三十三:「結婚式の日」(The Wedding Day)

63 15 14
                                    

Menatap diri pada kaca besar di hadapannya, netra Murayama Chizuru memindai penampilan dari atas hingga bawah. Shiro-muku¹ berwarna putih membalut tubuh seperti salju di musim dingin. Bordiran bermotif bunga plum menghiasi kain tersebut. Menjadikannya tampak mencolok di antara semua orang di ruangan.

"Kami sudah selesai, Murayama-san." Seorang wanita tua berkata dari samping. Ia adalah pelayan senior di rumah Yoshirogawa yang membantu menyiapkan shiro-muku Chizuru.

Perempuan itu kembali menatap pada dirinya sekali lagi di cermin. Kepala Chizuru telah dihiasi dengan tsuno-kakushi² yang menutupi dahi. Meski memiliki fashion yang eksentrik, Chizuru memang sering kali mengenakan pakaian tradisional, tetapi untuk shiro-muku yang merupakan gaun pernikahan, tentu saja ini kali pertamanya.

"Chizuru-chan terlihat cantik." Yoshirogawa Ayano memujinya dari belakang. Perempuan yang setahun lebih tua itu mengenakan furisode berwarna biru muda. Sangat cocok untuk kepribadiannya yang ceria, tetapi hangat.

"Terima kasih," balas si pengantin wanita dengan senyuman tipis malu.

Hari ini adalah hari pernikahan Murayama Chizuru dengan Sano Aizen. Pernikahan yang telah direncanakan dua minggu lalu akhirnya dilaksanakan di Hokkaido, sesuai kesepakatan Chizuru dan Aizen. Yoshirogawa Eiji mempersilakan keduanya melakukan pernikahan di kuil keluarga Yoshirogawa yang berada di kaki gunung.

Pemimpin Ryukankei itu awalnya agak terkejut saat Murayama Chizuru dan Sano Aizen mengatakan rencana pernikahan mereka, bahkan ia nyaris menentang. Namun, setelah dijelaskan alasan dan keperluan kedua belah pihak, ia tak memiliki alasan lain untuk tidak mendukung. Selain karena tak memiliki kuasa terhadap mereka, Yoshirogawa Eiji tidak punya hak untuk menentang.

"Murayama-san memang terlihat sangat cantik." Para pelayan Yoshirogawa bergantian memujinya. Perempuan bermarga Murayama itu sampai tersipu.

"Jadi, apakah Chizuru-chan dan Sano-san tak mengatakan tentang pernikah kalian ke keluarga? Kalian akan melakukannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Ayano dengan wajah penuh kekhawatiran.

Chizuru tahu rasa khawatir yang Ayano simpatikan padanya. Perempuan itu hanya ingin yang terbaik. Dibalaslah oleh Chizuru dengan senyuman hangat yang manis. "Bila aku memberitahukan pada dua saudara laki-lakiku, mereka tentu saja akan mentang dan merusak rencana panjang yang telah kusiapkan. Sano-san pun memikirkan yang sama tentang keluarganya. Jadi kami memutuskan untuk menyembunyikan pernikahan ini dari keluarga sampai waktu yang tepat untuk diungkapkan."

"Ah ... mau bagaimana lagi. Semoga pernikahan kalian diberi kelancaran." Senyuman Ayano melengkung ke bawah. Ia meletakkan kedua tangan di pundak Chizuru sambil mengelusnya lembut.

Lalu perempuan dengan furisode biru muda itu menatap pada jam yang tergantung di dinding. "Waktunya sudah hampir dekat. Mari segera kita selesaikan dan menuju kuil untuk upacara pernikahan."

Ayano meraih iro-uchikake³ berwarna merah menyala dengan bodiran emas burung bangau dan bulan, benda itu digantung di pojok ruangan. Ia membantu Chizuru mengenakan luaran shiro-muku. Murayama Chizuru yang tadinya terlihat lembut dengan pakaian pernikahan berwarna putih, kini terlihat besar dengan warna merah menyala yang ia kenakan, menggambarkan cinta, komitmen, dan kemakmuran dalam dirinya.

Ayano dan semua pelayan kembali memeriksa penampilan si pengantin sekali lagi. Mereka tak henti-hentinya memuji akan kecantikan pemimpin Hakatsuru itu. Aura perempuan itu menguar tanpa henti seperti air terjun bening.

"Mari kita pergi, semua sudah menunggu." Ayano pun segera membawa Murayama Chizuru keluar untuk menemui semua orang.

Namun, baru beberapa langkah keluar dari dalam ruangan, didapati Yoshirogawa Akira berdiri dengan wajah pucat dan rambut digerai. Perempuan itu memakai yukata putih polos tanpa riasan sedikit pun di wajah. Hal ini membuat Chizuru penasaran.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang