Setelah pengakuan tadi, mereka berpelukan diatas ranjang rumah sakit. Tepatnya Rafael yang mendekap erat tubuh kecil Nana yang ada di atasnya, sesekali juga Rafael mengecup pucuk kepala gadis itu
"Kangen banget tiga hari gak peluk peluk" ujar Rafael pelan
"Suruh siapa ngejauh" ejek Nana dengan mata yang terpejam menikmati elusan Rafael di kepalanya
"Fael kan mau bikin prank buat ulang tahunnya Bunda"
"Tapi Fael sendiri yang kesiksa karna gak bisa deket deket sama Bunda" lanjutnya lemas
Nana terkekeh menanggapinya, dia juga sebenarnya rindu dengan lelaki ini. "Bunda kangen Fael gak?"
"Enggak" jawab Nana sambil menggeleng. Lain di mulut, lain di hati
"Beneran? Bunda gak kangen Fael? Bunda udah gak sayang Fael lagi ya?" tanya Rafael panik sambil memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Nana
Nana tertawa mendengar itu, dia membuka matanya lalu menepuk pelan pipi Rafael, "Aku bercanda"
Rafael menghembuskan nafas lega, "Jadi Bunda kangen kan sama Fael? Masih sayang kan sama Fael?" tanyanya lagi
"Iya Fael, Iya. Aku kangen sama kamu"
"Kangen aja? Sayang nya enggak? Bunda gak sayang Fael?" ucap Rafael sedih
"Kalau aku gak sayang kamu, aku gak mungkin mau jadi pacar kamu, Rafael!"
Rafael mengangguk pelan, Iya juga sih. "Fael juga sayang Bunda hehe" ujarnya sambil cengengesan
"Bunda" panggilnya lagi
"Hm?" Nana mendongak dengan pipi yang masih di tempelkan ke dada bidang kekasihnya
"Mulai sekarang, panggil Fael sayang ya" pinta Rafael
"Kenapa begitu?"
"Karna Fael mau terus di panggil sayang sama Bunda" jawabnya enteng
"Gak mau ah"
Rafael berdecak, sedetik kemudian dirinya menarik senyum miring, "Gak mau?" mengangkat pelan kepala Nana dari atas dadanya, lalu memegang kedua pipi gadis itu
Nana mengangguk santai, sambil menatap Rafael menantang.
Cup
Cup
Cup
Cup
Rafael dengan cepat mengecup setiap inci wajah Nana, membuat gadis itu tertawa keras, "Gak mau, hm?" tanya Rafael kembali sambil terus melanjuti kegiatannya
"Iya, iya.." jawab Nana di sela tawanya
"Udah ah, basah nih muka aku" lanjutnya menghentikan Rafael
"Panggil apa?" tagih Rafael memaksa
"Sayang, udah ya, muka aku basah nih" ujar Nana lembut sambil menangkup pipi Rafael gemas
Senyum Rafael merekah, dia mengusap lembut wajah Nana. Setelahnya kembali mengecup kening gadis itu
Rafael mengubah posisinya menjadi duduk, dia bergerak dengan sangat hati-hati dengan tangan yang masih mendekap Nana erat. Membuat gadis itu ikut terduduk diatas pangkuannya
"Fael, ini gak papa?" Nana takut ada orang yang tiba tiba masuk
Rafael memicing "Apa tadi? Fael?" tanyanya sewot
"Sayang maksud aku" jawab Nana dengan cengiran
Rafael kembali mencium pipi gadis itu, tapi kali ini dia melakukannya dengan hidungnya. "Pliss jangan gemes gemes" Rafael mendekap Nana erat hingga membuat gadis itu sesak nafas
"Ih sesek!" Nana menepuk kencang lengan Rafael
"Maaf" Rafael melonggarkan pelukannya sambil cengengesan
Tangan Rafael terulur mengambil sarapan yang tadi di antar oleh perawat. "Sarapan dulu ya, habis itu minum obat" ujarnya seraya mengangkat sendok yang sudah terisi nasi dan juga lauknya
Nana menerima suapan Rafael dengan senang hati, "Lea kemana? Aku gak ada liat dia dari tadi" tanya Nana dengan mulut yang terisi penuh
"Telen dulu sayang, baru ngomong" tangan Rafael mengusap ujung bibir Nana
Pipi Nana memerah mendengar panggilan itu, "Ih pipinya merah" ejek Rafael dengan telunjuk yang menoel-noel pipi Nana
Nana memalingkan wajahnya sambil terus mengunyah, membuat pipinya yang naik turun itu terlihat seperti bakso di mata Rafael
Lelaki itu melipat bibirnya kedalam, berusaha menguatkan diri. Rafael lemah jika terus dihadapkan dengan sisi menggemaskan Nana
"Mau minum" pinta Nana, karna tangannya tidak sampai untuk mengambilnya
Rafael dengan sigap mengambil gelas yang ada di atas nakas, "Aku aja yang pegang" ujarnya saat merasakan tangan Nana yang ingin mengambil alih gelas itu
"Lea kemana?" tanya Nana kembali
"Ngambil baju ganti kamu di kost" jawab Rafael sambil menyuapkan makanan lagi
Nana mengangguk sambil terus menerima suapan dari Rafael. Tapi di suapan ke 4 Nana menolaknya, "Mual kalau banyak banyak" ucapnya seraya menutup mulut dengan tangannya
Rafael mengangguk, menaruh mangkuk itu kembali keatas nakas dan mengambil obat yang ada di sampingnya. Menyerahkannya kepada Nana "Bisa enggak minumnya?" tanya Rafael lembut
Nana menggigit bibir dalamnya, sejujurnya ini yang paling dirinya tidak sukai. Nana tidak bisa minum obat kecuali yang sirup. Biasanya ibunya akan menghaluskan obat itu sebelum dia minum.
Rafael memiringkan kepalanya saat tidak mendengar jawaban dari Nana, dia mengangguk pelan seolah paham keterdiaman gadisnya
"Turun dulu ya sayang, aku mau ambil sendok yang baru" titahnya sambil mengelus surai kecoklatan Nana
Nana beringsut turun dari pangkuan Rafael, dia menundukkan kepalanya menyembunyikan pipinya yang sudah memerah
Rafael mencium kening gadisnya sebelum melangkah mengambil barang yang ia butuhkan.
Ck, kartu AS nya terbongkar.
