"Jadi?" Rafael menagih ucapan Nana sebelum makan tadi
"Naik dulu sini, jangan duduk dibawah" ujar Nana sambil menepuk tempat disampingnya
Rafael menggelengkan kepalanya dua kali "Eem, Fael suka liat Nana dari bawah" Rafael meletakkan dagunya keatas paha Nana, seraya memeluk kaki gadis itu
Nana mengusap rambut Rafael, menarik nafas dalam sebelum bercerita
"Waktu itu, aku emang tinggal di area situ"
Rafael terlihat mengernyitkan dahinya bingung, tetapi tidak ada niatan untuk memotong cerita Nana
"Kebetulan waktu aku sama Lea cari tempat kost, kita nemuin kost putri dia area situ, sayangnya kamar yang disewain tinggal satu. Dan sistem di kamar itu, satu orang satu kamar, jadi kita gabisa tinggal berdua disitu. Aku udah bilang sama Lea, gak perlu ambil kamar itu, kita bisa cari kost yang lain. Tapi Lea kekeh nyuruh aku tinggal disitu, sementara dia masih luntang lantung cari kost buat tinggal. Lea emang bener bener ngutamain aku dalam segala hal,"
"Sehari setelah aku nempatin kamar kost, Lea ngabarin aku kalau dia udah dapet kost yang deket dari tempat kerja kita. Aku seneng denger itu, karna aku juga gak tega ngeliat dia kesana kemari nyari tempat kost" Nana menjeda ucapannya seraya tersenyum tipis kearah Rafael
"Udah jalan sebulan aku tinggal disitu, dan waktunya aku buat bayar sewa kamar. Sebenernya tiga hari sebelum tenggat waktu, uang buat bayar sewa itu udah ke kumpul semua, tapi pas waktu aku keluar buat cari makan, dompet aku di copet, dan uang buat bayar kost aku diambil semua,"
"Untungnya waktu itu aku taro KTP aku di balik case, jadi masih aman" Nana terkekeh kecil mengingat hal itu
"Besoknya aku mulai cari tambahan uang dengan jual jajanan yang aku titip ke warung warung pinggir jalan, karna uang simpanan aku gak cukup buat bayar kost. Lea gak tau kalau aku abis kecopetan, aku sengaja gak ngasih tau dia, karna aku gak mau ngebuat dia kepikiran"
"Waktu di tabrak kamu itu, uang aku udah mulai ke kumpul, cuma masih kurang sedikit buat bayar sewa. Aku sengaja buang jauh jauh rencana tidur panjang aku pas hari weekend, cuma buat bikin lebih banyak makanan buat dijual. Eh pas mau dianter ke warung, makanannya malah pada terbang dijalan" Nana mengacak rambut Rafael sambil tertawa kecil
Sedangkan Rafael menunduk menenggelamkan kepalanya dipaha Nana, dengan telinga yang masih setia mendengarkan cerita gadisnya itu
"Paginya sebelum aku berangkat kerja, aku mampir sebentar ke kost Lea. Aku udah gatau mau cari tambahan kemana lagi karna hari itu udah harus dibayar uang sewanya. Akhirnya aku dapet tambahan uang dari Lea, dan niatnya setelah pulang kerja nanti aku mau bayar uang sewa itu. Tapi pas aku lagi kerja, Lea bilang sama aku kalau ibu kost tempat aku tinggal nelpon dia,"
"Ibu kost nelpon dia, karna ibu kost gak punya nomor aku, Lea ngasih nomor dia ke ibu kost itu buat jaga jaga kalau ada sesuatu. Ibu kost bilang barang aku udah di pindahin keluar karna telat bayar,"
"Aku mau protes tadinya, tapi tetangga kamar aku bilang, kalau di kost ini memang harus tepat waktu bayar uang sewanya, walaupun lewat satu hari pasti langsung di usir. Disitu aku pasrah, yaudah lah mau gimana lagi? Orang aku yang salah,"
"Sorenya Lea nelpon aku, dia bilang tempat kost dia ada satu kamar kosong, karna orang yang nempatin baru aja pindah. Dan dari situlah aku satu kost sama Lea sampai sekarang."
Nana menghela nafas panjang, pegel juga ternyata berbicara panjang lebar. Nana merasakan celana yang dia pakai basah dibagian atas lutut
"Fael?" panggil Nana pelan
Rafael bangun dari duduknya dan langsung menubruk Nana dengan pelukan. "Hiks...maafin Fael" bahu Rafael bergetar hebat
Mendengar isakan pilu itu membuat Nana mengernyitkan keningnya. "Kenapa minta maaf, hm? Fael gak salah" Nana mengusap lembut punggung dan kepala RafaelNana merasakan gelengan kencang di dadanya "Enggak! Fael salah!"
"F-fael..hiks tabrak Nana"
"Fael yang bikin Nana diusir!"
"Ma-maafin Fael" ujar Rafael sambil sesenggukan
"Jangan benci Fael...hiks Nanaaa"
"Coba liat aku" titah Nana sambil menarik pelan kepala Rafael
Rafael menjauhkan kepalanya dari pelukan Nana, dia menatap gadisnya yang tersenyum lembut kepadanya
Nana menyeka air mata Rafael "Bukan salah kamu, Fael. Itu salah aku yang ceroboh"
"T-tapikan Fael-"
Nana menarik Rafael kedalam pelukannya, dia menepuk nepuk punggung Rafael pelan "Berhenti nangis, itu bukan salah kamu"
Lima menit kemudian tangis Rafael mereda, menyisakan isakan nya yang sedari tadi berusaha dia tahan. Nana melepaskan pelukan meraka, merapikan rambut Rafael yang sudah acak-acakan
"Hayo, seharian ini kamu udah berapa kali nangis coba?" ejek Nana mencoba mencairkan suasana
Rafael masih menatap Nana dengan tatapan bersalah dan juga bibir yang sudah melengkung kebawah lagi, "Jangan benci Fael" lirih Rafael sambil menggelengkan kepalanya pelan
"Astaga anak kecil ini" Nana mengurut keningnya
"Aku gak benci kamu, udah ya?"
Rafael mengangguk sambil merentangkan tangannya meminta pelukan, "hug Fael lagi, Nanaaaa" ucapnya pelan
"Mau peluk lama lama" cicit Rafael saat sudah berada di pelukan Nana
"Bentar aja ya, aku kan harus pulang"
"Aaaaaa, disini ajaaa" rengek Rafael
"Gak boleh dong, Lea nyari aku nanti"