二十三:「視線」(Gaze)

59 10 0
                                    

Sano Aizen tahu dia tak akan bisa menjalankan pernikahan seperti keluarga pada umumnya. Terlebih latar belakang yang Aizen miliki, mana ada perempuan yang mau hidup dengan penjahat sepertinya. Belum lagi keluarga besar yang memiliki catatan kriminal buruk sepanjang sejarah Jepang, sudah tentu akan sulit baginya mencari seorang istri.

Dahulu klan Sano selalu menikahkan keturunannya dengan keturunannya sendiri. Bukan sebuah pernikahan inses, melainkan pernikahan antara satu garis keturunan guna mencegah jatuhnya darah Sano ke orang asing. Seperti yang tetua klan Sano akan lakukan pada Hayato saat ia berusia 18 tahun dahulu.

Sano Hayato dipersiapkan menjadi pemimpin Kawaragi sekaligus kepala klan sejak kecil. Semua hal dipersiapkan dengan sangat matang, bahkan untuk calon pasangannya sendiri. Sosok yang akan menjadi istri dari Hayato adalah Sano Kaori, sebab ia seumuran dengannya. Mereka adalah sepupu jauh dari garis kakek buyut. Jika Hayato adalah cicit dari kakek buyut, maka kakek buyut memiliki seorang adik, dan adik tersebut memiliki cicit, yakni Sano Kaori. Pernikahan mereka telah ditentukan sejak berusia tiga tahun.

Harusnya kejadian malam itu tak terjadi sehingga pada keesokan harinya Hayato dan Kaori menikah, lalu keduanya akan meneruskan klan Sano dan Kawaragi di bawah kepemimpinan dua orang tersebut. Sayangnya, rencana panjang klan Sano hanya sekadar rencana. Bencana besar terjadi dan malah membuat goncangan begitu besar di hidup Sano Aizen. Ia terpaksa menggantikan Hayato dan menanggung beban semua orang di usia ke 16 tahun.

Jika saja peristiwa mengerikan itu tak terjadi, mungkin saat ini Aizen bisa hidup bebas berpetualang mengelilingi dunia dan kabur dari para tetua klan Sano yang akan menjodohkan ia dengan salah seorang sepupunya sendiri. Aizen akan melukis gunung dan menulis di hamparan lavender mengenai bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah klan Sano yang besar.

Kini di usia nyaris 30 tahun, Aizen dipusingkan dengan seorang perempuan yang mau hidup bersama kriminal sepertinya. Sano Aizen tidak mau menikahi perempuan dari keluarga biasa sebab mereka pasti akan mengalami masalah besar jika berurusan dengannya. Aizen pun tak mau membayar seseorang untuk mengandung keturunannya, setidaknya bayi Aizen harus mendapatkan sayang dari sang ibu, bukan sekadar uang saja. Namun, jika seorang perempuan dari keluarga terhormat, lantas siapa perempuan itu? Keluarga Sano tak pernah mempercayai orang lain selain orang kepercayaan mereka sendiri. Oleh sebab itu, mereka selalu menikahkan keturunannya dengan keturunannya sendiri. Kini yang tersisa dari klan Sano hanya Aizen, Rei, dan Hayato. Otaknya seperti sedang diajak berpikir keras.

"Eh, koran apa ini?" Seorang pria berwajah kecil memasuki kamar Aizen tanpa seizin dari sang pemilik. Pria itu mengenakan mantel tebal di waktu pergantian ke musim panas, sungguh aneh. Hasegawa Ryusei memunguti satu persatu koran yang tercecer di lantai kamar Sano Aizen.

"Selamat pagi, Socho," sapanya sambil menatap Aizen yang mengenakan yukata putih. Pria 30 tahun itu menyadari lampu baca di meja sang pemimpin masih menyala, padahal hari sudah terang. "Apa anda belum tidur sejak semalam?" tebaknya.

Melihat Hasegawa Ryusei memungut koran-koran yang Aizen letakkan sembarangan di lantai kamar setelah kepergian Hayato semalam, cepat-cepat ia bangkit dan merebut kertas tersebut dari tangan sang orang kepercayaan.

"Mengapa Ryusei-kun ada di sini?" tanya Aizen sambil memunguti koran. Ia tak mau Ryusei sampai melihat isi dari berita tersebut.

Hasegawa Ryusei malah menatap Aizen dengan pandangan bingung. "Bukankah kita pergi ke Tokyo hari ini?"

Sano Aizen sampai melupakan pekerjaannya karena ucapan Hayato semalam. Seharusnya pagi ini dia pergi ke Tokyo bersama Ryusei untuk bertemu dengan salah satu orang kepercayaan klan Sano sejak lama, tetapi Aizen bahkan belum berganti pakaian.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang