35

20 4 0
                                    


Aku menutup telinganku menggunakan kedua tanganku, lalu menekannya agar suara Sartika tidak ku dengar lagi.

"Woyyyy!! " teriak Sartika tepat di telinganku, aku pura-pura tidak mendengarnya.

Kaki ku terus aku gerakkan, kini tujuanku parkiran sekolah.

Bel tandan pelajaran telah usai sudah terdengar beberapa menit yang lalu.

"Wahhh, sombong lo ya. Awas lo nanti kena azab karna ngacangin orang"

Sebenarnya aku masih mendengar setiap perkataan Sartika meski aku menutup telinganku.

Aku menurunkan kedua tanganku, lalu menatap Sartika.

"Lo sih jadi orang kepo banget" ucap ku padanya.

"Dihh, gue kan cuma nanya tadi lo kenapa gak masuk ke kelas? "

" Kan gue udah jawab, kepala gue pusing" balasku pada Sartika.

"Tuh, kan keliatan banget lo bohong. Tadi sebelum pergi lo bilang sakit perut sekarang sakit kepala"

"Emm.. Gue sakit perut campur kepala" kataku asal.

Sartika tertawa, tangannya beberapa kali memukul punggungku.

"Jangan pukul-pukul sakit tau" aku menahan tangan Sartika yang memukul punggungku.

"Anjirrr, emang ada sakit perut campur kepala. Yakali, lo pikir es doger pake campur-campur"

"Ck" decakku melihat Sartika yang terus tertawa.

Tidak kah dia sadar banyak orang yang memperhatikan dia.

" Aeera, Sartika,  aku deluan ya"

Aku menoleh ke arah sumber suara. Di belakang ku, ada Melsa yang sedang membawa beberapa buku dalam pelukannya.

"Lo pulang sama siapa? " tanya ku.

" Naik angkot Ra " jawab Melsa.

"Oke, hati-hati ya" Melsa mengangguk menanggapi ucapanku.

"Ehh, tunggu Mel. Lo bareng gue aja" Sartika mehana Melsa yang ingin pergi.

"Gue bawa motor, rumah kita searah kan. Yaudah bareng aja" imbuh Sartika.

"Gak usah, nanti aku ngerepotin"

"Yaelah enggak kok, kita bareng aja"

Sartika meraih tangan Melsa, lalu dia menatapku.

"Kita  deluan ya Ra. Lo pulang bareng kak Bima kan? " pamit Sartika.

"Hm.. "

"Sekarang pasti mulut lo sakit. Cuma jawab 'Hm' doang. Sakit perut campur kepala campur sakit mulut, lengkap dah tuh penderitaan lo"

Tangaku hendak memuluk Sartika, tapi dengan lihai gadis itu menghindar dari pukulanku.

Sartika tertawa mengejek, membuatku semakin kesal padanya.

"Kayaknya lo udah gak lama lagi" ejek Sartika sambil berlari dari hadapanku. Tidak lupa gadis itu menggandeng tangan Melsa.

Melsa terlihat tidak nyaman karna Sartika menggandeng tangannya sambil berlari.

Aku mengendus mendengar kalimat Sartika yang terahir tadi.

Sepertinya dia mendoakan ku agar cepat mati.

Dari tempatku sekarang aku dapat melihat Bima di samping motornya sedang berbicara dengan ketiga temannya.

Sesekali mereka berempat tertawa bersama.

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang