Hidan

7.3K 560 47
                                    

Sudut bibirku tertarik ke atas sedikit melihat tingkah Hidan. Kalau ada yang bertanya siapa aku, maka jawaban yang paling efektif adalah kekasih Hidan. Semua shinobi pelarian tahu siapa aku karena menjadi kekasih Hidan, mereka bilang aku hebat karena bisa membuat manusia abadi dengan mulut seperti dirinya takluk padaku. Lalu, kenapa Hidan tidak bersamaku, jawabannya adalah karena sekarang aku sedang menyamar menjadi Itachi dan sepanjang ingatanku Hidan sama sekali tidak menyukai Itachi karena ia adalah sahabat baikku.

Ide menyamar menjadi Itachi adalah milik Kakuzu, ia bilang penasaran bagaimana jadinya Hidan tanpa diriku. Sudah menjadi kebiasaanku untuk menyuruh semua anggota di Akatsuki melakukan yang tidak biasa mereka lakukan, contohnya saja, aku sering menyuruh Deidara untuk tidak berbicara tentang seninya, menyuruh Tobi untuk lebih diam dan untuk kekasihku sendiri, aku sering menyuruhnya untuk memakai jubah dan tidak mengotori kamar dengan darahnya atau aku akan menjamin tidak ada korban untuk dewanya.

Kalau hal itu terjadi, biasanya mereka hanya menurut, tapi Hidan agak berbeda. Ia memang melakukan apa yang kusuruh dengan serentetan kalimat kutukan untukku. Dasar, beraninya ia mengancamku, akan kukorbankan untuk dewa Jashin saja nanti. Kenapa gadis itu harus sering berada di dekatku, sih!? Itulah kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Sepertinya rencanamu berjalan dengan lancar, eh Y/N," bisik Kakuzu saat ia duduk di sebelahku.

"Ini semua idemu, Kakuzu, tapi aku senang melihatnya menderita sebentar. Sudah lama sekali sejak aku melihatnya segelisah ini," balasku. Kakuzu kembali menghitung uangnya saat Hidan melihat kearah kami.

"Oi Itachi, kapan Y/N dan manusia ikan itu akan pulang?" Hidan mengarahkan sabit besarnya ke arahku.

"Tanyakan saja pada Leader-sama," sahutku dingin. Hey, aku harus memainkan peranku sebaik mungkin.

Hidan mendengus pelan. "Dasar tidak berguna," ia langsung pergi ke atas, tempat biasa Pein bekerja.

Mati-matian aku menahan senyum agar tidak ada orang yang tahu kalau aku adalah Y/N yang sedang menyamar menjadi Itachi. Pein, Kakuzu, Itachi dan Kisame, hanya mereka berempat saja yang tahu tentang rencana ini, mereka berempat juga menyarankan agar tidak memberitahu Tobi atau Deidara tentang rencana ini atau mereka akan menghancurkan segalanya.

Tiga hari pertama saat aku menyamar, Hidan sangat senang, ia terus mencari korban untuk Jashin sampai aku bisa melihat darah di seluruh tubuhnya. Seminggu sudah berlalu, ia masih bisa bertengkar dengan Tobi dan Deidara tentang banyak hal. Hampir dua minggu Kakuzu mulai mengeluh karena Hidan terus menanyakan tentangku. Tiga minggu, Hidan meneriaki Pein dan menggedor pintunya sambil bertanya kenapa 'aku' dan Kisame belum pulang juga. Aku menyeringai saat mendengar Hidan memanggil namaku saat malam, hampir saja aku tertawa melihat Hidan yang hanya diam di sofa tanpa melakukan apapun, bahkan saat Tobi memainkan sabitnya.

Pada hari kepulangan Itachi dan Kisame, aku pergi keluar markas tanpa di ketahui siapapun untuk bertemu dengan mereka dan kembali berubah menjadi diriku sendiri. Itachi bertanya apakah rencanaku berjalan dengan baik.

"Tentu saja, kalian pergi selama satu bulan. Aku tidak menyangka kalau reaksi Hidan sama seperti yang kita pikirkan," jawabku sambil tersenyum.

"Mungkin kau juga harus berpura-pura terluka parah agar semakin menarik, aku akan sangat menikmati pertunjukkannya," usul Kisame. Ia menyeringai, sepertinya membayangkan reaksi Hidan, sementara Itachi menggelengkan kepalanya.

Aku mengiyakan idenya lalu menusuk diriku sendiri dengan kunai. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena kemampuan penyembuhanku di atas rata-rata, karena itulah Pein merekrutku. Tidak lama kemudian, Hidan keluar dari markas, matanya melebar saat melihatku terluka, sementara Kisame menyeringai lebar, memperlihatkan deretan gigi tajamnya. Ia langsung menggendong masuk ke dalam markas saat mendengarku meringis.

"Oi, pak tua tentakel, aku butuh bantuanmu di sini, Y/N terluka," teriak Hidan. Kakuzu datang dengan malas, saat ia melihatku maskernya bergerak dan tebakanku ia sedang tersenyum tipis, aku bisa melihat sorot geli di matanya.

