二十九:「総会」(General Meeting)

42 15 2
                                    

"Chizuru-sama, aula utama sudah dibuka. Sokai bisa segera dimulai." Seorang pelayan masuk ke dalam kamar Murayama Chizuru dengan kepala membungkuk. Ia menyampaikan pesan kepada sang pemimpin Hakatsuru yang tengah bersiap untuk sokai yang akan dilangsungkan.

Perempuan dengan furisode¹ berwarna hijau tua itu menganggukkan kepala. Di atas furisode yang dikenakan, terdapat motif bunga plum menghiasai kain tersebut. Murayama Chizuru menusukkan kanzashi² bunga sakura sebagai hiasan rambut. Tak lupa ia menyemprotkan wewangian pada tubuhnya. Parfum tersebut beraroma segar, manis, woody, dan sedikit earthy, memberikan kesan seperti sedang berada di hutan yang lembab dan basah karena tersiram air hujan, lalu bunga dan buah yang sedang ranum mekar memerikan kesan segar dan manis.

"Kau sudah selesai?"

Baru saja pelayan tersebut pergi dari kamar, suara seorang pria memenuhi gendang telinga Chizuru. Saat perempuan tersebut menoleh, ia mendapati sang saudara kembar, Murayama Sanzuru, berdiri di dekat pintu dengan montsuki hakama melekat pada tubuh. Begitu pula dengan haori hitam legam dengan kamon pada punggung, pundak, dan siku.

"Aku sudah selesai," jawab Chizuru sambil bangkit dari kursi di depan meja riasnya.

Sanzuru masuk ke dalam kamar si kakak kembar. Ia meraih uchikake³ berwarna krem dengan motif burung bangau yang disulam menggunakan benang perak. Sanzuru membentangkan uchikake tersebut ke udara untuk memudahkan Chizuru dalam pemakaiannya.

Pemimpin Hakatsuru rampung dalam persiapannya. Murayama Chizuru siap memimpin rapat besar atau sokai keduanya selama menjabat sebagai pemimpin klan Murayama.

Sokai adalah pertemuan dengan ritual tradisional yang merupakan tradisi turun temurun klan Murayama dalam menjaga hubungan antara anggota klan, petinggi Hakatsuru, anggota senior Hakatsuru, dan pebisnis yang berasosiasi dengan gokudo. Klan Murayama yang berpusat di Tokyo mudah mendapat pengaruh dari budaya asing karena kemajuan teknologi dan berita yang aktual. Untuk menjaga tradisi agar tak luntur, sokai beberapa kali dilakukan untuk menjaga kekhasan susunan organisasi dari gokudo. Dengan adanya sokai, tradisi turun temurun klan Murayama tetap terjaga meski ratusan tahun telah berlalu.

Dalam sokai, pembahasan tidak jauh dari urusan keberlangsungan Hakatsuru, tongkat estafet kepemimpinan klan Murayama, atau masalah-masalah lain yang harus diselesaikan dengan keputusan orang banyak.

Dua tahun kepemimpinan Murayama Chizuru, ini adalah kali keduanya dalam melaksanakan sokai. Sokai pertama dilakukan sekitar satu setengah tahun lalu, saat Kurihara Hideyoshi dibunuh dan Hakatsuru dicap sebagai teroris oleh pemerintah. Kala itu Chizuru yang kesakitan atas perilaku Kurihara Hideyoshi yang mencoba melecehkannya, akhirnya memutuskan untuk keluar setelah satu minggu mengurung diri di dalam kamar.

Sokai pertamanya berlangsung secara emosional karena Chizuru meminta maaf pada semua anggota Hakatsuru yang mengalami kesulitan akibat perbuatan yang dia lakukan. Pada pertemuan kala itu, Hakatsuru dinyatakan dalam keadaan darurat karena pemerintah telah mengumumkan pembubaran Hakatsuru dan penangkapan kepala klan Murayama.

Sokai kedua di bawah kepemimpinan Murayama Chizuru berlangsung satu setengah tahun kemudian sejak yang pertama diadakan. Pada kali ini pembahasan masih sama mengenai keadaan darurat yang dialami Hakatsuru selama beberapa waktu terakhir. Terlebih lagi saat Akamine sang pemimpin Akaibara-dan, salah satu geng besar yang berada di bawah Hakatsuru, tertangkap oleh kepolisian Saitama.

Murayama Chizuru berjalan keluar dari dalam kamar dengan anggun, diikuti oleh sang saudara kembar di belakangnya. Begitu melewati pintu kamar, Chizuru mendapati Hazuru yang menunggunya sambil bersandar di dinding. Pria 30 tahun itu mengenakan montsuki hakama yang sama seperti Sanzuru kenakan.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang