Sampe sini gimana ceritanya?
Jangan lupa komen .Ini cerita pertama aku, pasti banyak kesalahannya.
Jadi maklum aja.
Typo bertebaran.
Cerita ini hanya fiksi belakang, jika ada kesalahan mohon maaf.
Byee. )
Shelia, ternyata itu nama gadis yang menindas gadis berrambut sebahu yang aku lihat dua hari yang lalu.
Gadis cantik yang memiliki mata hitam itu memang sering sekali menindas siswi yang terlihat lemah, itu yang aku dengar dari mulut Sartika.
Ternyata wajah cantiknya bertolak belakang dengan sifatnya, seperti yang dikatakan Bima.
Celyi dan Meri nama kedua teman dari Shelia. Mereka bertiga merupakan teman dekat sejak masuk ke sekolah ini. Setiap hari mereka selalu bersama, entah apa yang membuat mereka suka menindas orang.
Sekarang aku dan Sartika sedang berada di kantin, menikmati jam istirahat dengan mengisih perut yang sudah meminta di isi.
Melsa, aku sudah mengajak gadis itu tadi, tapi dia menolaknya. Melsa selalu saja menolak jika aku dan Sartika mengajaknya kekantin.
Aku heran dengan Melsa, jika jam istirahat begini entah kemana perginya gadis itu. Dia tidak ada di dalam kelas.
Dari tempat aku duduk sekarang aku melihat Shelia dan kedua temannya duduk tidak jauh dari tempatku sekarang.
Masih tetap sama seperti dua hari yang lalu, aku melihat ada bayangan hitam di belakang Shelia. Bayangan itu selalu mengikutinya.
Aku terus memperhatikan bayangan hitam yang berbentuk abstrak itu dengan lekat. Aku merasa bayangan hitam itu mulai membesar, membentuk tubuh manusia.
Astaga!, apa yang baru saja aku lihat. Bayangan hitam itu seketika berubah menjadi seorang wanita berpakai putih yang berlumur darah, wajah sebelah kanan wanita itu hancur.
Tingg!!
Aku tak sengaja menjatuhkan sendok yang ada di tanganku.
Jantungku berdetak sangat kencang. Apakah itu hantu?, apa yang barusaja aku lihat ini adalah hantu?.
"Heh! Cumi, lo kenapa!"
Tepukan ditanganku membuat aku tersadar dari keterkejutanku. Aku melihat Sartika, lalu berkata.
"Lo pernah lihat hantu? "
"Kenapa sih lo?, lagi sakit ya?. Muka lo pucat"
Aku menyingkirkan tangan Sartika dari dahi ku.
"Enggak"
Aku melihat ke arah tempat Shelia lagi .Wanita dengan pakaian berlumur darah itu masih setia berdiri di belakang Shelia.
Wajah setengah hancurnya menatap ke arahku, dia terseyum kepadaku.
Bolehkah aku berteriak disini, aku tidak tahan melihat wajah wanita itu. Jika saja tidak ada orang disini mungkin aku akan berteriak sekarang.
Aku menarik lengan Sartika saat gadis itu hendak meminum jus miliknya. Aku tidak lagi sanggup melihat wajah hancur wanita itu.
Aku memang sering melihat wajah yang terluka parah akibat kecelakaan dulu, tapi jika wajah mengerikan itu terseyum padaku, aku belum pernah melihatnya sepanjang hidupku.
"Ihh apaan sih lo Ra, gue belum sempat minum! " aku tidak memperdulikan ucapan Sartika, pikiranku sekarang melayang entah kemana.
Apa yang terjadi denganku, mengapa setelah terbangun di tempat ini aku selalu melihat hal yang aneh. Sampai sekarang aku belum tau tempat apa ini.
Ingin rasanya aku berteriak sekencang mungkin. Meneriaki nama Kak Angkasa dan Kak Langit .Entah kalung apa yang mereka ciptakan sampai aku bisa berada di tempat ini.
