四十二:「背景」(Background)

37 7 2
                                    

Chizuru baru saja kembali dari Hokkaido setelah empat hari pergi tanpa pamit. Seperti biasa, Murayama Hazuru menatapnya sinis karena ia menghilang selama beberapa hari. Terlebih lagi Chizuru selalu berhasil mengelabui orang suruhannya sehingga dia tak tahu ke mana sang adik pergi selama ini.

"Chizuru, jujur saja padaku, aku tak akan marah. Kau sebenarnya memiliki kekasih, bukan?" tuduh Hazuru begitu sang adik memasuki ruang kerja.

Alis Chizuru bertaut heran. "Dari mana kau mendapatkan pemikiran konyol seperti itu?"

Hazuru ingin menjawab, tetapi ia kehabisan kata. Alhasil pria 30 tahun itu hanya bisa menjawab dengan agak gugup. "En—entahlah! Kau terlihat sangat aneh akhir-akhir ini. Wajahmu seperti menujukan sebuah cahaya yang tidak dapat diartikan."

"Maksudmu aku terlihat cantik?" Perempuan itu malah menggoda kakak sulungnya.

"Tentu saja tidak!"

Chizuru tertawa. "Kau sudah seperti kakek-kakek saja."

Hazuru memutar bola matanya malas. Lalu kedua tangannya diletakkan di atas pinggang. "Baiklah, aku serius." Ia berdeham sebelum berbicara. "Sekitar sebulan lalu kau kembali ke rumah dengan memakai pakaian khas penginapan. Tidak mungkin kau pergi ke penginapan seorang diri? Bahkan jika kau beralasan pergi bersama seseorang teman perempuan, aku tak akan mempercayainya. Kau bahkan tidak pernah berinteraksi dengan permpuan selain ketika sedang berada di salon."

Chizuru setuju jika seseorang mengatakan bila kakak sulungnya itu cerdas, sebab memang seperti itu lah kenyataannya. Hazuru pandai membaca suasana. Ia sering kali mendapati rahasia Chizuru. Dan ini sangat buruk. Perempuan berambut abu itu tak bisa membiarkan Hazuru mengetahui tentang pernikahannya dengan Aizen. Ini bukan waktu yang tepat.

"Me—memangnya kenapa jika aku memiliki seorang kekasih?" Kini Chizuru balik bertanya.

"Kau benar-benar memiliki kekasih?!"

Mata Chizuru membulat. "Apa kau gila?! Tentu saja tidak! Aku tidak memiliki waktu untuk itu." Perempuan itu duduk pada meja kerjanya terbuat dari kayu berkualitas tinggi. Ukiran-ukiran bangau memenuhi kaki dan bagian depan meja. Sedangkan kursinya sangat besar sehingga membuat tubuh mungil Chizuru seperti tenggelam di sana.

Hazuru menghela napasnya lega. "Baiklah, aku lega sekarang," ungkap si sulung Murayama. "Chizuru, jangan sampai kau mengandung sebelum melakukan pernikahan. Bila kau ingat, kau adalah kepala klan. Jangan merusak darah keluarga."

"Astaga! Apa kau masih berpikir aku menjalin hubungan dengan banyak pria secara asal? Kubilang aku tak punya waktu!"

"Aku tidak menuduh, aku hanya memperingatkan supaya kau tak berbuat macam-macam. Aku khawatir kau bertindak bodoh."

"Lihat siapa yang berbicara," hina Chizuru. "Hazuru, segeralah menikah dan berikan klan Murayama seorang keturunan, sebab aku tak punya waktu untuk itu." Dia menunjuk Hazuru dengan menggunakan pena yang ada di atas meja kerja.

"Aku juga tidak memiliki waktu untuk itu."

"Oh benarkah? Apa kesibukanmu? Aku sendiri sibuk mengurus Hakatsuru," tantang si perempuan

"Aku sibuk mengurus pemimpin Hakatsuru."

Ingin Chizuru membalas lagi ucapan kakak sulungnya. Namun, ketika pintu ruang kerja dibuka dan menampilkan Fujio, Suguru, Sanzuru, dan para ketua fraksi geng, akhirnya dua orang itu memilih diam dan menyudahi perdebatan. Jika pertengkaran ini terus dilanjutkan, bisa-bisa mereka tak kunjung selesai berbicara hingga esok hari.

"Kalian membicarakan tentang apa?" tanya Sanzuru begitu ia menyadari sebuah pembicaraan baru saja terjadi antara dua saudaranya.

"Hanya menanyakan pada saudari kembarmu itu kemana dia pergi selama beberapa hari kemarin," balas Hazuru sembari ia menjatuhkan diri ke sofa di tengah ruangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang