Uchiha Itachi

13.2K 932 10
                                    

Aku memandangi langit yang perlahan berubah gelap. Dalam hati aku berdoa agar hari ini Orihime dan Hikoboshi bisa bertemu, sama halnya denganku yang ingin bertemu dengan Itachi. Tanabata. Hari pertemuan dua kekasih yang terpisah, kisah yang selalu membuatku tersenyum miris. Dulu saat hari Tanabata, aku selalu menggantungkan harapanku bersama dengan Itachi, tapi semenjak ia pergi aku tidak menggantungkan apapun lagi. Seberapa kerasnya aku berharap ia akan kembali pulang, ia tidak akan mengiyakan permintaanku.

Semua orang sudah tahu kalau Uchiha Itachi adalah orang yang tega menghabisi seluruh klan dan meninggalkan adik kecilnya sendirian, tapi hanya beberapa orang yang tahu tentang maksud di balik itu semua. Aku adalah salah satunya. Kenapa aku bisa tahu? Karena Itachi memintaku untuk menjaga Sasuke.

Klan Uchiha berniat untuk memberontak, demi keamanan desa, ia rela melakukannya. Belakangan baru aku tahu kalau Itachi hanya membunuh keluarganya saja, ada orang lain yang membunuh semua klan, tapi aku tidak tahu siapa itu. Setelah tahu yang sebenarnya, aku mencari informasi dari Hokage ketiga sebelum beliau meninggal dan orang yang menawarkan kesepakatan pada Itachi adalah Danzo. Tidak ada orang yang kubenci melebihi Danzo, ia bahkan tega mengambil mata Shisui dan memakainya untuk keuntungan pribadi.

Akhirnya, Itachi terpaksa meninggalkan desa dengan membuatku berjanji untuk melindungi Sasuke dan desa, sementara ia masuk ke dalam Akatsuki untuk memata-matai apa yang organisasi itu lakukan. Mengingat semua yang dilakukan Itachi untuk desa selalu membuatku ingin menangis karena aku tidak pernah menemui orang yang begitu ingin melindungi desa.

"Kau di sini, Y/N?" aku berbalik saat mendengar suara Itachi.

"Tentu saja, aku selalu datang ke sini saat hari liburku," balasku sambil menyandarkan punggungku ke batang pohon.

"Kenapa kau selalu datang ke sini?" Itachi mendudukan dirinya di sampingku.

Mataku fokus pada padang rumput di depan kami. "Untuk bertemu denganmu."

Itachi menghela nafas panjang. "Bagaimana kalau bukan aku yang datang ke sini, tapi anggota Akatsuki yang lain? Kau bisa terluka."

Aku terkekeh pelan, ia masih mengkhawatirkan keselamatanku. "Aku akan baik-baik saja, Itachi. Apa kau lupa kalau aku adalah salah satu kunoichi terhebat di Konoha?"

"Hn."

Angin berderu kencang, mengisi kesunyian diantara kami. Aku mendongak, tidak banyak bintang malam ini, apakah Orihime bisa bertemu dengan Hikoboshi sama sepertiku yang sudah bertemu dengan Itachi? Dari sudut mataku, Itachi juga mendongak sepertinya memperhatikan langit.

"Apa yang kau harapkan tahun ini, Y/N?" tanya Itachi. Tatapannya beralih padaku, aku selalu menyukai warna matanya yang gelap, bahkan lebih gelap dari malam.

"Tidak ada," jawabku. "Bagaimana denganmu Itachi?"

Itachi bungkam, ia enggan menjawab pertanyaanku. Mataku menyipit, apa ia memang tidak memiliki harapan atau ia hanya tidak mau memberitahuku apa harapannya? Tanpa sadar aku mengangkat bahu, tidak ingin memaksanya untuk menjawab.

"Bagaimana dengan keadaan desa dan... Sasuke?" tanya Itachi. Ia terdengar ragu saat bertanya tentang Sasuke.

Aku merebahkan kepalaku dibahunya dengan ragu-ragu, takut kalau Itachi menolakku, tapi sudah beberapa menit dan tidak ada tanda-tanda kesal atau tidak nyaman. Aku tersenyum tipis menyadari kalau ia tidak sepenuhnya kesal dengan kedatanganku.

"Desa baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang desa. Sebaliknya, Sasuke... ia meninggalkan desa dan pergi ke tempat Orochimaru," kataku hati-hati. Lagi-lagi aku mendengar Itachi menghela nafas panjang.

"Aku tidak percaya kalau ia meninggalkan desa untuk pergi ke tempat Orochimaru."

"Sasuke ingin lebih cepat kuat, kau tahu untuk membalaskan dendamnya padamu," kataku mengingatkan. "Kalau saja kau tidak meninggalkan desa dan memilih menjelaskan yang sebenarnya pada Sasuke juga desa, ia tidak akan pergi ke Orochimaru sekarang, aku juga tidak akan merasa sendiri dan tidak ada satu pun dari semua ini yang harus terjadi."

"Kau tahu kalau itu tidak mungkin, Y/N," gumam Itachi pelan.

Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya. "Kenapa tidak? Kalau alasanmu ingin melindungi Sasuke, kau bisa melakukan itu dengan terus berada di sisinya. Bukannya pergi dan membuatnya terus membencimu, Itachi."

Itachi membalikkan posisi, ia mendorongku dan memegangi tanganku. Punggungku yang beradu dengan batang pohon yang kasar terasa perih. Tatapan Itachi yang mengintimidasi sempat membuatku takut, tapi tidak dengan sekarang. Aku balik menatapnya tajam.

"Kau tidak mengerti apapun, jangan bicara seperti kau mengetahui segalanya."

"Kalau begitu katakan padaku. Bagian mana yang tidak kumengerti? Kenyataannya aku mengerti segalanya, Itachi. Kau melakukan ini hanya untuk memuaskan dirimu saja, kau ingin agar Sasuke membunuhmu dengan begitu kau merasa kalau dosamu sudah terbalas, begitu kan? yang tidak mengerti apapun adalah kau. Kau tidak mengerti kalau aku membutuhkanmu, kalau aku berulang kali menahan diri untuk tidak mengatakan yang sebenarnya pada Sasuke agar kau bisa kembali, kau tidak mengerti kalau aku begitu mencintaimu," suaraku melemah saat mengatakan kalimat yang terakhir.

Di luar dugaan, Itachi memelukku dan menjatuhkan kepalanya di lekukan leherku. Tangannya yang memegangi tangan sudah beralih ke pinggangku, bahuku terasa basah dan aku sadar kalau Itachi tengah menangis. Entah apa yang ditangisinya, aku tidak tahu, tapi yang bisa kulakukan untuknya saat ini adalah memeluknya.

"Y/N... Y/N...," mendengar Itachi yang meracau sambil menyebut namaku, membuatku menangis. Aku tidak pernah melihat Itachi yang serapuh ini, bahkan saat ia menceritakan apa yang terjadi malam itu padaku, ia menceritakannya dengan wajah datar, tanpa ekspresi apapun.
Ia menarik diri, aku bisa melihat bekas air mata di pipinya. Ibu jarinya mengusap pipiku yang basah, tatapan mengintimidasinya hilang berganti dengan tatapan penuh kasih sayang yang sangat kukenal. Ia mencium dahiku lembut dan lama. Mataku terpejam, mencoba meresapi momen yang jarang sekali terjadi ini.

"Itachi," panggilku.

"Mungkin kau benar Y/N, tapi bagaimana pun semua sudah terlambat. Tidak ada yang lagi yang bisa kulakukan selain menjalankan rencanaku yang sebelumnya," ujar Itachi. Tangannya semakin erat memeluk pinggangku.

"Kalau begitu biarkan aku ikut denganmu, Itachi."

Itachi menggeleng tegas. "Tidak bisa. Aku tidak bisa membawamu, tapi ingat satu hal. Apapun yang akan terjadi aku akan selalu mencintaimu."

Saat aku menatap matanya, mata hitam itu sudah berganti menjadi warna merah, hal terakhir yang ku dengar adalah suara Itachi. "Harapanku adalah agar kau bisa terus bahagia, Y/N, dengan atau tanpaku."
***
"Y/N-san, bangun. Kau akan terkena flu kalau tidur di sini."

Aku mengerjapkan mata dan melihat sekeliling. Gerbang besar berwarna hijau, wajah Izumo dan Kotetsu yang sedang menjaga gerbang Konoha. Tunggu! Gerbang Konoha?! Bagaimana aku bisa sampai di sini? Ingatan terakhirku adalah saat melihat sharingan Itachi. Sial, ia membuatku pingsan dan membawaku kembali ke Konoha.

Harapanku adalah agar kau bisa terus bahagia, Y/N, dengan atau tanpaku. Apa Itachi benar-benar mengatakan itu padaku atau aku hanya bermimpi? Terlepas dari semua itu, aku senang karena Orihime bisa bertemu dengan Hikoboshi, karena kalau mereka saja bisa bertemu membuatku yakin akan ada pertemuan selanjutnya dengan Itachi.

Sampai saat itu aku akan terus mengingatnya. Mengingat kalau ia akan selalu mencintaiku.

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang