17. Menjauh

4.8K 162 0
                                    

Tiga hari berlalu setelah Nana mengantar makanan itu. Selama tiga hari itu juga Nana terlihat menghindari Rafael

Rafael yang merasa jika gadisnya akhir akhir ini menjauh dari dirinya membuat dia merasa takut, dia takut ditinggal lagi

Dia ingin sekali menghampiri Nana ke restoran itu, tapi dia selalu ditahan oleh berkas berkas yang menumpuk diatas meja kerjanya

Disaat waktu menunjukkan jam pulang kerja Nana, Rafael dengan segera bergegas menghampiri gadis itu, tapi setiap dirinya sampai, Nana sudah tidak ada disana

Rafael juga sudah berkali kali mendatangi kost tempat Nana tinggal, tapi yang membukakan pintunya selalu Lea, gadis itu selalu bilang jika Nana sudah tertidur setiap kali dirinya ingin bertemu

Ratusan pesan dan panggilan dari Rafael benar benar diabaikan oleh Nana, Rafael ingin bertemu dengan gadisnya, dia ingin bertanya alasan Nana menjauhinya, tetapi kenapa sangat sulit sekali

°°°°°

"Nana tidur" ujar Lea yang baru saja membukakan pintu untuk Rafael

"Nana gak mungkin selalu tidur di jam segini!" jawab Rafael kesal

"Tolong izinin saya masuk, saya cuma mau ketemu sebentar sama Nana" mohon Rafael putus asa

Lea yang melihat itu menjadi tidak tega, apalagi saat melihat wajah pucat lelaki di hadapannya ini. tapi dirinya harus melakukannya karna ini permintaan Nana

"Gak bisa, sorry" ucap Lea sambil menutup pintu

Rafael mengacak rambutnya frustasi, menatap pintu itu dengan tatapan sendu. Melangkahkan kakinya ketempat mobilnya berada, dan kembali ke kantor. Besok dirinya akan coba datang kesini lagi

Lea mengintip di jendela, setelah memastikan Rafael pergi, dia berjalan kearah kamar Nana

"Sebenernya lo berdua lagi kenapa si?" tanya Lea mengambil tempat duduk disamping Nana

Nana menghela nafas kasar, "Lea, salah gak sih kalau aku minder sama dia?"

"Minder? Minder kenapa lo?"

Nana memiringkan badannya menghadap Lea, "Aku tiga hari lalu nganter makanan ke salah satu perusahaan, dan aku ketemu Rafael disana,"

Lea mendengarkan dengan seksama sambil menganggukkan kepalanya pelan

"Aku denger dia ngomong pake nada tinggi ke karyawan lain, aku pikir Rafael cuma karyawan biasa di perusahaan itu, tapi kalau di pikir lagi, mana mungkin sesama karyawan ngomong pake nada tinggi"

"Pas aku mau balik, aku coba tanya sama Samuel, sebenarnya posisi Rafael di kantor ini itu apa. Samuel bilang, kalau..." Nana menjeda ucapannya sejenak

"Kalau apa?" serobot Lea tak sabar

"Kalau Rafael, Ceo disana" ujar Nana pelan

Lea mematung, 'buset, Ceo kecantol ama ni bocah' Batin Lea terkejut

Lea sedikit menarik nafas sebelum mengeluarkan suaranya, "Udah?" Tanya Lea yang dibalas anggukan

"Jadi, letak yang bikin lo minder itu di mananya?"

"Semuanya" jawab Nana singkat

Lea menggaruk kepalanya, dia juga bingung

"Kamu paham apa yang aku maksud, Le"

Lea menyengir menggeser tubuhnya lebih dekat kearah Nana, "Na. Kalau orang udah cinta, dia gak bakal mandang apapun dari orang yang dicintainya. Lo pacar-"

"Aku gak pacaran sama dia" potong Nana cepat

"Belum, bukan enggak" tegas Lea

"Lagian kalau di pikir pikir, Rafael gak pernah kan nuntut apa apa dari lo? Kaya tukeran gift mahal gitu contohnya,"

"Lo harusnya bersyukur Na, disukai sama cowo kaya dia, apa lagi yang lo cari?" Lea mengguncang pelan bahu Nana

"Aku gak pantes disukai sama cowo kaya Rafael" lirih Nana

"Na, stop berpikiran kalau lo gak pantes disukai apalagi dicintai! Gimana lo mau ngerasa di cintai kalau lo sendiri takut buat mulai itu semua!"

"You worthy, Na" ucap Lea meyakinkan

"Aku pantes dicintai, Le?" tanya Nana pelan

"Pantes! Semua orang pantes untuk dicintai"

Nana mendengar ucapan Lea dengan menatap kosong ke depan, dirinya tidak pernah menjalin asmara dengan siapapun, dan ini pertaman kalinya dia dekat dengan lawan jenis

Nana takut, dia takut memulai dengan orang yang salah. Mendengar cerita teman teman sebayanya saja, dia sudah tahu dan hafal semua sifat lelaki

Kebanyakan dari mereka bercerita, pasangannya selingkuh dan selalu memukulnya. Nana menjadikan cerita mereka semua sebagai pelajaran untuk dirinya

Dan Nana ingat salah satu kalimat yang keluar dari bibir temannya waktu itu "Cowo sekarang yang kere aja pada berani selingkuh sampe main tangan ama pacarnya, apalagi yang kaya." Kalimat ini yang membuat Nana minder dan juga takut

"Tadi gue lihat muka Rafael pucat,"

Nana menolehkan kepalanya cepat kearah Lea, "Pucat?"

Lea mengangguk pelan, "Pas dia mau balik juga gue liat dia pegang kepalanya sambil meringis, kaya orang kesakitan"

Nana mengernyitkan keningnya khawatir, apa ini karenanya?

"Temuin dia besok, Na. Kasian" ujar Lea yang dibalas anggukan pelan oleh Nana

Tok

Tok

Tok

RAFANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang