Setelah beberapa botol infusan habis, Samuel meminta tolong kepada Nana untuk menemani Rafael di apartemen. Sebenarnya tanpa suruhan itu, Nana pasti akan menjaga Rafael.
"Nanaaa, Fael masih mau peluuukk" rengek Rafael dengan suara lemah nya
Nana yang baru berdiri kembali duduk mendengar rengekan itu, "Aku bikin bubur dulu sebentar ya, habis itu peluk peluk lagi" ucap Nana lembut mengelus kepala Rafael yang sedang berbaring itu
Rafael mendekap lengan Nana, menatap gadis itu dengan puppy eyes, "Gak mau makan" lirihnya memelas
"Kalau kamu gak makan, nanti gak bisa minum obat"
"Mau jadi anak nakal karna gak minum obat?" tanya Nana memandang Rafael datar
Rafael menggeleng cepat, bibirnya bergetar. "Fael mau makan"
Nana tersenyum, mengelus pipi Rafael " Tidur dulu aja, Nanti kalau buburnya udah jadi, aku bangunin"
Rafael mengangguk, melonggarkan pelukannya pada lengan Nana "Mau kiss" menatap Nana dengan bibir yang melengkung kebawah
Nana mengerjapkan matanya beberapa kali, setelahnya dia menyatukan kelima jemarinya dan mengecupnya, lalu menempelkannya di pipi Rafael. "Kiss kecil"
Rafael menyengir memperlihatkan gigi gingsul nya, dia senang saat merasakan ujung jemari Nana menyentuh pipinya
"Gemas sekali, anak kecil siapa ini?" Nana menguyel-nguyel pipi Rafael yang sedang mengembang karna lelaki itu tersenyum lebar
"Anak kecilnya Bunda" Rafael menyengir seraya mengecup telapak tangan Nana beberapa kali
"Bunda siapa?"
"Bunda Nana"
°°°°°
Nana menaiki tangga menuju kamar Rafael, dia baru selesai membuat bubur untuk lelaki itu. Sesampainya dia di atas, bibirnya kembali tersenyum saat melihat Rafael yang sedang tertidur
Lelaki itu tidur sambil memeluk boneka kecil, wajahnya di tenggelamkan dibalik boneka itu. Sepertinya itu boneka punya Amy.
Berbicara soal Amy, Nana tidak melihat keberadaan kucing itu disini. Apa mungkin dipindah alihkan ke Samuel. Pikir NanaNana melangkahkan kakinya mendekat kearah Rafael, nampan yang berisi bubur dan obat itu dia simpan di atas nakas, di samping tempat tidur.
Nana memencet hidung Rafael pelan untuk membangunkan lelaki itu. Terbukti ampuh, karna Rafael langsung membuka matanya dan menatap Nana cemberut
"Bundaaa" manja Rafael seraya memeluk pinggang Nana, menyembunyikan wajahnya di perut gadis itu
Pipi Nana memerah saat mendengar panggilan itu lagi, itu terdengar manis di telinganya.
"Ayo bangun, anak kecil harus makan dulu" Nana menepuk pelan pipi Rafael
Rafael bangun dari tidurnya di bantu Nana, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran ranjang
Nana menyuapi Rafael secara perlahan, "Makan yang banyak, kasian perut kamu dari kemarin gak kena makanan"
Rafael mengangguk lucu dengan pipi yang sedikit menggembung karna di isi bubur. "Fael makan banyak, kalau disuapin sama Bunda" Rafael memainkan jari Nana yang menganggur
"Aku dari tadi gak ngeliat Amy, dia dimana?" tanya Nana saat melihat Rafael sudah menelan makanannya
"Fael titipin sama Sam" jawabnya pelan
"Bunda kangen Amy?" matanya memicing kearah Nana
Nana mengangguk sambil kembali menyuapi Rafael hingga bubur di mangkok habis, " Iya, udah lama aku gak liat dia"
Rafael dengan cepat menelan bubur yang ada di mulutnya, "Ndaa, gak boleh kangen sama Amy" rengek Rafael menatap Nana dengan mata yang sudah berair
"Bunda kangennya sama Fael aja" lanjutnya seraya menggerakkan tangan Nana kesana-kemari
Nana tidak menjawab itu, dia menaruh mangkok kosong keatas nampan dan mengambil segelas air putih beserta obat yang dia bawa tadi
"Minum obat dulu"
Rafael menggeleng melas, lelaki itu menatap Nana dengan air mata yang siap tumpah jika dirinya berkedip
"Kenapa lagi, hm? Kepalanya pusing?" Nana mengusap kepala Rafael lembut
"Bunda gak boleh kangen Amy" ujar Rafael dengan bibir yang bergetar
Nana menatap Rafael jahil, "Lho, kenapa? Aku emang kangen sama Amy"
Berkedip, tumpah sudah air mata yang sedari tadi terbendung itu. "HUAAAA...BUNDA GAK BOLEH KANGEN AMY..HIKS" Rafael menggelengkan kepala kencang
Tawa Nana mengudara, dia menaruh kembali obat dan air diatas nakas. Menarik Rafael yang sedang menangis ke pelukannya "Memangnya kenapa? Amy kan gemesin, jadi aku kangen sama dia" Nana masih ingin mendengar tangisan bayi besarnya ini
"BUNDAAAA...HIKS, GAK BOLEEHH!!!"
Nana meringis mendengar pekikan Rafael, benar benar disamping telinganya. "Bercanda" ujar Nana terkekeh sambil menepuk nepuk punggung Rafael
Rafael menggigit bahu Nana dengan kesal "Bunda nakal" lirihnya terisak