"Ingin minum apa, Pak Sam?" tawar NanaBenar, yang berkunjung adalah Samuel. Entah darimana dia tahu alamat kost ini
"Tidak perlu"
Nana hanya mengangguk singkat dan mendudukkan dirinya disamping Lea
"Jadi, ada urusan apa berkunjung kesini, Pak Samuel?" tanya Lea
"Saya ingin berbicara dengan Rona" Samuel melihat Lea
Lea yang paham segera bangun dari duduknya, meninggalkan mereka berdua
Gadis yang disebut namanya itu, mengernyitkan dahinya bingung, "Ada apa, Pak?"
Samuel menarik nafas dalam, lelaki itu menatap Rona dengan serius. Nana yang melihat itu jadi merinding sendiri
"Sebenarnya saya tidak berhak menceritakan ini, tapi melihat kondisi Rafael akhir akhir ini, saya terpaksa mendatangi kamu"
"Sebelumnya tolong ingat ini, saya bicara seperti ini sebagai sahabat Rafael, bukan sebagai sekretarisnya" Nana mengangguk.
"Rona. Rafael tidak pernah bisa senyum bebas sejak dulu, dia selalu ditekan oleh opa nya untuk menjadi penerus perusahaan. Dari kecil dia sudah dipaksa belajar berbisnis, tidak punya waktu sedikitpun untuk bermain seperti anak anak seusianya,"
"Rafael itu anak pertama, dan juga cucu pertama. dia selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik, dia selalu belajar dari pulang sekolah hingga larut malam tanpa memikirkan kondisi tubuhnya. Jika sudah mimisan, itu berarti dia sedang tidak baik-baik saja,"
"Sehabis belajar pun terkadang dia mengikuti les tambahan yang opa nya berikan, itu semua dia lakukan untuk mendapatkan nilai yang sempurna, karna jika nilainya turun sedikit saja, opa nya tidak pernah segan memukulnya,"
"Saya masih ingat betul. Sewaktu kami baru menjadi mahasiswa, dia datang kerumah saya malam malam dengan keadaan punggung yang berdarah, disitu saya pura pura bertanya apa penyebabnya, dia hanya bilang kalau itu tergores, padahal orang gila juga tahu bahwa itu luka bekas cambukan"
"Paginya dia mengajak saya untuk berkeliling, tiga jam berkendara tanpa tujuan. Kami kejebak hujan di daerah yang...saya lupa namanya" Samuel terkekeh kecil
"Karna bawa motor, jadi kami berteduh sebentar di depan Indojuni, saya masuk kedalam membeli minuman untuk kita minum, setelah saya keluar, saya tidak sengaja melihat tatapan asing dari mata Rafael,"
"Sampai sekarang saya tidak tahu jelas apa yang dia lihat saat itu, hingga tatapannya berubah dalam sekejap. Tatapan yang biasanya kosong berubah menjadi berbinar seperti anak kecil yang diberikan mainan,"
'indojuni?' Batin Nana merasakan sesuatu
"Tatapan asing itu hanya terlihat beberapa menit saat disana, disaat kami berkendara menuju jalan pulang, tatapan Rafael kembali kosong seperti semula"
Samuel menatap Nana dengan senyum tipis, "Dan tatapan itu kembali lagi saat Rafael bertemu dengan kamu,"
"Saya awalnya kaget melihat Rafael merengek ke kamu, karna Rafael yang saya kenal itu seperti patung yang dikasih nyawa. Dia tidak pernah berekspresi, bahkan senyum saja bisa di kategorikan tidak pernah,"
"Rafael tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, Rona. Mungkin itu sebabnya dia bertingkah seperti itu ke kamu,"
"Rafael tidak pernah punya tempat untuk bercerita, dia tidak pernah punya sandaran untuk mengeluhkan semuanya. Rafael tidak punya tempat untuk kembali, Rona,"
"Orang tua nya?" lirih Nana
"Kamu bisa bertanya sendiri dengannya nanti" jawab Samuel pelan
"Saya senang melihat Rafael yang ceria dan banyak bicara setelah dekat dengan kamu, tapi beberapa hari terakhir saya kembali melihat Rafael yang dulu. Rafael yang pendiam, dan juga tatapan kosongnya,"
"Rafael benar benar bekerja seharian, dia tidak mau makan, dan saya juga tidak tahu dia tidur atau tidak selama beberapa hari belakangan. Saya juga sering memergokinya menangis sendirian, kehadiran kamu benar benar berpengaruh di kehidupan dia."
Samuel mengurut keningnya sambil menunduk sejenak, "Jadi, Rona. Jika kalian punya masalah, tolong bicarakan baik baik"
"Saya tidak berniat ikut campur urusan kalian berdua, tapi saya benar benar tidak tega melihat dia seperti mayat hidup"
Mendengar ucapan Samuel menghadirkan denyutan sakit di dadanya, dirinya benar benar tidak menyangka kehidupan Rafael akan sebegitu nya
"Tolong temui Rafael besok, Rona"
