Jangan lupa tinggalkan jejak dengan menekan bintang di bawah pojok.
Vote sebelu baca,comen sesudah baca.
Jam istirahat telah selesai, kini aku sudah duduk di bangku ku. Melsa sama sekali belum terlihat sejak bel jam istirahat berbunyi menandakan istirahat telah usai.
"Tega lo Aeera. Lo pergi gak ngajak gue! "
Aku terseyum merasa tidak enak pada Sartika yang menghampiri mejaku. Bukanya aku tak mau mengajaknya, tapi aku takut mengganggu jam istirahatnya.
"Kemana aja lo?" tanya Sartika.
"Emm,, "
Aku bingung ingin mengatakan apa.
"Emm, itu.. Tadi aku lagi nyari buku di perpustakaan" jawabku berbohong.
" Ck ck ckkk.. Lo sama Melsa pasti udah janji ketemu di perpus. Jahat lo berdua gak ngajak gue" Sartika berdecak tak suka.
"Gue takut ganggu lo" aku tertawa garing, menaggapi perkataan Sartika.
"Aduh,, aduh,, pada ngapain nih. Abang ikutan dong"
" Abang-abang, palak lo segitiga! "
Ucap Sartika pada Ero yang datang ke mejaku.
"Jangan galak-galak dong adek, nanti cepat tua" Ero mengedipkan satu matanya ke arah Sartika.
"Mata lo minta gue colok! "
Aku terkekeh melihat pertengkaran antara Ero dan Sartika. Memang mereka berdua selalu tidak akur.
Sartika yang emosian dan Ero yang pengganggu.
"Astagfirullah, jangan atuh dek. Nanti abang gak bisa lihat kecantikan adek" balas Ero menyentu dadanya, seakan-akan yang dikatakan Sartika itu menyakiti hatinya.
"Gue colok beneran dah tu mata lo"
Aku menutup mulutku, menahan tawa yang hendak keluar karna melihat raut wajah jutek Sartika.
Dia sangat lucu jika marah.
" Kalo mau ketawa, ketawa ajah atuh tuan putri"
"Udalah Ero, jangan ganggu Sartika. Gak lucukan kalo di umur segini wajahnya udah keriputan".
Sartika menatapku tak suka. Tatapannya aku balas dengan tawa.
Dari bawah meja tanganku dan tangan Ero saling mengadu kepalan.
Entah sejak kapan, aku juga sangat suka melihat Sartika marah-marah.
"Yaudah kangmas pergi dulu ya adinda. Adinda jangan marah-marah lagi kasian dedek bai kita"
Sartika langsung saja melemparkan sepatunya pada Ero yang sudah lari dari sampingku setelah mengucapkan kalimat yang membuat Sartika emosi.
Tawaku terhenti saat Melsa masuk ke dalam kelas.
Mataku terus menatap ke arah Melsa, tepatnya kepada sosok yang mengikutinya dari belakang.
Jantungku berpacu sangat cepat, kaki ku terasa lemas. Aku merasa kedua tanganku sudah sedingin es.
"Aeera, kamu gak papa? "
Perkataan Melsa tidak aku balas.
Mata milikku bertemu dengan mata seorang gadis yang ada di belakang Melsa.Mata itu mengeluarkan cairan kental berwarna merah.
Ada noda darah pada seragam sekolah gadis itu. Seragam sekolah yang dia kenakan sama sepertiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong waktu [END]
Teen FictionDon't forget follow me *=* Hidupku berubah saat aku menemukan lorong yang aneh. Aku pernah mendengar cerita lorong waktu dari kedua kakak laki - lakiku. Mereka bilang mereka ingin membuat benda yang bisa membawamu ke sebuah lorong waktu , sungguh m...