Tiga hari berlalu setelah aksi menciduk Lea. Hari ini Nana bekerja dengan tidak semangat, entah kenapa dirinya merasa semua orang menjauhinya. Lea juga tidak seperti biasanya, gadis itu hanya akan berbicara saat sedang di tanya olehnya, itupun dengan jawaban seadanya.
Rafael juga selama tiga hari ini tidak ada menelepon Nana. Terakhir mereka bertukar kabar saat lelaki itu habis mengantarnya pulang. Dan last chat nya pun ada di dirinya
Nana menghela nafas kasar, dia dengan cepat membereskan peralatannya dan melangkah keluar untuk pulang. Ia menoleh melihat Lea yang sedang asik berbincang dengan pekerja lain. "Lea, ayo balik" ajak Nana kepada gadis itu
"Duluan aja" jawabnya dengan kepala yang sama sekali tidak menoleh kearahnya
Nana menusuk pipi dalamnya dengan lidah, menahan kesal. Tiga hari ini emosinya benar benar di uji oleh semua orang. Dia mengangguk lalu berjalan menuju pintu depan restoran
Nana menghidupkan ponselnya berniat memesan ojek online. Entah kemalangan apa lagi, ponselnya tiba tiba meredup dan setelahnya langsung mati total
Double shit.
Dengan kesal gadis itu melangkahkan kakinya bergerak menuju halte, untuk kali ini ia akan pulang menggunakan angkutan umum. Nana menyenderkan kepalanya di sandaran halte sambil memejamkan matanya, memikirkan kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai semua orang yang dikenalnya menjauhi dirinya
Tes
Tes
Nana membuka matanya saat merasakan tetesan air mengenai samping kakinya, karna dia duduk benar benar di pinggiran halte. Tidak menunggu lama hujan langsung turun dengan derasnya, membuat orang orang yang berada di halte memundurkan tubuhnya agar tidak terkena cipratan air hujan
Nana hanya diam ditempatnya sambil memandang kosong kearah depan jalan. Ia tersadar saat merasakan lengan baju yang dia pakai sudah basah karena air hujan.
Nana melihat jam tangannya, tidak terasa sudah setengah jam dirinya menunggu angkutan umum, tapi tidak ada yang lewat. Orang orang di halte pun satu persatu sudah pulang, hanya tersisa dirinya dan juga seorang pria yang memakai hoodie hitam dengan topi di kepalanya.
Nana melirik singkat pria itu, dia seperti patung sejak tadi. Hanya berdiri diam seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dirinya merasa tidak asing dengan postur tubuh pria itu, dia juga beberapa kali melihat pria itu meliriknya. Nana bergidik ngeri, pikirannya sudah berkelana kemana mana
'Dia bukan psikopat kan ya?' Batinnya
Hari sudah semakin sore, dan langit sudah bertambah gelap. Gadis itu menghela nafas pendek sebelum memposisikan totebag nya diatas kepala, untuk menghindari tetesan air hujan yang semakin lama semakin deras
"Udah lah, mau gimana lagi" ujar Nana pelan dan mulai berlari di tengah derasnya hujan dengan hawa dingin yang menembus kulitnya
Gadis itu terus berlari tanpa menyadari tatapan sendu dari seseorang yang sedang berdiri diam disana.
°°°°
Setelah 20 menit berlari menerpa hujan, Nana akhirnya sampai di tempat kost nya. Dia memasuki kosan dengan tubuh yang sudah menggigil kedinginan, bibirnya pun sudah mulai membiru. Saat membuka pintu, dia melihat Lea yang sedang berjalan bulak balik sambil mengigit jarinya. Seperti orang yang sedang....cemas?
Mendengar pintu terbuka, Lea menoleh cepat dan melihat Nana yang sedang memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangan kecilnya.
"Le" sapa Nana pelan di iringi senyum tipis
Sekilas Nana melihat tatapan sendu dari Lea, tapi setelahnya gadis itu langsung pergi memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan sedikit keras
Lagi lagi Nana dibuat menghela nafas jengah dengan tingkahnya, sepertinya Lea marah karna diciduk dengan dia waktu itu
Nana menggeleng pelan saat merasakan kepalanya mulai bereaksi. Sebenarnya dia termasuk salah satu orang yang tidak bisa terkena air hujan, karna setelah kehujanan dia pasti akan langsung demam tinggi keesokkannya
Nana berjalan pelan menuju kamarnya, terpaksa dia akan mandi air dingin hari ini. Jika saja Lea sedang tidak mendiamkan nya, Nana akan meminta tolong untuk memasak air hangat agar bisa dicampur dengan air dingin itu. Tapi sudahlah, Lea sedang marah dengannya
Setelah mandi, Nana merebahkan tubuhnya di kasur dan langsung menarik selimut hingga mencapai dagunya. Bibirnya bergetar menahan dingin, padahal dia sudah memakai sweater tebal dan juga kaus kaki. Tapi rasa dingin itu masih bisa menembusnya
Perutnya juga sangat perih karna sedari siang belum ada makanan yang masuk, Nana jadi menyesal karna dia hanya makan sepotong roti untuk sarapan tadi.
Matanya mulai memanas, dia semakin mencengkram erat selimut yang membungkus tubuhnya. Nana ingin balik, dia ingin mengadu dengan orang tuanya. Kepalanya semakin pusing, perutnya semakin perih, tubuhnya mulai lemas tidak bisa berdiri. Seperti hari ini dia akan tertidur dalam kondisi yang tidak baik