八:「チガルさん」(Mr. Chigaru)

68 13 0
                                    

Otaru, Hokkaido.

Perempuan dengan tudung jaket menutupi sebagian wajah itu mengigiti jari-jarinya berulang kali. Ia duduk di sebuah bar yang menghadap langsung ke Laut Jepang. Suara deburan ombak di malam hari hampir tertutupi oleh ingar-bingar musik yang dimainkan oleh disjoki.

Lampu neon menyala-nyala menyilaukan mata para pengunjung bar, sedangkan perempuan 29 tahun itu tak ikut menari liar seperti yang lain sebab tujuannya datang ke bar bukan untuk itu. Rambut hitamnya baru saja diputihkan menjadi pirang terang, tetapi berkat jaket hitam yang dikenakan, Murayama Chizuru tak terlihat mencolok.

Riasan perona berwarna peach ia taburkan begitu banyak di bawah mata dan juga hidung, belum lagi eyeshadow hitam yang menambahkan kesan mengantuk. Chizuru harus melakukan semua ini supaya penyamarannya sebagai pecandu berjalan lancar.

Matanya celingukan ke sana ke mari, menunggu kedatangan seseorang yang amat ditunggu. Sudah 30 menit ia duduk di sini sambil berakting risau dan gundah. Dalam hatinya, Chizuru bertanya tak mengerti, mengapa orang-orang rela membayar mahal untuk sesuatu yang merusak tubuh? Memang gokudo yang dia pimpin menjual hal-hal seperti itu, tetapi tak pernah sekalipun Chizuru menghirup benda buruk tersebut.

Apa yang ditunggu akhirnya tiba. Seorang pria botak dengan tangan dipenuhi tato naga terlihat celingukan mencari sosok yang memesan kokain. Pelanggannya adalah perempuan akhir usia 20 tahun dengan rambut pirang. Tak lama setelah mencari, dia menemukan sosok tersebut.

Chizuru bernapas lega dalam hati saat pria botak berjalan mendekat. Ia mulai berjaga dengan memasukkan tangan kanannya ke dalam jaket sisi kiri. Sebuah benda telah ia siapkan untuk pria itu.

Si botak akhirnya tiba. Ia berada di sisi kiri Chizuru meski terpisah satu kursi jauhnya. Pria terlihat melihat ke arah lain untuk berjaga-jaga, siapa tahu seseorang sedang membuntuti.

"Kirin-san?" tanya si kepala plontos tanpa memandang wajah Chizuru.

"Hm," jawab Chizuru singkat. Ia juga tak menatap pada pria tersebut untuk keamanannya sendiri.

"Berikan uangnya terlebih dahulu, baru kuserahkan bendanya." Tangan kiri si pria menyelinap dari cela badan dan tangan kanannya. Ia meminta Chizuru menyerahkan uang terlebih dahulu.

Dengan tangan kiri, perempuan berambut pirang itu merogoh pada saku jaket, mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana. Lalu menyerahkan kertas-kertas berharga tersebut secara diam-diam seraya memperhatikan keadaan sekitar.

Usai menerima uang, si pria botak menghitung dengan teliti. Baru setelah itu mengeluarkan bungkusan kecil dari saku celana. Lalu ia menyelinapkan bungkusan tersebut melalui sela-sela tubuh.

Namun, pemberiannya tak diterima dengan baik. Ia merasakan sebuah benda keras menusuk pinggang bagian kanan. Bukan pisau karena si pria tak merasakan sakit tertusuk benda tajam. Benda itu tumpul, tetapi cukup keras hingga ia merasakan tulang rusuknya terketuk kencang.

"Kau anggota Ryukankei?" Murayama Chizuru telah memojokkan mangsanya ke meja bar. Di balik jaket hitam terdapat pistol semi-otomatis dengan peredam suara yang siap menembak pria botak. "Aku memiliki pistol, tetapi aku tak akan membunuhmu jika kau mau diajak bekerja sama. Satu lagi, aku bukan polisi," ujar Chizuru.

"Tidak, aku bukan anggota Ryukankei." Ia berbohong.

"Namun, tato nagamu mengatakan segalanya." Chizuru menunjuk pada tangan si pria. "Cepat katakan dengan jujur! Aku tak akan menyakitimu."

"Siapa kau?" tanya si botak dengan nada berbisik.

"Bila aku menjawab jika aku seseorang dari Hakatsuru, kau akan apa?" Baru saja Chizuru menyelesaikan perkataan, kepala plontos langsung mencoba melarikan diri. Akan tetapi, perempuan itu lebih cekat, Chizuru menahan kaki si pria dengan menguncinya menggunakan betis dan paha.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang