Nana meringkuk diatas sofa yang ada di pojok kamar Rafael. Gadis itu meringis sambil memegang perutnya
Hari ini jadwal menstruasinya, untung saja Nana sudah meminta tolong kepada Lea untuk dibekali pembalut
Iya. Nana menginap di apartemen Rafael, karna lelaki itu yang tidak mau di tinggal sama sekali
Flashback
"Aku pulang dulu, besok pagi pagi aku kesini lagi" Nana mengelus punggung Rafael yang sedang menangis
Rafael menggeleng ribut, "Hiks...gak mau, Bunda disini aja sama Fael!"
"Nanti Lea marah kalau aku nginep disini"
Rafael melonggarkan pelukannya menatap Nana memohon, "Biar Fael yang ngomong sama dia" ujarnya sesenggukan
Nana menghela nafas pelan, dia mengambil ponselnya dari saku. Mencari nomor Lea untuk dihubungi
"DIMANA, HAH?! ANAK GADIS BUKANNYA PULANG UDAH MALEM BEGINI!!" teriak Lea heboh saat panggilan itu tersambung
Nana menjauhkan ponselnya sambil meringis, "Aku masih di apart Rafael, dia gak ngebolehin aku pulang" Nana melirik Rafael yang sedang menatapnya
"Balik!! Gak usah di ladenin!!" titah Lea mutlak
Karna panggilannya di loud speaker, Rafael bisa mendengar itu. Dia mengambil ponsel Nana, "Biar Fael yang ngomong" Rafael berdiri dan berjalan menjauhi Nana
Tidak lama kemudian Rafael datang dan mengembalikan ponsel Nana yang masih tersambung dengan Lea
"Hallo, Na? Lo mau nginep? Mau di bawain baju ganti?" tawar Lea lembut
Nana menatap bingung kearah Rafael, sedangkan yang di tatap hanya mengangkat bahunya pura pura tidak tahu
Entah apa yang Rafael katakan pada Lea, sampai gadis itu dengan mudahnya mengizinkan dia menginap disini
"Hallo, Na? Lo denger gue kaga sih?!" ujarnya mulai ngegas kembali
"Tolong bawain baju ganti ya Le, sama pembalut nya" ucap Nana sedikit berbisik diakhir
"Oke, gue kasana sekarang"
"Naik apa kesini nya?" tanya Nana
"Ada lah" jawab Lea sok misterius
"Dahlah, gue matiin ya. BHAYY!!"
Tut
Flashback off
Mereka tidur satu kamar, tapi tidak satu kasur. Nana tidur di kasur Rafael, sedangkan lelaki itu tidur di kasur kecil yang ia bawa dari kamar sebelah.
Nana sudah bilang, dirinya tidak apa apa tidur di kamar tamu saja. Tetapi lelaki itu menolaknya sambil menatap Nana dengan puppy eyes nya, Nana kalah.
Mereka tidur dengan tangan yang saling menggenggam. kasur nya diberi jarak, membuat genggaman tangan itu mengisi jaraknya
Rafael menggeliat, lelaki itu mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk, karna Nana membuka gorden lebar lebar
Tubuhnya sudah lebih segar karna Nana merawatnya kemarin, dia benar benar merasa seperti tidak terjadi apa apa
"Bunda" panggil Rafael dengan suara serak khas orang bangun tidur
"Iya"
Rafael mencari sumber suara itu. Setelah melihat Nana, dia mendudukkan dirinya sambil mengucek matanya
"Jangan di kucek matanya, nanti sakit" ujar Nana pelan sambil meringis memegangi perutnya
Rafael mendengar ringisan itu dengan cepat berdiri hendak menghampiri Nana, tapi sebelum itu dia meminum air yang ada di atas nakas, tenggorokannya kering.
Rafael duduk disamping Nana, memposisikan tubuhnya seperti gadis itu. "Perutnya sakit, hm?" tanya Rafael memandang Nana khawatir
Rafael sudah tahu bahwa hari ini jadwal menstruasi Nana, jadi dirinya tidak perlu bertanya lagi
Nana mengangguk lemas, "Aku udah bikin bubur. Kamu makan dulu ya, habis itu minum obat" menatap Rafael dengan mata sayu nya
Rafael sedih. Harusnya Nana istirahat saja, bukannya membuat bubur pagi pagi untuk dia sarapan. Tapi tak urung dirinya mengangguk, dia akan makan nanti
"Pindah ke kasur ya? Biar enak guling gulingnya" tawar Rafael seraya mengelus rambut Nana
Disaat seperti ini, Rafael harus mengambil peran sebagai orang dewasa. Dia tidak mau merengek rengek disaat gadisnya sedang kesakitan
"Aku males jalan"
Mendengar jawaban itu, Rafael mengangkat Nana dengan entengnya untuk digendong depan. Dia mengusap pelan pinggang belakang Nana, berharap bisa mengurangi rasa sakitnya
Menurunkan Nana dengan sangat hati hati katas kasur, "Bunda udah sarapan?" tanya Rafael yang dibalas gelengan pelan
"Fael bawa buburnya kesini aja ya, kita sarapan bareng" mengelus pipi Nana singkat dan berjalan cepat keluar dari kamar
Nana tersenyum melihat tingkah Rafael, lelaki itu benar benar membuat Nana jatuh hati pada mode apapun
°°°°°
Setelah sarapan, Nana ingin turun kebawah untuk menonton film. Rafael dengan sigap menggendong kemanapun gadis itu ketempat yang diinginkan nya
Nana menepuk pundak Rafael pelan, "Fael, aku bisa jalan sendiri tau" ujarnya sambil terkekeh lemas
Rafael menggeleng tak setuju "Kalau ada Fael, kenapa harus jalan sendiri?" balas Rafael menunjukkan cengiran andalannya
Nana tertawa seraya memeluk leher Rafael, "Anak kecil aku udah jadi anak besar"
Rafael mendudukkan dirinya di sofa dengan Nana yang masih berada di gendongannya. "Bunda gak suka anak besar?" lirihnya sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah manis Bunda kesayangannya ini
Nana menangkup pipi Rafael dengan kedua tangannya, "Aku suka, tapi aku lebih suka anak kecil. Lebih gemesin" ucap Nana menarik narik pipi Rafael
Rafael cemberut, "Nanti kalau Bunda udah gak sakit, anak kecil yang bunda mau bakal muncul lagi" Rafael menggesekkan hidungnya dengan hidung Nana
Nana tersenyum menanggapi itu.