Jari-jari lentik seorang perempuan mengetuk pada meja kayu di ruangan yang dipenuhi berbagai macam buku. Sosok berambut abu tersebut menyandarkan diri pada kursi kebesarannya, sedangkan mata itu berlarian liar melirik ke sana ke mari dan berlabuh pada ponsel lipat di atas meja. Murayama Chizuru mengetukkan gigi antara satu sama lain. Kegelisahan memenuhi dirinya.
"Ada apa denganmu sebenarnya?" Hazuru yang duduk di sofa putih merasa geram akan tingkah adiknya yang tak bisa tenang, seakan sesuatu sedang menganggu pikiran perempuan tersebut.
Chizuru terlonjak saat mendengar kalimat si sulung. Sejak tadi ia melamun dan pikirannya melayang tanpa batas jauh di sana. Sesuatu sangat mengusik hingga ia kehilangan fokus. Tanpa sadar di ruangan seluas sembilan kali delapan meter tersebut telah diisi oleh banyak orang. Mereka berkumpul di meja kayu panjang yang dikelilingi oleh sofa kulit putih di sekitarnya.
"Oh, semua sudah datang?" tanya Chizuru yang baru kembali dari lamunan.
"Semua ada di sini sejak lima menit yang lalu." Suguru menjawab.
Mata Chizuru menangkap para pria yang sudah duduk manis di sofa. Ada dua saudara laki-lakinya, Suguru, Fujio, dan juga enam orang pemimpin dari geng yakuza yang berada di bawah naungan Hakatsuru. Wajah sangar dan garang, tubuh dipenuhi tato, beberapa ada yang terlihat seumuran dengan mendiang ayahnya. Mereka adalah orang-orang setia Hakatsuru.
"Baiklah, kita mulai."
Chizuru berdiri dari kursinya. Ia mengambil sebuah haori merah muda dengan motif bangau yang tergantung pada sebuah gantungan tiang di ujung ruangan. Pada haori tersebut terdapat kamon yang dipasang di punggung, siku, dan juga dada, menandakan bila Murayama Chizuru adalah pemimpin klan Murayama.
Perempuan 29 tahun tersebut mengunakan haori di atas kemeja biru langit yang dia pakai. Lalu berjalan menuju meja panjang tersebut. Semua orang kompak berdiri dan membungkukkan badan begitu Chizuru berdiri di sofa utama.
"Kami mohon bantuan anda!"
Murayama Chizuru duduk di sofa utama. Kaki jenjangnya menyilang di bawah meja, menunjukkan sepatu hitam hak tinggi yang mengkilat. Sepuluh pria di sekeliling ikut duduk di hadapannya dengan posisi membentuk huruf U. Semua mata tertuju pada si perempuan.
"Kita mulai rapat pada hari ini," ucap Chizuru sambil bergantian menatap pada mata semua orang.
"Baik!"
Telapak tangan Chizuru menyatu antara satu sama lain, saling menggenggam dengan tinggi selaras mulutnya. "Bagaimana di Saitama?" tanyanya pada pria berjas abu-abu. Pria itu berusia sekitar 49 tahun dengan rambut sedikit memutih karena uban. Garis-garis halus mulai terlihat di wajah.
"Chizuru-sama, lima belas orang dari geng kami telah tertangkap oleh polisi. Akaibara-dan sedang dalam bahaya. Seperempat dari anggota pun menghilang tanpa kabar, kemungkinan mereka sedang bersembunyi karena masuk ke dalam daftar buronan." Akamine dari Akaibara-dan menjawab pertanyaan Chizuru.
"Seperempat menghilang tanpa kabar dan lima belas orang tertangkap?" tanya Chizuru tak percaya.
"Benar, Chizuru-sama. Kemarin saya membayar seseorang untuk menyamar sebagai keluarga dari salah satu anggota yang dipenjara, orang itu ditugaskan untuk menemui anggota tersebut. Anggota Akaibara itu terlihat sangat buruk karena disiksa habis-habisan supaya mau mengungkapkan siapa pemimpinnya. Dia secara terpaksa mengungkapkan saya sebagai pemimpin geng. Oleh sebab itu, saya masuk ke dalam daftar buronan." Wajah Akamine terlihat lesu.
Lalu ia melanjutkan kalimat, "namun, penyelidik masih kurang puas. Mereka ingin anggota itu memberitahu siapa pemimpin dari pemimpin Akaibara-dan, yakni anda sang pemimpin Hakatsuru. Akan tetapi, anggota tersebut tak bisa menjawab karena tidak tahu nama anda dan tidak pernah bertemu secara langsung. Jika saya tertangkap, kemungkinan besar para polisi pun akan menyiksa saya supaya membongkar siapa anda yang sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Piercing Moon
FanfictionMurayama Chizuru menghadapi masalah besar kala organisasi kriminal yang ia pimpin diburu oleh kepolisian Jepang. Organisasinya dianggap sebagai teroris akibat kesalahan yang Murayama Chizuru perbuat. Perempuan itu pun melakukan pencarian panjang yan...