16. Perusahaan

6.7K 232 0
                                    

"Rona, tolong antar makanan ini ke perusahaan yang ada di Jalan Legowo" titah atasan Nana

Nana tahu jika restoran tempat ia bekerja menyediakan layanan delivery, tapi ini bukan tugas Nana.

"Bagian delivery kekurangan orang, ini makanan harus diantar sekarang. Kamu bisa kan, Rona?"

Ah ternyata begitu, yasudah lah, Nana sebagai bawahan tidak bisa membantah.

"Bisa, Bu" ujar Nana seraya mengambil makanan itu

"Terimakasih, Nana. Balik kesini jam satu saja ya" pinta atasan Nana sambil tersenyum

Nana melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sekarang masih jam setengah dua belas, untuk menuju perusahaan itu hanya memakan waktu 10 menit. Dan apa katanya tadi? Balik jam satu? apa tidak terlalu lama. Pikirnya

"Bu, ini-"

"Sudah ya Nana, saya masih ada pekerjaan. Tolong antar itu secepatnya" atasan Nana berbalik mulai melangkah meninggalkannya

"Lah, ini penerimanya siapa?" gumam Nana



°°°°°°



Nana memarkirkan motornya dan mulai melangkah memasuki bangunan tinggi di hadapannya. Tinggal beberapa langkah lagi dirinya sampai di meja resepsionis, dia menghentikan langkahnya.

"Ini makanannya harus aku kasih ke siapa coba?" Nana bergumam resah

"Rona!"

Nana menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya tadi, "Pak Sam?" Nana melihat Samuel berlari kecil menghampirinya

"Mau antar makanan?" tanya Samuel

"Iya, tapi gak tau siapa penerimanya"

Samuel tertawa mendengar ucapan Nana, "Ayo, Rafael udah nunggu di ruangannya" ajak Samuel

"Saya kesini untuk antar pesanan, bukan untuk ketemu Pak Rafael"

'Fael kerja disini?' Batin Nana bingung

"Itu makanan pesanan Rafael, dia hari ini gak ke restoran karna banyak berkas yang harus dia urus" jelas Samuel

Nana mengangguk pelan, dia menyerahkan makanan itu ke Samuel "Ini"

Samuel mengangkat kedua tangannya keatas, "Rafael bilang, makanan itu harus sampai sendiri ke tangannya"

°°°°°

Samuel dan Nana sudah sampai di depan pintu ruangan Rafael. Saat mereka hendak membuka pintu, terdengar bunyi gebrakan meja dari dalam

"HARUS BERAPA KALI SAYA KATAKAN!!"

"REVISI PROPOSAL INI!!"

"KELUAR!! SAYA TUNGGU HASIL REVISI KALIAN JAM 2 NANTI!!"

Setelah itu pintu terbuka dari dalam, menampilkan dua orang karyawan yang berjalan keluar sambil menunduk lesu

"Siang, Pak Samuel" sapa mereka berdua

Samuel hanya mengangguk, dan mengajak Nana untuk masuk keruangan itu

"APA LAGI!!" teriak Rafael saat mendengar pintu terbuka kembali

"Teriak mulu, awas ntar copot tenggorokan lo!" ejek Samuel

Mendengar suara Samuel, Rafael melihat kearah pintu, tatapan tajam Rafael tadi terganti dengan binar cerah saat melihat gadis yang berdiri di samping Samuel

"Nanaaa" sapa Rafael riang berjalan cepat mendekati Nana seraya merentangkan kedua tangannya

Nana menahan dada Rafael dengan bungkusan makanan, "Ini pesanannya, Pak Rafael"

Rafael berdecak sebal, lelaki itu menatap Samuel "Keluar sana!" usir Rafael

Samuel yang sudah biasa mendengar itu, hanya memutar bola matanya malas lalu melangkah keluar meninggalkan Nana dan Rafael didalam ruangan

Melihat Samuel yang sudah keluar, Rafael kembali merentangkan tangannya meminta pelukan dengan bibir yang sudah melengkung kebawah

"Nanaaa peluukk" rengek Rafael

Nana menyambut rentangan tangan Rafael, dia memeluk lelaki itu sambil mengusap pelan punggung tegapnya

Rafael menggiring Nana untuk duduk di sofa, "Kangen Nana" cicit Rafael di ceruk leher gadis itu

"Fael, kamu kerja disini?" tanya Nana, dirinya sudah gatal ingin bertanya sedari tadi

Nana merasakan anggukkan di lehernya, Rafael mengangkat kepalanya untuk menatap Nana, "Maaf, Fael gak pernah cerita"

Nana menepuk pundak Rafael, "Gak papa, aku gak berhak tau itu"

Rafael menggelengkan kepalanya ribut, "Nana berhak!"

Nana tersenyum tipis untuk merespon ucapan Rafael, tangannya melepaskan pelukan mereka dan mulai membuka makanan yang tadi Rafael pesan

Rafael melepaskan pelukan itu dengan tidak rela, dia masih kangen lho ini sama Nana

"Kamu kalau di kantor galak ya" ujar Nana

Rafael mengerjapkan matanya beberapa kali, "Enggak! Fael gak galak!" Rafael mengalihkan pandangannya dari Nana

"Jangan sering teriak teriak, Fael. Tenggorokan kamu bisa sakit"

Rafael kembali menatap Nana dengan mata yang sudah berkaca-kaca, "Nana marahin Fael?" tanya Rafael dengan suara bergetar

Nana tersenyum sambil mengusap lembut pipi Rafael, "Gak ada yang marahin kamu, anak kecil"

Rafael mengucek matanya yang sudah berair, dia kembali memeluk Nana erat

"Makan dulu, nanti keburu dingin makanannya" titah Nana seraya mengelus rambut Rafael

"Suapin" rengek Rafael

"Gimana cara aku suapinnya kalau kamu peluk terus?" tanya Nana sambil terkekeh

"Yaudah, nanti aja makannya. Fael masih pengen peluk lama lama" lirih Rafael mendusel didada Nana

RAFANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang