47

12 2 0
                                    

Aku berdiri dari tempat yang aku duduki ketika melihat seorang laki-laki yang tidak asing bagiku melangkah kearahku.

Aku mundur beberapa langkah kebelakang sebelun aku membalikkan tubuhku dan berlalu pergi.

"Aeera lo mau kemana! "

Aku mempercepat langkahku saat mendengar teriakan dari Melsa, ralat namanya bukan Melsa tapi Melda.

Ternyata orang yang selalu aku panggil dengan sebutan Melsa itu memiliki nama asli Melda Asmaira.

Namanya sebenarnya bukan Melsa tapi Melda. Dia kembaran dari Melsa.

Pantas saja wajah mereka sangat mirip,  tapi tidak dengan karakter mereka.

"Heii!  Tunggu! "

Aku menghempas tangan laki-laki yang memegang tanganku.

"Lo kenapa pas liat gue pergi gitu aja? " katanya, menyamakan langkahnya denganku.

" Takut sama gue? "

Aku menghentikan langkahku.

"Siapa yang takut? " ujarku menoleh padanya.

Aku masih mengingat dengan jelas siapa laki-laki yang ada di hadapanku ini.

" Terus kenapa lo pergi"

"Gue mau pulang" kataku ketus seraya melangkahkan kaki ku kembali.

"Tunggu! "

"Kenapa sih lo halangi gue. Gue mau pulang! "

"Tunggu dulu,  gue mau minta maaf sama lo "

"Minta maaf buat apa? " tanyaku,  merasa kesal padanya.

"Minta maaf karna gue gak sengaja mukul muka lo waktu itu"

"Hm.. " jawabku acuh.

Aku bingung mengapa laki-laki ini bisa sampai di sini.

Dia tiba-tiba saja menghentikan motornya di depan halte bus yang aku singgahi bersama  dengan Melda.

Bukankah dia orang yang berkelahi dengan Bima waktu itu, dan tidak sengaja memukul wajahku.

Aku masih ingat jelas wajah laki-laki itu.

" Bang Fathir?! " teriakan dari Melda menghentikan langkahku.

"Iya, tunggu bentar! "

Apa katanya  Fathir?

" Sekali lagi gue minta maaf. Gue pergi dulu"

Fathir membalik badanya pergi dariku setelah menyelesaikan kalimat terahirnya.

Melda melihat  sekilas padaku, lalu mengikuti langkah Fathir menuju motornya.

Biasanya Melda akan terseyum padaku, tapi sekarang berbeda. Mungkin karna aku sudah mengetahui jika dia bukan Melsa.

Andai saja Fathir tidak datang, mungkin aku akan mengetahui lebih banyak tentang Melda yang menyamar jadi Melsa. Meskipun aku selalu mendapat tatapan sinis dari sang empuh saat aku menanyakan hal tersebut.

Tapi aku merasa heran dengan Melda setiap pertanyaan yang aku lemparkan selalu di jawab olehnya, tapi dengan nada yang ketus.

Melda sangat pandai menyamar menjadi Melsa. Sampai-sampai satu sekola tidak mengetahui hal itu.

Suara motor milik Fathir mengalihka perhatianku dari Melda.

Apa Fathir ini merupakan saudara dari Melsa, atau nama mereka saja yang kebetulan sama.

Aku harus menanyakan tentang ini nanti kepada Melsa.


🍂🍂🍂

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang