Kegaduhan memenuhi rumah besar klan Murayama. Para pelayan berlarian ke sana kemari untuk mencari si sulung yang saat ini entah berada di mana. Teriakan memanggil nama Hazuru digaungkan keras-keras oleh para pelayan perempuan, sedangkan salah seorang pelayan laki-laki sibuk berbicara dengan pria berhidung lancip, yakni Kokuryu Suguru.
"Kau yakin?" tanya Suguru pada pelayan sambil meletakkan kedua tangan di atas pinggang.
"Benar, Kokuryu-san. Ketika sedang berada di Harajuku, saya melihat seseorang yang mirip sekali dengan Chizuru-san, hanya saja saat ini rambutnya berwarna abu-abu, tetapi panjang rambutnya juga masih sama." Kepala pelayan itu terangguk-angguk saat menjelaskan apa yang baru saja dilihat olehnya.
"Ke mana perginya perempuan itu?" gumam Suguru sambil memijit dahi. "Baiklah, jika sudah menemukan Hazuru, katakan padanya supaya menemuiku." Pria 30 tahun itu kemudian pergi dari hadapan si pelayan. Ia merogoh saku celana dan mengeluarkan sebuah ponsel lipat sari dalam sana. Seseorang dengan nama Murayama Sanzuru lah yang ia hubungi pertama kali.
Begitu telepon tersambung, Suguru langsung membuka suara tanpa mengucap salam. "Pelayan itu yakin jika perempuan tersebut adalah Chizuru. Hanya saja rambutnya berwarna abu-abu saat ini."
"Abu-abu? Jika benar itu Chizuru, mengapa ia mewarnai rambutnya seperti itu?" Sanzuru membalas dengan nada kebingungan.
"Ah, itu tidak penting. Lebih baik kau pergi ke Harajuku sekarang bersama beberapa pengawal dan cari Chizuru. Agaknya ia dalam masalah," perintah Suguru, "bahkan sekarang pun aku juga sedang dalam masalah. Kau tahu di mana keberadaan kakakmu Hazuru?" lanjutnya dengan pertanyaan.
"Hazuru? Bukankah ia tak keluar rumah sama sekali?"
"Benar. Oleh sebab itu, kami kebingungan mencarinya. Kau dengar teriakan ini? Para pelayan mencarinya ke sekeliling rumah."
Terdengar desahan Sanzuru, tak lama kemudian ia terkekeh. "Suguru-kun, berapa lama kau berteman dengan kakakku itu? Mengapa kau masih saja tak paham dengan kebiasaannya? Pasti saat ini Hazuru sedang berada di ruang menembak bawah tanah sambil memandangi foto otosan dan okasan dengan membawa pistol revolver Chizuru. Pria aneh itu sedang mengkhawatirkan adik perempuan tersayangnya." Usia mengatakan hal tersebut, Sanzuru langsung menutup telepon tanpa sempat mendengar balasan dari Kokuryu Suguru.
Kala sambungan terputus, pria berkemeja biru tua itu menatap pada layar ponsel lipatnya yang menampilkan riwayat telepon, ia memandangi selama beberapa detik sambil berpikir sesuatu. Setelah itu Suguru menutup benda tersebut lalu memasukkannya ke dalam saku celana kain yang dikenakan. Kemudian kaki jenjangnya melangkah lebar menuju ruang menembak bawah tanah, tempat Hazuru berada.
Benar kata si bungsu, sosok berkaus hitam itu duduk di depan jajaran foto anggota klan Murayama. Tatapannya jatuh pada seorang laki-laki dan perempuan yang memiliki wajah mirip dengannya, Murayama Hazuru menatap foto kedua orang tuanya dalam-dalam.
"Ternyata kau di sini," kata Suguru tepat di belakang Hazuru. "Asal kau tahu, semua orang mencarimu ke mana-mana. Namun, adik laki-laki kesayanganmu itu tahu di mana kau berada tanpa repot mencari." Suguru meletakkan tangannya ke pinggang sambil memandang kaki yang terbalut pantofel hitam.
"Suguru," panggil Hazuru. "Apa yang akan terjadi bila hanya aku yang tersisa di klan ini?" Hazuru mempertanyakan sesuatu yang terdengar absurd.
"Kau ini bicara apa? Apa kau melupakan dua adik kembarmu yang gemar bertengkar itu?"
"Bagaimana jika mereka pergi?" Hazuru akhirnya memalingkan muka dari foto di dinding. Ia menghadap ke belakang, kepada Suguru. Wajah pria 30 tahun itu terlihat bengkak dan memerah, semua ini disebabkan oleh air yang meleleh di mata. Entah sudah berapa lama Hazuru menangis sebab matanya terlihat sembab.
"Astaga ... kau begitu dramatis." Suguru geleng-geleng kepala. "Dengar, Hazuru, meski dua adikmu itu orang gila nekat, mereka tak akan pergi meninggalkanmu begitu saja." Ia bersedekap dada saat sedang diam sejenak. Lalu Kokuryu Suguru kembali berkata, "kami mencarimu ke mana-mana karena ingin memberitahukan sebuah informasi mengenai keberadaan Chizuru. Dia terlihat di Harajuku semalam. Saat ini aku memerintahkan beberapa anggota Hakatsuru dan juga Sanzuru untuk mencari Chizuru. Mereka pasti menemukannya."
Mendengar hal itu, mata Hazuru langsung berbinar terang. Ia bangkit dari posisi duduk, lalu menekan kuat-kuat bahu Suguru untuk memastikan berita tersebut.
"Benarkah?!"
Belum sempat Suguru menjawab, pintu ruang tembak terbuka dari luar. Seseorang berambut pirang panjang datang sambil berkata, "Chizuru pulang."
Ryoe Fujio membawa kabar.
...
"Dari mana saja kau?"
Pintu kamar Chizuru dibuka lebar-lebar dari luar. Tiga pria seumuran itu menerobos masuk kamar si perempuan berambut abu panjang dengan wajah garang, sedangkan Murayama Chizuru merebahkan diri di atas kasur lebarnya tanpa membuka sepatu. Begitu pula dengan jaket hitamnya yang agak basah dan kotor, entah karena apa.
"Mengapa tidak mengetuk dulu?" protes Chizuru seraya berusaha duduk di pinggiran kasur.
"Semua orang mencarimu." Ryoe Fujio yang bersedekap dada berkata tanpa repot menjawab pertanyaan.
"Aku berada di Saitama. Menemui beberapa anggota Hakatsuru selama seminggu kebelakang," jawab Chizuru.
"Bohong!" sela Hazuru, "kami pun sudah mencari di Saitama, tetapi tidak ada yang tahu di mana keberadaanmu." Pria 30 tahun itu tak percaya. "Namun, semalam seorang pelayan melihatmu berada di Harajuku. Apakah kau berada di luar Kanto selama seminggu ke belakang?" Mata Hazuru menyipit curiga.
Perempuan itu menghembuskan napas sekaligus meniup rambut yang menutup wajahnya. "Baiklah, aku jujur sekarang. Sebenarnya selama seminggu terakhir aku berada di salah satu hotel di Harajuku. Aku menginap di sana selama beberapa hari dan tak keluar dari kamar selain untuk makan dan berbelanja sebentar. Pada hari ketiga, aku menghabiskan waktu di salon untuk mewarnai rambut. Aku bahkan tak keluar dari Tokyo apalagi Kanto."
Mata tiga pria itu memicing tak percaya. Kalimat yang diucapkan oleh Murayama Chizuru terdengar mencurigakan. Perempuan itu memang gemar berbelanja, tetapi jika harus menginap di satu tempat tanpa keperluan, seperti bukan Chizuru.
"Untuk apa kau menginap di hotel?"
"Aku hanya ingin berlibur." Chizuru mengangkat bahu.
"Benarkah?"
"Tentu saja. Beberapa bulan terakhir sangat melelahkan. Aku memerlukan waktu untuk sendiri."
"Lantas mengapa tidak mengabarkannya pada kami? Kami mencari ke mana-mana asal kau tahu." Suguru sedikit menaikkan nada suaranya.
"Maka itu artinya aku tak akan bisa menyendiri." Chizuru bersedekap dada. Kemudian ia membanting diri di atas kasur, merebahkan tubuh yang terasa lelah.
"Chizuru," panggil Hazuru. Lalu ia berjalan ke kasur putih besar sang adik dan duduk di tepian, bersebelahan dengan sosok tersebut. "Kau tahu? Semua orang mencarimu, mereka khawatir jika sampai terjadi sesuatu. Menang benar jika kau sering pergi tanpa sepengetahuan kami, tetapi kau selalu membawa pengawal bersamamu. Namun, kali ini kau pergi tanpa kabar dan tanpa pengawalan, apalagi situasi Hakatsuru yang sedang dalam keadaan buruk. Jadi, kami tak bisa berpikiran positif, kami mengira kau ditangkap kepolisian." Pria 30 tahun itu menatap pada adiknya yang sedang memandang langit-langit ruangan. Murayama Chizuru berpikir sesuatu.
"Hazuru tak perlu khawatir. Selama para polisi itu belum mengetahui rupaku, mereka tak akan bisa menangkapku," ucap Chizuru dengan penuh keyakinan. "Baiklah aku mengaku salah karena pergi tanpa pamit dan membuat kalian khawatir. Nanti, bila aku ingin sendiri atau memiliki urusan bisnis yang membuatku pergi cukup lama, aku akan mengabari." Chizuru menepuk-tepuk punggung tangan si sulung yang berada di atas kasur.
"Aku akan melindungi kalian semua. Percayakan semua padaku karena aku adalah pemimpin Hakatsuru."
...
TMI: ruangan menembak bawah tanah di rumah Murayama terinspirasi dari film-film action western, kayak G. I. Joe, Mission Imposibble, dll. Pokoknya yang ruangannya gelap dan atapnya agak pendek itu.
18 Juli 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piercing Moon
FanfictionMurayama Chizuru menghadapi masalah besar kala organisasi kriminal yang ia pimpin diburu oleh kepolisian Jepang. Organisasinya dianggap sebagai teroris akibat kesalahan yang Murayama Chizuru perbuat. Perempuan itu pun melakukan pencarian panjang yan...