Yoshirogawa Akira terlihat santai mengenakan kaus merah polos. Ia mengepang rambutnya ke belakang dengan simpul indah. Tak lupa aksesoris bunga sakura ia jepitkan pada kepangnya.
Perempuan itu duduk santai di teras rumah sambil meminum secangkir kopi dan membaca buku. Ia memandangi sang suami dan adik ipar yang sedang berlatih berpedang menggunakan pedang kayu di dojo¹ sayap kiri rumah.
Baru pertama kali Murayama Chizuru melihat Yoshirogawa Akira tak mengenakan kurotomesode-nya atau sekadar yukata. Perempuan itu cukup modis meski tinggal di keluarga kolot seperti Yoshirogawa. Mungkin sehari-hari Akira mengenakan pakaian santai, tetapi ketika ada tamu, ia akan mengenakan pakaian kebesarannya, sama seperti apa yang dilakukan Yoshirogawa Eiji.
Namun, kali ini perempuan tersebut tak lagi mengenakan kurotomesode ketika Chizuru datang. Agaknya Yoshirogawa Akira nyaman akan kehadiran Chizuru di rumahnya hingga ia bisa bersikap santai.
"Selamat pagi, Akira-chan," sapa Chizuru yang bergabung duduk di sebelah Akira.
"Ah, Chizuru! Selamat pagi." Perempuan itu tersenyum. "Apakah mau minum kopi?" tawar Akira sembari menyodorkan tekonya yang masih beruap.
"Tidak perlu, aku hanya ingin duduk," tolak Chizuru sopan.
Sempat terjadi jeda diam sejenak. Ini karena Akira kembali memandang pada dojo di sayap kiri sana, sedangkan Chizuru yang penasaran ke mana arah mata perempuan itu memandang pun mengikutinya. Yoshirogawa Akira melihat pada suaminya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Apakah Akira-chan menyukai Yoshirogawa-san?" Mulut Chizuru bertanya tanpa tahu malu.
Perempuan dengan rambut terkepang itu sampai menoleh cepat-cepat pada Murayama Chizuru. "Tidak!" elaknya padat.
"Eum? Mengapa tidak? Yoshirogawa-san adalah suami Akira-chan. Tidak masalah bila Akira-chan menyukainya." Chizuru memasang wajah polos seolah-olah ia sangat lugu dan tak tahu apapun.
"Bu—bukan begitu maksudku ...." Cangkir kopi di tangannya ia letakkan begitu saja pada lantai. Perempuan itu terlihat gelagapan hingga sedikit cairan kopi tumpah membasahi teras.
Yoshirogawa Akira yang kehabisan kalimat untuk menyangkal pun lebih memilih mengalihkan topik. "Aku sudah mendengar tentang Sano Aizen. Jadi, pria itu adalah pemimpin Kawaragi dan klan Sano?"
Murayama Chizuru dengan mudah disetir alur pembicaraannya. "Benar. Setidaknya begitu yang Chigaru-san katakan padaku," balasnya dengan nada agak datar.
Suara ketukan kayu yang beradu terdengar keras. Itu berasal dari pedang kayu yang sedang digunakan dalam pertarungan antara Yoshirogawa Eiji dan Yoshirogawa Wataru di dojo sana. Bunyi air mengalir dari patung pancuran di halaman tengah rumah Yoshirogawa membuat suasana terasa lebih asri dan sejuk. Sesekali angin berembus melalui celah-celah tumbuhan, menimbulkan suara gemerisak dari dedaunan. Langkah kaki pelayan terdengar memenuhi seisi rumah. Rumah Yoshirogawa adalah tempat meditasi terbaik.
"Aku dengar Chigaru-san kembali ke Osaka hari ini untuk mengulik informasi mengenai Sano Aizen. Apakah itu benar?" tanya Akira penasaran
"Iya ... Chigaru-san memutuskan berangkat ke Osaka lagi karena rasa penasarannya akan Sano Aizen dan ingin segera membantuku menyelesaikan masalah, padahal tubuhnya sudah tua dan gampang lelah. Bila otosan masih hidup, mungkin mereka seumuran."
"Namun, Chigaru-san benar-benar luar biasa. Tubuhnya gemuk, ia gemar meminum alkohol, dan suka merokok, tetapi ia terlihat sehat-sehat saja, bahkan aku mendengar dari Wataru jika Chigaru-san sempat dipukuli ketika berada di Osaka sana, tetapi ia cepat sekali pulih." Akira terkikik kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piercing Moon
Fiksi PenggemarMurayama Chizuru menghadapi masalah besar kala organisasi kriminal yang ia pimpin diburu oleh kepolisian Jepang. Organisasinya dianggap sebagai teroris akibat kesalahan yang Murayama Chizuru perbuat. Perempuan itu pun melakukan pencarian panjang yan...