman pribadi."
Tobirama menyeringai tipis mendengar sindiranku. Aku masih belum tahu arti seringaian yang tampak di wajah Tobirama, tapi aku tahu kalau ia sedang memikirkan sesuatu. Ia membalikkan tubuhku sehingga aku berhadapan langsung dengan wajahnya, seringaiannya melebar menjadi terlihat seperti senyuman. Yah, aku tidak akan menyangkal kalau Tobirama itu memesona dengan caranya sendiri.
"Jadi pengalamanmu tentang hal yang romantis itu kurang, eh Y/N?" seringai Tobirama.
Sebelah alisku terangkat menantang. "Benar sekali, ada yang ingin kau lakukan untuk menambahnya?"
Tobirama terlihat berpikir sebentar. "Hm... mungkin."
"Oh ya? Apa yang ingin dilakukan oleh seseorang yang ketus dan cuek saat kekasihnya sedang kebingungan, eh?"
Tobirama sedikit mengangkat kepalanya untuk mencium dahiku, aku memejamkan mataku saat ia juga mencium keduanya, nafasku sempat tertahan saat ia mencapai hidungku, lalu mencium kedua pipiku. Ini pertama kalinya Tobirama melakukan sesuatu yang terbilang romantis sejak hampir satu tahun kami menjalin hubungan. Aku mulai membuka mataku saat nafas Tobirama menyapu wajahku.
"Bagaimana menurutmu? Apa pengalaman barusan akan kau masukkan ke dalam ceritamu?" tanya Tobirama sambil memperlihatkan senyumnya.
Aku mengikuti senyumannya. "Tentu saja, pasti akan kumasukkan ke dalam ceritaku. Walaupun aku masih harus menambah banyak kata-kata manis karena kau terlalu gengsi untuk mengucapkan semua itu."
"Kata-kata itu untuk pengalaman selanjutnya, Y/N."
"Selanjutnya? Maksudmu kau akan melakukan hal yang seperti ini saat aku kehabisan ide?"
"Kenapa tidak? Lagipula aku suka menambah pengalaman romantis bersamamu," ucap Tobirama. Ia masih mempertahankan senyumnya dan berhasil membuat wajahku menghangat. Astaga...

KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto One Shots
FanfictionCuma kumpulan dari berbagai karakter yang ada di Naruto. (Request CLOSED)