十七:「良代川に会う」(Meet Yoshirogawa

80 12 3
                                    

Matahari masih enggan menampakkan wujud, ia sedang tidur manis di singgasana barat. Langit masih gelap dengan awan-awan membentang indah ke seluruh penjuru cakrawala. Meski begitu pelabuhan Otaru disibukkan dengan kedatangan berbagai kapal di pagi buta. Kapal feri pengangkut penumpang, kapal kargo, kapal kontainer, dan kapal-kapal lain yang berlabuh ke pulau Hokkaido.

Seorang perempuan berambut abu dengan nama Murayama Chizuru adalah salah satu di antara penumpang kapal feri. Perempuan 29 tahun itu menghindari transportasi udara karena keamanannya yang cukup ketat dibanding menggunakan kapal. Ia melakukan perjalanan selama 12 jam untuk mencapai Hokkaido dari Tokyo.

Seusai berdebat dengan Hazuru tempo hari, Murayama Chizuru memutuskan untuk menyelinap keluar secara diam-diam supaya tak diikuti oleh anggota Hakatsuru yang diperintahkan oleh si sulung untuk menjadi pengawalnya. Murayama Hazuru telah setuju mengizinkan Chizuru pergi selama beberapa hari, tetapi harus dengan pengawal. Dikarenakan perintah Hazuru tak bisa ditolak dan tidak mungkin bagi Chizuru membawa anggota Hakatsuru ke kediaman Yoshirogawa, ia lebih memilih untuk mengiyakan saja apa kata pria tersebut supaya kakak laki-lakinya yang dramatis itu tak membuat keributan. Akan tetapi, Chizuru telah merencanakan penyelinapan sehingga ia bisa pergi tanpa harus dibuntuti oleh pengawal suruhan Hazuru.

Si perempuan sekarang berada di pelabuhan Otaru sembari menuruni kapal yang menampung banyak orang. Ia mengenakan jaket putih tebal karena pagi ini cukup dingin dan juga supaya orang yang akan menjemput bisa mengenali Chizuru lebih cepat.

Kebetulan sekali Yoshirogawa Wataru berhasil mengenali Chizuru dalam sekali lihat. Laki-laki itu duduk di kap mobil sedan kuno berwarna biru mengkilat. Ia memakai jaket denim gelap dan celana jeans yang berhasil membingkai kaki panjangnya. Jarak antara kapal yang ditumpangi Chizuru dan mobil sedan tak begitu jauh, oleh sebab itu, Wataru tak repot menjemputnya dan hanya duduk santai di kap mobil.

"Selamat pagi, Murayama-san."

Mata Chizuru menyipit. Wataru masih enggan memanggilnya secara non-formal. "Wataru-kun, mengapa kau yang menjemput? Oh iya, panggil aku Chizuru!" peringatnya.

Yoshirogawa Wataru menatap Chizuru malas. Baginya, perempuan 29 tahun itu terobsesi akan ikatan "persahabatan" mereka yang bahkan Wataru sendiri belum setuju. Apalagi saudara perempuan dan iparnya yang mendukung sekali tingkah aneh Murayama Chizuru. Wataru jadi bertanya-tanya, apakah pemimpin Hakatsuru ini betulan aneh atau memang seperti itu kelakuan para perempuan?

Wataru lebih memilih tak menjawab pertanyaan tak penting Chizuru. "Anda tahu sendiri bila aku adalah pelayan Ryukankei, sedangkan Hyuga-san adalah anggota klan Yoshirogawa," balas Wataru dengan wajah datar.

Chizuru tertawa melihat ekspresi kocak Wataru. Laki-laki itu seperti tersingkirkan di klan sendiri dan digantikan oleh orang lain yang hanya bawahannya. Namun, yang lebih lucu adalah Wataru tak memprotes ketidakadilan yang didapat. Itu adalah poin lucunya sebab Wataru terlanjur merasa bila Hirose Hyuga adalah atasan dan bukan bawahannya.

Merasa kesal karena ditertawai, Wataru pun berusaha mengalihkan topik dengan mengajak Chizuru untuk segera pergi dari pelabuhan. "Sudahlah, Murayama-san, lebih baik kita segera dari sini, saya tidak mau sampai ada seseorang yang mengenali anda."

"Aku akan pergi setelah kau memanggilku dengan nama Chizuru," tantang si perempuan sambil kedua tangan dilipat di depan dada.

"Tidak."

"Baiklah, aku tunggu di sini saja." Chizuru ikut duduk kap mobil samping Wataru.

Pria 28 tahun tersebut lelah. Akhirnya Wataru lebih memilih untuk mengalah daripada berdebat panjang dengan pemimpin Hakatsuru. "Chizuru-san, mari kita pergi," ajaknya dengan nada malas.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang