Mengenakan jaket parasut hitam, Murayama Chizuru melintasi distrik Roppongi yang dipenuhi oleh papan billboard yang menyala terang. Tudung jaket ia gunakan untuk menutupi sebagian wajah supaya tak terekspos pada publik.
Kokuryu Suguru mengikutinya dari belakang. Tujuan mereka tak lain untuk mengawasi anggota Hakatsuru yang masih tersisa di Tokyo. Selain itu, Murayama Chizuru ingin memastikan sekeras apa kepolisian bekerja menangkap para anggotanya.
"Roppongi terlihat damai. Namun, sejak keluar dari stasiun hingga di persimpangan ini saja, kita telah bertemu setidaknya lima polisi. Bukan jumlah yang wajar," bisik Suguru dan belakang.
"Suguru-kun sangat teliti," puji Chizuru dengan suara pelan.
Beberapa zebra crossing mereka lewati guna menuju ke salah satu bar milik Hakatsuru yang berada di tengah distrik. Orang lokal yang melewati mereka tampak tak peduli akan pakaian misterius yang keduanya kenakan, tetapi beberapa turis mancanegara yang melintas menatap tak santai. Hal ini membuat Chizuru menjadi tidak nyaman. Suguru dan Chizuru yang mulanya berjalan tak beriringan, kini menyamakan langkah guna saling melindungi.
Di depan sebuah gedung bercat merah menyala dengan plakat besar neon bertuliskan "Orchid Bar" Murayama Chizuru dan Kokuryu Suguru berhenti. Mereka menatap ke sekeliling dan mengamati sekitar. Setelah dirasa aman, keduanya masuk ke dalam tempat tersebut secara bersamaan.
Ingar bingar musik DJ mengalun kencang dari pengeras suara. Bau alkohol dan rokok bercampur menjadi satu dalam ruangan bernuansa merah dan biru tersebut. Chizuru segera mengambil posisi di meja bar dengan Suguru di sampingnya.
Ketika bartender menawari minuman, perempuan berambut abu panjang itu menolak dengan sopan. Tak ada yang tahu bila sebenarnya Chizuru adalah sang pemilik bar yang sebenarnya. Pemimpin geng yakuza Ranko-gumi, yakni Ryohei, orang yang Chizuru berikan kuasa untuk mengurus tempat hiburan malam ini. Ia akan menemui pria tersebut untuk membahas beberapa hal.
Mata Chizuru dan Suguru celingukan mencari sosok bernama Ryohei di antara kerumunan orang. Mereka memang datang tanpa memberitahu, tetapi satu yang pasti, Ryohei selalu berada di tempat ini setiap malam. Oleh sebab itu, tanpa memberitahukan kedatangan, keduanya yakin akan menemukan Ryohei di sini.
Namun, setelah lima menit memindai seluruh isi bar, pemimpin Ranko-gumi tak kunjung ditemukan. Murayama Chizuru pun memutuskan untuk turun ke lantai dansa dan menanyai beberapa pelanggan di sana.
"Aku akan turun," pamit Chizuru.
"Tidak, biar aku saja," cegah Suguru karena tak mau perempuan tersebut sampai mengalami masalah.
"Tenang saja, aku membawa senjata." Chizuru menunjukkan revolver berukiran khusus miliknya dari balik jaket. Pria 30 tahun itu tak lagi bisa mencegah kepergian si pemimpin Hakatsuru.
Perempuan dengan jaket parasut hitam itu membelah kerumunan orang yang hampir mabuk. Mereka berjoget ria seakan tidak ada hari esok untuk dihadapi. Bau alkohol dan aroma tubuh orang-orang itu membuat Chizuru muak, ia ingin segera pergi jika bukan karena mencari Ryohei.
Namun, ketika ia hendak membelah kerumunan lantai dansa, seseorang mencengkeram pergelangan tangan kirinya dengan erat dan menyeret Chizuru ke tepian. Perempuan itu siap mengeluarkan revolvernya untuk menembak orang ini, tetapi begitu mereka berada di pojok bar, Chizuru baru menyadari siapa sosok yang menariknya.
"Wataru?" Dahinya mengkerut. "Mengapa kau ada di sini?" tanya Chizuru heran.
Wataru yang mengenakan kaos hitam polos dengan jaket jeans hanya mengarahkan telunjuknya ke bibir tanpa berkata sepatah kata pun. Mata lebarnya menatap pada pria yang duduk di kursi bar, yakni Kokuryu Suguru. Wataru ingin Suguru kehilangan jejak Murayama Chizuru yang akan ia bawa pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piercing Moon
FanfictionMurayama Chizuru menghadapi masalah besar kala organisasi kriminal yang ia pimpin diburu oleh kepolisian Jepang. Organisasinya dianggap sebagai teroris akibat kesalahan yang Murayama Chizuru perbuat. Perempuan itu pun melakukan pencarian panjang yan...