Yamato/Tenzou

5.4K 397 20
                                    

Aku berjalan santai ke arah tempat Kakashi-senpai melatih Naruto untuk membuat jurus baru. Tsunade-sama memerintahkanku untuk bergabung dengan Kakashi-senpai dan Yamato sebagai bantuan medis, walaupun aku yakin kemampuanku lebih dibutuhkan oleh Yamato. Semua orang pun tahu kalau kecepatan penyembuhan Naruto memang luar biasa. Ditambah lagi, aku memang senang bisa bergabung dengan mereka.

Kakashi-senpai adalah mantan ketua kelompokku di ANBU, aku pernah mengajari Naruto tentang ilmu medis saat ujian chuunin dua tahun lalu, sementara Yamato memang teman satu tim-ku dengan tingkat hubungan yang lebih tinggi. Singkatnya, aku mengenal mereka bertiga dengan baik dan menghabiskan waktu bersama mereka memang menyenangkan daripada menjalankan misi tingkat S.

"Yo, Y/N, kenapa baru datang?" Kakashi-senpai melambaikan sebelah tangannya malas ke arahku, matanya masih terfokus pada buku kesayangannya dan ia terlihat santai di bangku kayu yang kupastikan buatan Yamato.

"Ada kucing yang menghalangi jalanku, jadi aku harus mengambil jalan memutar, senpai," balasku dengan senyuman lebar. Kakashi-senpai mengernyit, lalu mendengus pelan, sementara Yamato membalas senyumanku.

Kalau diperhatikan, sepertinya aku sudah benar-benar terlambat. Yamato yang sedang duduk dengan tangan terangkat, mencoba untuk menekan kekuatan Kyuubi, sementara Naruto dengan Kagebunshinnya berjejer menyamping mencoba untuk membelah air terjun yang dibuat oleh Yamato. Teriakan penuh semangat dari Naruto membuatku tersenyum, tapi melihat raut wajah Yamato yang lucu. Maksudku wajahnya menampakkan kalau ia lelah, tapi juga berjuang untuk membantu Naruto. Jadi menurutku wajahnya terlihat lucu saat ini.

"Tsunade-sama yang mengirimmu?" tanya Yamato. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari Naruto.

"Ya, beliau bilang aku harus memulihkan tenaga Naruto secepat mungkin agar jurus barunya cepat selesai," jawabku pada Yamato. Karena Kakashi-senpai tidak menyisakan tempat untukku duduk di bangku panjangnya, aku memilih untuk duduk di sebelah Yamato, ia juga terlihat tidak keberatan. Fokusku beralih pada Kakashi-senpai yang menggumam tidak jelas, kulihat Yamato juga melirik sekilas ke arahnya.

"Kurasa alasannya bukan hanya itu saja," gumam Kakashi-senpai, ia sempat melirikku dan Yamato bergantian. "Kita semua tahu kalau Naruto tidak perlu seorang medis untuk menyembuhkan lukanya. Kurasa alasannya adalah untuk membuat kalian memiliki waktu untuk bertemu dan berdua, terlepas dari kehadiranku dan Naruto. Bagaimana menurutmu, Tenzou?"

"Kecil kemungkinannya Tsunade-sama memperhatikan semua itu, senpai," balas Yamato, ia melirikku sekilas sebelum melanjutnkan ucapannya. "Omong-omong jangan panggil aku seperti itu, namaku sekarang adalah Yamato."

Aku terkekeh mendengar panggilan untuk Yamato, lalu menyetujui pendapatnya. Tidak mungkin Tsunade-sama memikirkan hal remeh seperti itu, memang hubungan kami sudah bukan rahasia lagi di kalangan ANBU, tapi tetap saja aneh rasanya kalau beliau memikirkan hal seperti ini. Mataku beralih pada Naruto, jika diperhatikan staminanya memang luar biasa, tapi kalau terus-terusan seperti ini, ia akan hilang kesadaran dalam waktu singkat.

Benar saja, tidak lama kemudian, Naruto pingsan, Kakashi-senpai yang menahan tubuhnya agar tidak membentur kayu. Aku melirik Yamato yang menghembuskan nafas dalam-dalam, tatapanku beradu dengan Kakashi-senpai. Ia mengangguk seperti mengetahui keinginanku.

"Oi, Yamato, kita istirahat dulu sebentar," kata Kakashi-senpai. Kudengar Yamato menghela nafas lega, Kakashi-senpai menatapku datar. Benar, sudah waktunya memulihkan Naruto dan Yamato.
***
Aku hanya bisa tersenyum saat Naruto protes pada Kakashi-senpai kalau seharusnya ia melanjutkan latihannya karena ia masih kuat. Tidak ada yang meragukan hal itu, tapi bukan hanya ia yang melakukan semua latihan ini. Aku melirik seseorang di sampingku yang mengeluarkan bunyi aneh saat bernafas, raut wajahnya lelah luar biasa, tapi masih bisa menyahut kalau ia tidak apa-apa.

"Yamato-taichou, tampangmu membuatku takut," kata Naruto. Ternyata bukan hanya aku saja yang memperhatikan kondisi Yamato.

"Sudahlah, Naruto. Kau sudah berhasil melewati tahap pertama dalam beberapa jam, kau juga harus mengistirahatkan tubuhmmu," nasihat Kakashi-senpai. Naruto mendengus pelan, lalu berbaring dengan tangan terlipat di depan dada, sesaat kemudian aku mendengar suara mendengkur darinya. Kakashi-senpai menghampiriku sambil sesekali melirik keadaan Yamato yang semakin cepat hilang kesadaran.

Ia menunduk, lalu berbisik. "Benar, kan? Tsunade-sama mengirimmu ke sini bukan untuk Naruto, tapi untuk Tenzou. Pulihkan ia, Y/N, karena besok Naruto akan menuntut lebih banyak bunshin yang bisa ia buat."

Aku mengangguk singkat. "Serahkan saja padaku."

Kurasakan bahuku berat sebelah, juga terasa dingin saat sesuatu bergesekan dengan bahuku dan hembusan nafas yang teratur menyapu telingaku. Yamato sudah tertidur pulas, rasanya tidak enak untuk membangunkannya untuk berganti posisi, tapi harus kulakukan agar ia tidak merasakan sakit pada bagian lehernya besok pagi.

"Yamato.. hey, Yamato... bangun dulu. Benarkan posisi tidurmu," aku menepuk pipinya pelan, mencoba untuk membangunkannya dengan lembut. Hey, ia adalah ANBU, bagaimana jadinya kalau ia terbangun dan langsung menusukku dengan kunai karena ia berpikir aku adalah musuh? Tidak lucu kan kalau seorang ANBU sepertiku tewas lantaran tertusuk kekasihnya sendiri dalam keadaan setengah mengantuk? Bisa-bisa aku di cap sebagai ANBU yang paling mengenaskan.

"Hm?"

"Berbaring saja, kau akan merasa lebih baik," ucapku.

Entah di sadari atau tidak, Yamato mengangguk samar lalu menaruh kepalanya di pangkuanku, sebelah tangannya menggenggam tanganku seakan tidak ingin aku berada jauh darinya. Nafasnya kembali teratur bersamaan dengan cahaya hijau berpendar dari tanganku. Aku tahu kalau Kakashi-senpai melihat semuanya sejak awal, tapi tidak kupedulikan karena memulihkan Yamato adalah prioritasku sekarang.

"Tidak usah pedulikan aku, Y/N. Perasaanku sama sekali tidak terluka," kata Kakashi-senpai dengan sebelah mata tertutup. Aku terkekeh pelan menanggapinya, tanganku masih berfokus pada dahi Yamato.

"Kau sudah memiliki buku dan imajinasimu, senpai," balasku. "Kau juga perlu istirahat, kau belum lama keluar dari rumah sakit, kan?"

"Baiklah, baiklah.."

Aku tersenyum saat melihat Yamato yang terlihat jauh berbeda saat tertidur, aku sama sekali tidak keberatan kalau tidak tidur semalam hanya untuk melihatnya damai seperti ini. Menjadi ANBU selalu membuatnya waspada terhadap semua hal sampai ia tidak bisa mendapatkan istirahat yang baik. Tanganku bergerak di sekitar bahunya, mencoba membuat rasa pegalnya berkurang. Aku juga berbisik kata-kata yang sangat jarang diucapkan padanya.

"Kerja bagus, Yamato. Aku mencintaimu."

Senyum tipis terlihat di wajahnya, walaupun matanya terpejam. "Aku juga mencintaimu, Y/N."

Mataku mendelik tidak suka saat mendengar suara deheman tidak asing yang sengaja di besarkan. Yamato sempat terkekeh pelan sebelum kembali tertidur, tapi mataku masih menatap tajam sosok yang barusan berdehem.

"Senpai, bukankah sudah kubilang kau juga perlu istirahat? Cepatlah tidur sebelum kusuntikkan obat bius," ancamku. Yep, Kakashi-senpai lah yang merusak suasana romantisku. Berbagai macam rencana jahat sudah tersusun di dalam otak, tapi tidak bisa kulakukan karena Naruto masih membutuhkan senseinya yang menyebalkan itu.

Untuk Hani1201 maaf banget ya kalau gak sebagus yang kamu minta.. Gomen...

Naruto One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang