Mata pelajaran agama di hari rabu dengan cuaca sejuk diluar ditambah materi waris yang cukup memusingkan membuat beberapa murid di kelas Rainsha menyerah, otaknya sudah cukup mengeluarkan asap yang menandakan mereka mumet dengan perhitungan yang tidak ada uang aslinya.
Karena guru agama juga tahu materi kali ini cukup rumit, ia menjelaskan dengan pelan pelan dimulai dari pengertian waris, siapa saja yang mendapat warisan, beserta berapa banyak yang didapat oleh ahli waris.
Beberapa contoh juga sudah diberikan oleh guru tersebut agar para murid memahami secara jelas dan terkesan lebih realistis.
Hanya murid yang suka matematika yang bertahan di kelas ini, memperhatikan secara jeli dan berusaha memahami yang dikatakan oleh guru, seperti Icha contohnya.
Kalo Rainsha lebih memilih pelajaran kimia dibanding matematika. Benar-benar teman itu saling melengkapi bukan? Icha kurang di pelajaran kimia namun unggul di matematika.
"Cha gua nyerah dah sumpah ga ngerti" Lia menyerah duluan melihat banyaknya angka di papan tulis, pembagian warisan sungguh membuatnya pening
"Gua juga lagi berusaha mahamin materinya Li, nanti lu semua liat gua aja"
Circle Rainsha pernah difitnah oleh temen sekelasnya kalau mereka mendekati Icha hanya untuk memanfaatkan perempuan itu, pasalnya Icha rangking satu berturut-turut selama 2 tahun ini.
Icha jelas membantah perkataan sembarangan itu, mereka berenam berteman karena se frekuensi tanpa adanya pemaksaan atau ada yang dirugikan satu orang.
Icha sadar ia juga seringkali meminta bantuan Rainsha dan yang lain jika bukan pelajaran yang kuasainya. Jadi menurutnya fear saja toh dia ikhlas membantu teman-temannya untuk memahami pelajaran.
Sekarang mereka ber sembilan bersatu mengumpulkan 3 meja. Sudah biasa bukan ketiga laki-laki itu ikut dengan circle berisi 6 perempuan ini.
Rainsha sendiri bersebelahan dengan Icha dan Nethan.
"Cha semangat" Rainsha berusaha memberikan semangat moral untuk teman di sebelahnya, setidaknya berguna right?
"Aman Sha" Icha sangat amat tidak masalah dengan circle nya yang bergantung padanya sekarang, kalau sudah kimia Rainsha juga akan melakukan hal yang sama
"Gua mau buat tatto Sha di tangan lu"
Melihat lengan Rainsha yang tersingkap karena memang lengan kemeja perempuan itu yang digulung dua kali, membuat Nethan berniat untuk menggambar sesuatu disana.
"Nih" Rainsha menaruh tangannya di depan Nethan
"Gua tulis kanji jepang nama lu yaa?"
Nethan mengambil pulpen yang masih berada di tas hitam bercorak abstrak.
"Boleh"
Entah kenapa menurut Rainsha laki-laki yang berada di sekitarnya lebih memiliki jiwa seni dibandingkan dirinya, apapun yang mereka lakukan menurut Rainsha bagus, seperti sekarang Nethan dengan telaten menulis kanji namanya tapi terlihat sangat aesthetic, kalau Rainsha yang gambar kayaknya tidak se bagus ini.
Dia memang unggul di bidang akademik daripada non akademik, hal yang berbau pelajaran dia masih bisa mengusahakan untuk mendapat hasil yang bagus tapi kalau sudah gambar, melukis sepertinya dia akan angkat tangan saja.
"Sakit ga?" Ditengah mereka berdua lagi fokus melihat objek yang sama, Nethan mengangkat pandangan untuk melihat raut wajah perempuan yang tangannya sedang ia tulis
"Nggak sama sekali"
"Lu cantik Sha"
Melihat senyum manis yang terukir diwajah Rainsha membuat Nethan ikut melengkungkan bibir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rainsha [END]
Teen Fiction"Acting lu bagus juga" Bisik Nethan pada Rainsha "Mereka pada percaya gitu aja" "Acting apa sih Than?" "Makan dulu roti bakarnya, nangis juga butuh tenaga" "Gausah terlalu peka bisa? hargain usaha gua di toilet 30 menit buat redain ni bengkak" ...