Rest In Peace (2)

2.4K 259 48
                                    

"Semua, ke EMS sekarang! Cepet, ga pake lama!" - Gin.

-----------------------------------------------------------------------------------

"Otw, kenapa woy?!" - Krow.

"Ga bisa jelasin, urgent, cepetan." - Gin.

Mereka semua yang mendengar itu dengan segera menuju ke EMS, sesampainya mereka di sana, mereka melihat Gin yang sedang menenangkan Mia dan Souta sedangkan Jaki sedang mengurus sesuatu.

"Kenapa, Gin?" tanya Caine khawatir melihat ketiga anaknya sedang gelisah. Ia dengan segera memeluk Mia dan juga Souta.

"Kakek, kakek.." Gin tidak bisa melanjutkan perkataannya, Echi duduk disamping Gin lalu mengusap punggung Gin, mencoba menenangkan sang empu.

"Tadi pingsan dijalan, waktu diperiksa sama pak Sui, langsung dibawa ke ruang ICU." Jelas Jaki yang baru saja datang dari lorong.

"HAH, ICU?!" Krow, Echi, Mako, Enon, Riji, Key terkejut mendengar penjelasan Jaki. ICU kan adalah ruang perawatan bagi pasien yang sudah telanjur dalam kondisi kritis.

"Iya.." Jaki tak kalah gelisah dengan mereka, ia sangat amat khawatir tentang keadaan kakek, tetapi ia menyembunyikannya.

Mereka semua menunggu hasil dari dokter yang memeriksa yang tak lain adalah pak Sui, mereka duduk di bangku dan hanya diam, Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sampai dimana pak Sui keluar dari ruangan tersebut, lalu anggota lainnya langsung berdiri dan menghampiri pak Sui.

"Gimana, pak?!" tanya Mia dan Mako, sedari tadi mereka lah yang paling khawatir terhadap keadaan kakek.

"Aku ga bisa jelasin, biar Istmo aja yang jelasin, kalian dipanggil satu-persatu ke ruangannya sama dia, Jaki terakhir. RionCaine MakoMia bareng." Wajah pak Sui tidak bisa bohong, matanya juga ikut berkaca-kaca saat menjelaskan.

Membuat yang lain juga memikirkan yang aneh-aneh, tetapi daripada buang-buang waktu memikirkan hal yang tidak tidak, mereka satu persatu memasuki ruangan tersebut.

Mako & Mia.

Mako dan Mia masuk bersama, saat melihat kakeknya terbaring lemah di ranjang rumah sakit, Mua langsung berlari kearah Istmo dan memeluknya dengan sangat erat.

"Kakek.. Kakek kenapaaa?" tangisan Mia mulai terdengar saat pelukannya dibalas dan kepalanya dielus lembut.

"Dedek, dede sekarang udah besar ya? Udah bisa ikut piw piw, udah ngerti mana yang baik mana yang buruk, kakek bangga sama dedee. Dede berkembang jauh dari sebelumnya. Dede, jangan lupain kakek ya? Kakek bakal selalu jaga kamu, dimanapun kamu berada. Terimakasih ya? Terimakasih untuk dua tahunnya, terimakasih sudah mau menemani selama dua tahun. Maaf jika perpisahannya harus seperti ini, dede jangan nangis ya? Kakek sayang sama dede."

Ucapan Istmo membuat tangisan Mia semakin mengeras, tidak, mengapa kakeknya berkata demikian? Tidak seharusnya ia berkata begini. Mia tidak menjawab dan hanya mengangguk, dirinya masih sibuk dengan air matanya.

"Mako, jagain Mia buat kakek ya? Kakek bakal selalu jagain kalian, terimakasih sudah mau menemani selama dua tahun. Mako anak yang kuat, Mako bisa tumbuh tanpa peran ayah itu hebat. Kakek bangga sama Mako, maaf jika perpisahannya harus seperti ini. Jangan nangis ya?"

Bahkan Mako yang sedari tadi menahan tangisannya pun menangis sejadi-jadinya. Mereka berdua memeluk Istmo yang terlihat sudah sangat lemah di ranjang rumah sakit tersebut, mereka berpelukan, untuk terakhir kalinya.

Jaki Chen ft TNFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang