三十七:「忠誠心」(Loyality)

54 14 4
                                    

"Bagaimana? Apakah sudah ada informasi mengenai keberadaan Chizuru?" Sanzuru mendekat kepada Fujio yang baru saja kembali ke rumah utama klan Murayama.

Pria berambut pirang panjang itu menggelengkan kepala dengan lesu. "Tidak ada seorang pun di Saitama yang melihatnya," balasnya lemas. "Para polisi sempat mengejar mobil yang Chizuru kendarai hingga berhasil terkejar di salah salah satu terowongan. Namun, ketika mobil itu didekati, tidak ada Chizuru dalamnya, padahal mobil itu masih bergerak dengan kecepatan tinggi sebelumnya. Kemungkinan besar dia melompat untuk menghilangkan jejak," terang Fujio.

"Astaga ...." Suguru menghembuskan napas lelah. Lengan kirinya yang terkena tembakan peluru telah diobati, meski begitu pergerakannya jadi terbatas. "Apakah kita harus mencari di Saitama?" tanyanya pada Hazuru yang duduk termenung di sofa.

Si sulung Murayama itu terlihat sangat acak-acakan. Adik perempuannya belum kembali ke rumah meski empat hari telah berlalu. Semua ini adalah kesalahannya yang tak mengamati situasi dengan benar, alhasil semua jadi kacau balau. Hazuru bahkan kehilangan adiknya sendiri yang saat ini entah di mana.

"Hazuru," panggil Sanzuru sambil menyenggol lengan sang kakak. Pasalnya Hazuru sedang melamun hingga tak merespon pertanyaan Suguru.

"Apa?" tanya Hazuru begitu tersadar dari lamunan.

"Haruskah kita pergi ke Saitama untuk mencari Chizuru sendiri?" Suguru mengulang pertanyaan.

Hazuru mengembuskan napas lelah melalui mulut. Tangan kirinya menyisir rambut ke belakang hingga memperlihatkan dahinya yang berkeringat. "Tidak. Jangan sampai ada seorang pun yang pergi ke Saitama. Saitama adalah tempat yang berbahaya bagi Hakatsuru untuk saat ini," jawabnya pelan.

"Lantas bagaimana dengan Chizuru? Dia belum kembali sejak empat hari lalu," sahut Fujio.

"Aku yakin dia akan kembali secepatnya," balas Hazuru dengan yakin.

Bertepatan dengan itu, seorang pelayan pria berlarian menuju ruangan kerja yang saat ini ditempati oleh keempat pria tersebut. Pelayan tersebut masuk tanpa mengetuk pintu atau bahkan meminta izin. Dahinya mengucurkan keringat pertanda bahwa ia telah berusaha sekuat tenaga menuju ruangan ini.

"Ada apa?"

"Chizuru-sama telah kembali. Saat ini dia berada di bawah bersama dengan Matsumoto-san."

Mendengar hal itu, keempat pria tersebut segera bangkit dan keluar dari dalam ruangan kerja. Mereka menuruni tangga demi tangga untuk mencapai ruang utama di rumah Murayama. Begitu kaki menapaki anak tangga terakhir, terlihat Murayama Chizuru berdiri dengan Matsumoto-san berada di hadapannya. Perempuan itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti empat hari lalu. Hanya saja dua jaket yang ia kenakan telah ditanggalkan dan hanya dibawa dengan tangan.

"Chizuru, kau baik-baik saja?" tanya Hazuru sambil berjalan mendekat ke sang adik.

Perempuan berambut abu itu menoleh ke sumber suara. Saat matanya berhasil menangkap rupa empat orang pria di hadapannya, wajah Chizuru kembali memerah. Bibirnya turun ke bawah, sedangkan terdapat kantung yang hitam di bawah mata. Air mata perlahan turun membasahi wajah perempuan tersebut.

Melihat hal itu, segera Hazuru membawa sang adik ke dalam pelukannya. Entah peristiwa apa yang Chizuru lalui selama empat hari ke belakang, pasti sangat buruk hingga membuat si adik merasa bersalah atas kesalahan yang tak diperbuatnya.

"Maaf," ucap perempuan itu dengan tersenggal-senggal. Wajahnya tenggelam di pundak Hazuru yang kokoh dan lebar.

"Bukan, ini bukan salahmu." Hazuru mencoba menenangkan. "Kau sudah berusaha keras, Chizuru."

Pria 30 tahun itu mengelus lembut rambut adiknya. Namun, Hazuru sedikit terkejut saat mendapati rambut panjang Chizuru kini telah menjadi pendek sebahu. Hazuru rasa, demi melindungi identitasnya, Chizuru rela memotong rambut panjangnya hingga sebahu. Padahal adik perempuan Hazuru itu pernah berkata jika ia sangat menyukai rambut panjangnya dan tak akan memotong sebelum Chizuru puas dengan penampilan seperti ini. Hazuru yakin pasti jika Chizuru belum puas dengan rambut abu panjangnya, hanya saja keadaan memaksa perempuan tersebut untuk memotong rambut hingga sebahu.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang