Mataku perlahan terbuka, menyesuaikan indra penglihatanku dengan cahaya di ruangan ini.
Pemandangan dinding berwarna putih menjadi hal pertama yang aku lihat. Aroma obat-obatan begitu dominan di ruangan ini.
Perlahan aku melihat ke sekitarku, tidak ada orang. Mungkin kejadian dimana tadi aku melihat bunda hanya mimpiku saja.
Jadi itu hanya mimpi.
Ingin rasanya kembali ke mimpi tadi, dan bertahan lebih lama di sana, jika bisa selamanya di sana.
Jika begitu aku jadi bisa melihat bundan setiap saat, dan mungkin tidak akan kesepian lagi.
Tapi,tunggu ada yang aneh.
Mengapa aku bisa berakhir di ruangan ini, dan badanku terasa sangat sakit .Seperti baru saja jatuh dari tempat yang cukup tinggi.
Seperti yang terjadi di mimpi tadi, aku tidak dapat menggerakkan tubuhku.
"A.. a... Ak... Ku"
Berbicara saja sangat sulit.
Apa yang sebenarnya terjadi padaku. Apa mungkin tadi waktu di lorong itu aku terjatu?. Tetapi tidak mungkin, jika aku terjatuh di lorong itu, sakit yang kurasakan pada tubuhku saat ini mungkin tidak sesakit ini.
Aku mencoba berpikir positif.
Bisajadi sakit yang kurasakan di bagian tubuhku sekarang hanya karna pegal-pegal, karna terkena hujan tadi.Cleck....
Aku spontan melihat kearah pintu, di ambang pintu kini berdiri seorang pria. Aku yakin pria itu merupakan seorang dokter.
Aku yakin jika sekarang aku sedang berada di rumah sakit.
Dokter laki-laki itu berjalan ke arahku dengan seyum yang menempel di wajahnya.
Ingin membalas seyumnya, tapi aku tidak bisa.
Semakin dekat denganku senyum di wajahnya semakin melebar.
" Kamu udah sadar, ada yang sakit?"tanya nya sambil mengelus keningku, seolah dia sudah mengenaliku.
Aku menganggukkan kepaluku sekilas sebagai jawaban.
Aku melihat ke arah nametag dokter tersebut. Arsha Grama, nama yang tercantum pada nametag dokter itu.
" Sebentar lagi orang tua kamu sampai, om sudah hubungi mereka tadi "
Apa aku tidak salah dengar?, barusaja dokter itu mengatakan tentang orang tuaku.
Bagainana caranya orang tuaku datang kemari.
Mungkin dokter itu salah, bisa jadi yang dia maksud kerabat dekat ku.
"O-rang tu-a? " tanyaku lemah, memastikan apa yang dia katakan tadi salah.
Bukan jawaban yang aku dapatkan darinya,tetapi sebuah seyuman yang dia lemparkan kepadaku.
Aku butuh jawaban bukan seyuman, ingin rasanya berkata begitu kepadanya. Tetapi mungkin itu kurang sopa, usia dokter itu jauh lebih tua dariku.
Drttttrtt
Bunyi suara panggila ponsel itu berasal dari saku dokter yang ada di sampingku.
" Sebentar ,om angkat telpon dulu" katanya, lalu pergi keluar dari ruangan ini.
Sepeninggalan dokter tersebut, aku menatap langit-lagit ruangan ini. Aku masih memikirkan apa yang sedang terjadi padaku.
Aku tidak mengerti bagaimana bisa aku terdampar begitu jauh, dari lorong itu sampai ke rumah sakit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong waktu [END]
Teen FictionDon't forget follow me *=* Hidupku berubah saat aku menemukan lorong yang aneh. Aku pernah mendengar cerita lorong waktu dari kedua kakak laki - lakiku. Mereka bilang mereka ingin membuat benda yang bisa membawamu ke sebuah lorong waktu , sungguh m...