Bisakah mereka membuat benda yang di dalamnya hanya ada aku, Bunda, Ayah, dan mereka berdua saja.
Aku pikir setelah berada di sini hidupku akan bahagia tanpa masalah lagi.
Aku memang tidak harus repot kerja lagi untuk mencari uang. Tapi sebenarnya aku lebih suka mencari uang daripada setiap hari melihat ke jadian aneh yang ada di luar nalar.
Aku hampir sajah jatuh saat Sartika menarik tanganku kebelakang. Dia menatap wajahku dengan kesal.
"Kenapa sih lo?. Kayak orang barusan lihat hantu aja"
Iya, apa yang dikatakan Sartika itu memang benar. Aku barusaja melihat hantu, dan hantu itu terseyum kepadaku.
Jadi jika wanita tadi adalah hantu berarti gadis yang selalu mentap ku tajam itu juga seorang hantu?.
Apakah sekarang aku seorang indigo. Aku menggelengkan kepalaku saat pikiran-pikiran aneh itu muncul di benak ku.
"Tuh kan, lo malah bengong. Kenapa sih lo? jangan buat gue penasaran"
Perkataan Sartika seperti angin lalu di telingaku.
Barusaja aku teringat dengan gadis bermata tajam itu. Sekarang aku melihatnya berjalan ke arahku, bukan sepertinya bukan ke arahku, dia hanya melewatiku.
Gadis itu menatap lurus kedepannya, tidak seperti biasanya dia yang selalu menatapku tajam.
"Aeera lo jangan bikin gue takut, lo tau gak sekarang muka lo, kayak orang kesurupan"
Dan lagi-lagi aku mengikuti gadis itu dari belakang, seperti ada sebuah sihir yang mengendalikan kaki ku.
Panggilan Sartik tidak aku hiraukan.
Aku mengelengkan kepalaku.
Aku tidak sadar jika sekarang aku sudah berada didalam sebuah ruangan.
Sepertinya ini gudang sekolah terlihat dari peralatan sekolah yang tidak di gunakan tersusun di sini.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuruh ruangan. Ruangan ini sedikit gelap.
Aku terkejut saat tepat di depanku tiba-tiba berdiri seorang gadis memakai seragam sekolah yang sama denganku.
Dia menatapku seduh.
Tatapannya turun kebawah, gadis itu menundukkan wajahnya.
"Gue gak suka!, gue gak suka! "
Suara tangisan yang ditahan terdengar dari gadis itu.
"Maaf, maaf. Ini salah gue"
Apa kata maaf itu untukku, tapi aku merasah gadis itu tidak memiliki salah denganku. Apa Mungkin dia merasah bersalah karna selalu melemparkan tatapan tajam kepadaku.
"Gue gak suka!,gue gak mau!, maafin gue, ini semua salah gue.Hiks.."
Aku tidak dapat melihat raut wajah gadis itu. Tapi suara tangisannya terdengar jelas di telingaku.
Tangan kananku yang menyetuh bahunya tergantung di udara. Aku menutup mulutku menahan teriakan yang hendak keluar dari mulutku.
Aku tidak dapat menyetuhnya.
"GUE GAK SUKA LO GAK INGAT GUE!. Maafin gue ini salah gue"
"Aaaaaaa! "aku berteriak saat gadis itu mengangkat wajahnya .
Wajah yang pucat dan matan yang mengeluarkan darah itu membuatku ketakutan.
Kakiku bergetar hebat, melihat darah yang keluar dari mata gadis itu.
Lorong Waktu 21.
Tinggalkan jejak.
Ditunggu vote nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong waktu [END]
Teen FictionDon't forget follow me *=* Hidupku berubah saat aku menemukan lorong yang aneh. Aku pernah mendengar cerita lorong waktu dari kedua kakak laki - lakiku. Mereka bilang mereka ingin membuat benda yang bisa membawamu ke sebuah lorong waktu , sungguh m...