Rock Lee

3.7K 324 6
                                        

Tidak akan. Aku tidak akan pernah lagi menantang Lee untuk berlatih sampai pingsan atau keadaanku yang sekarang akan terulang lagi. Punggungku bersandar di batang pohon terdekat, kepalaku terasa sakit dan mataku berkunang-kunang, seluruh sendi yang ada di tubuhku terasa seperti lepas semua, tidak ada anggota tubuhku yang bisa di gerakkan, satu-satunya hal yang menandakan kalau aku masih hidup adalah gerakan dadaku yang naik-turun karena mengambil oksigen.

Aku menantangnya untuk berlatih sampai pingsan karena tadi pagi aku melihatnya murung. Kemungkinan terbesarnya adalah Ia kembali di tolak oleh Sakura yang hanya melihatnya sebagai teman dekat dan shinobi dari Konoha. Berbeda denganku yang memandangnya sebagai orang yang patut dikagumi dan seorang laki-laki. Memang aneh, di saat gadis-gadis lain menyukai Neji atau Sasuke, aku lebih menyukai Lee yang selalu bekerja keras untuk menjadi kuat.

Sekarang ini, aku sedang melihatnya terus berlatih dengan cara push up sampai lima ribu kali dan saat ini ia baru sampai tiga ribu lima ratus dua puluh sembilan. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai ia mencapai angka lima ribu. Kalau ada yang bertanya dimana Tenten, Neji dan Guy-sensei, mereka sedang menjalankan misi yang entah kapan bisa pulang, sementara aku harus menemani Lee latihan.

Aku mencoba menggerakkan kaki, tapi tidak bisa sampai akhirnya yang keluar dari mulutku adalah suara erangan. Lee menghentikan gerakan push up-nya dan melihat ke arahku. Aku bisa melihat sirat khawatir di mata bulatnya yang kubalas dengan senyuman menenangkan. Setidaknya, aku berharap kalau senyumanku ini menenangkannya dan tidak mengerikan sampai membuatnya khawatir.

"Kau baik-baik saja, Y/N?" tanyanya. Di luar dugaan, ia benar-benar menghentikan push up-nya dan menghampiriku. Lee berjongkok di hadapanku, wajahnya benar-benar dekat denganku sampai rasanya wajahku menghangat.

"Ya, kau bisa melanjutkan push up-mu, Lee atau kau harus mengelilingi Konoha dengan tangan sebanyak lima ratus putaran," balasku mengingatkan. Ia sudah bertahun-tahun melakukan hal yang seperti ini, ajaran Guy-sensei.

Lee menggelengkan kepalanya pelan. "Aku mengkhawatirkanmu, Y/N. Mungkin aku sudah terlalu keras padamu."

"Tidak, tidak. Kau tidak keras padaku, hanya saja aku kurang latihan akhir-akhir ini dan kurasa aku butuh banyak istirahat sekarang. Sayangnya, tubuhku belum bisa digerakkan saat ini, jadi aku akan pulang nanti," kataku mencoba menenangkannya lagi. Lee terbiasa untuk khawatir dengan teman-temannya.

"Kalau begitu biar aku yang mengantarmu pulang."

"A-apa?"

"Ayo, aku yang akan mengantarmu pulang, Y/N. Setelah itu aku akan melanjutkan latihanku sendiri," kata Lee. Ia tidak menunggu balasanku dulu untuk menggendongku di punggungnya.

Astaga... ini benar-benar memalukan. Aku digendong dan diantar pulang oleh orang yang kusukai karena tidak bisa menggerakkan tubuhku sendiri. Orang-orang di desa melihat kami dengan tatapan aneh, membuatku harus menyembunyikan wajahku di bahu Lee yang kelihatannya sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan orang di sekeliling kami.

"Ada apa, Y/N?" tanya Lee. Ia menoleh, membuat wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter saja.

"Tidak, tidak ada," sahutku cepat. "Omong-omong, kenapa tadi pagi kau murung sekali? Sakura menolakmu lagi?"

Lee tertawa gugup. "Bukan begitu. Aku sudah sadar kalau Sakura-san hanya akan menyukai Sasuke-kun saja, jadi sudah kuputuskan untuk menyukainya sebagai teman saja. Lagipula, aku menyadari ada orang yang lebih penting untukku."

"Lebih penting? Siapa yang kau maksud?" tanyaku penasaran. Aku sengaja memiringkan kepala agar bisa melihat wajah Lee lebih jelas, tapi yang terlihat olehku adalah warna merah yang menghiasi wajahnya.

Sekarang aku benar-benar penasaran. Wajah Lee tidak pernah memerah kecuali saat membahas tentang Sakura yang dulu ia puja-puja, selain itu ia tidak pernah memerah karena malu, hanya karena bersemangat saja wajahnya bisa merah padam seperti sekarang. Mungkinkah ia sudah menyukai kunoichi kuat yang tidak bisa kutandingi lagi, seperti Tenten misalnya?

"Kau, Y/N."

"Apa!?" pekikku tidak percaya. Lee memang berkata dengan suara yang pelan, tapi karena mulutnya berada dekat dengan telingaku, aku bisa mendengar suara sekecil apapun yang ia keluarkan, bahkan helaan nafasnya yang mulai tidak teratur.

"Ano... aku tahu, aku pernah mengatakan ini pada Sakura-san, tapi jadilah kekasihku dan aku akan melindungimu seumur hidupku," kata Lee setengah malu dan setengah bersemangat.

Nafasku terhenti selama beberapa detik. Lee menyatakan perasaannya padaku. Aku tidak percaya kalau Lee menyatakan cintanya padaku. Lee menyatakan cintanya padaku saat aku berada di punggungnya di tengah jalanan desa karena aku tidak bisa menggerakkan tubuhku! Astaga... tidak bisa dipercaya!

"Y/N?" panggil Lee. Ia menolehkan kepalanya ke arahku lagi, aku yakin kali ini ia bisa melihat wajahku yang sangat memerah. "Jadi, apa jawabanmu?"

"Aku juga menyayangimu, Lee! Tapi kau harus berjanji kalau bukan hanya kau yang bisa melindungiku, aku juga ingin melindungimu tahu," ujarku. Aku mencium pipi Lee singkat, membuatnya kembali memerah.

Lee menggeleng tegas. "Tidak bisa, aku tidak mau melihatmu terluka, Y/N. Itu janjiku seumur hidup."

Aku tertawa pelan, lalu mengangguk. "Baiklah, baiklah. Sekarang antarkan aku pulang dulu, aku ingin melihat lukamu yang tidak pernah kau obati."

Untuk @HyugaAndina

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang