Tinggalkan jejak dengan menekan bintang di pojok bawa.
Selamat membaca.
.
.
.
.
.Aku pikir dengan tidur rasa sakit di kepalaku akan menghilang, tapi ternyata tidak.
Aku masih merasakan sakit di kepalaku. Sudah satu jam aku berada di rumah. Aku meminta izin supaya lebih awal pulang kepada guru piket.
Aku tidak tahan dengan sakit di kepalaku.
Saat aku memejamkan mataku, bayangan orang yang wajahnya tidak terlihat jelas selalu melintas di kepalaku.
Suara mereka dapat aku dengar dengan jelas. Aku tak mengenali suara itu, suara yang sangat asing di telinganku.
" Gue sayang sama lo"
"Sebagai sahabat ya?"
"Enggak! "
Aku melihat bayangan dua orang anak remaja berbeda jenis kelamin sedang berbicara.
Wajah mereka tidak dapat aku lihat dengan jelas.
"Jangan ada yang pergi ninggalin gue, kita udah janji selalu sama-sama"
"Kalo misalnya gue ninggalin kalian karna udah meninggal gimana? "
"Yeeuh jangan bawa-bawa kematian dong"
" Misalnya nih ya. Kalo kita kecelakan terus gue mati gimana? "
Aku menarik rambutku.
Bayanga abstrak itu membuat kepalaku sangat sakit."Argghgg! " aku berteriak, sunggu kepalaku sangat sakit.
"Kalung untuk adek kakak yang paling cantik"
Itu suara kak Langit, aku tau itu suaranya. Kalimat yang dia ucapkan saat hari ulang tahunku.
"Bantu mereka yang membutuhkan mu"
"Aakkhh"
Aku merasa kepalaku sebentar lagi akan pecah.
"Mamah!! Papa! "
Aku berharap ada yang mendengar teriakan ku. Aku sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kepalaku ini.
" Satu dari mereka telah mati. Tersisa dua orang lagi, sekarang keadaan dua gadis itu sedang koma"
"Pastika semua saksi mata sudah tidak bernyawa. Terutama kedua gadis itu"
Wajahku kini sudah di basahin oleh air mataku.
Cukup! hentikan semuanya, bayangan apa itu!. Aku sudah tidak tahan lagi.
Ayahh, Bundaaa. Tolong Aeera...
Jeritku dalam hati."Hei. Tidak usah bertingkah sebagai seorang pahlawan"
"Kak Ezar lari,, lari kak!! "
"Mamah....!! "
Teriakan ku tidak ada yang mendengarnya. Kemana mereka semua mengapa tidak ada orang yang mendengar panggilanku.
Kemana asisten rumah yang ayah pekerjakan di rumahku. Tidakkah mereka mendengar jeritanku.
Aku sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kepalaku ini.
Di atas tempat tidurku, aku terus menarik rambutku berharap rasa sakit di kepalaku berkurang.
"Kamu selalu menutup mata dengan sekitar kamu dek, jangan gitu gak boleh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong waktu [END]
Teen FictionDon't forget follow me *=* Hidupku berubah saat aku menemukan lorong yang aneh. Aku pernah mendengar cerita lorong waktu dari kedua kakak laki - lakiku. Mereka bilang mereka ingin membuat benda yang bisa membawamu ke sebuah lorong waktu , sungguh m...