"Hidan, ia hanya tertusuk kunai, tidak perlu membuat seluruh markas mendengar teriakanmu," balas Kakuzu datar.

Hidan mendecih. "Berisik, cepat jahit lengannya atau aku akan mengorbanmu untuk dewa Jashin."
Kakuzu menghela nafas perlahan, lalu mulai menjahit lenganku. Hebatnya, Hidan sama sekali tidak bergerak selama Kakuzu menjahit lukaku karena aku masih berada di gendongannya. Sudut mataku melihat Itachi dan Kisame yang baru saja masuk ke dalam markas dan melihat Hidan dengan sorot mata yang sama dengan Kakuzu.

"Apa sekarang Hidan yang mengaku tidak pernah takut pada apapun sedang mengkhawatirkan Y/N?" ledek Kisame.

"Kau juga akan kukorbankan kalau tetap berisik makhluk biru," sungut Hidan tanpa melihat ke arah Kisame.

Ia membawaku ke kamar kami setelah Kakuzu selesai tanpa mengucapkan terima kasih, merebahkanku di kasur dengan luar biasa hati-hati, lalu mengunci pintu agar tidak ada yang bisa masuk. Kamar yang biasanya tercium anyir sekarang terlihat bersih, seperti baru dirapikan. Jangan-jangan Hidan sering merapikannya?

"Sekarang katakan padaku, kenapa kau mengambil misi sialan dari makhluk oranye dengan penuh tindikan bersama dengan manusia berinsang dan bergigi tajam itu? Dalam waktu sebulan penuh pula, apa kau mau membunuhku?" bentak Hidan dengan nada tinggi.

Aku menatapnya tajam, tidak suka mendengarnya memakai nada tinggi. "Bukannya kau yang selalu menggerutu saat aku berada di dekatmu? Kau tidak pernah suka kalau aku menyuruhmu untuk melakukan sesuatu, kan?"

"Tidak berarti dalam waktu selama itu kau tidak ada, Y/N. Apa kau tidak tahu kalau aku tersiksa karena tidak bisa melihatmu!?"

"Kau tersiksa karena tidak melihatku, tapi kau tidak tersiksa kalau mengorbanku pada dewamu? Kau tidak tersiksa kalau mengutukku?" bentakku pada Hidan. Ia terlihat kaget sampai tidak bisa membalasku, mata magentanya menatap mataku dalam diam.

Tiba-tiba saja Hidan mengubur wajahnya di lekukan leherku. Posisinya yang berada diatasku membuatnya bisa menggenggam kedua tanganku tanpa harus menindih tubuhku. Ia mencium leherku beberapa kali, bibirnya bergerak untuk mengucapkan sesuatu, tapi tidak bisa kudengar.

"Kau bicara apa?" Hidan mengangkat kepalanya, ia menatapku kesal.

"Kubilang maaf, Y/N, berhenti membuatku mengucapkan kata menggelikan itu! Mengatakannya kata itu saja membuat mulutku serasa terbakar," ucap Hidan kesal. Aku tersenyum tipis, mendengar Hidan mengucapkan kata maaf membuatku geli, ia tidak pernah mengucapkan kata maaf pada siapapun, bahkan pada orang yang sangat dihormati oleh orang lain.

"Aku akan memaafkanmu kalau kau berjanji tidak akan mengutukku lagi baik diucapkan atau tidak," kataku, Hidan mengangguk cepat. "Dan kau harus mengatakan padaku bagaimana perasaanmu selama aku tidak ada."

Hidan mendengus kasar, cengkeramannya di tanganku semakin erat. "Aku merindukanmu, sangat merindukanmu, Y/N, puas? Kau puas karena bisa membuatku mengucapkan kalimat menjijikan itu?"

Aku tertawa pelan, mengangkat kepalaku sedikit untuk mencium pipinya. "Kau benar-benar tidak romantis, kau tahu itu?"

"Akan kutunjukkan padamu romantis," ucap Hidan, ia menyeringai lebar membuatku gemetar.

Katakan saja, pada akhirnya Hidan sama sekali tidak tahu kalau aku tidak pernah meninggalkannya dan berganti wujud menjadi Itachi.
***
"Itachi-senpai, tolong Y/N-chan! Hidan-senpai menyiksa Y/N-chan sampai Y/N-chan berteriak keras saat Tobi melewati kamar mereka," pekik Tobi. Kisame menyeringai lebar untuk kesekian kalinya, Itachi menggelengkan kepala dan Kakuzu menghela nafas panjang.

"Apa yang mereka lakukan? Hm," balas Deidara.

"Anggap saja kalau bajingan itu mendapatkan apa yang ia inginkan selama sebulan ini," sahut Kakuzu, ia menghitung uangnya dengan serius.

"Memangnya Kakuzu-senpai tahu apa yang Hidan-senpai lakukan pada Y/N-chan?" tanya Tobi.

Kakuzu tidak menjawab karena suara teriakan dari arah kamar Hidan memaksanya untuk menutup mulut.

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang