48

11 2 0
                                    

 
Aku menghentikan kuyahanku mendengar perkataan dari Bunda.

" Pergi ke mana? " tanyaku pada Bunda.

" Ke luar kota sayang, cuma tiga hari kok" kata Bunda menjawab pertanyaanku.

" Ngapain ke sana? " tanyaku lagi.

Bunda terseyum.

Melangkah kearah tempat duduk ku .

"Mama sama papa ada kerjaan bentar di sana. Bentar doang kok, gak lama" ucap Bunda mengelus rambutku.

"Kamu gak papa'kan mama tinggal bentar"

Aku mengangguk sebagai jawaban.

Sore nanti Bunda akan pergi ke luar kota  bersama dengan Ayah. Bunda bilang ada pekerjaan di sana.

Mereka berdua selalu sibuk dengan dunia kerja mereka.

Aku lebih menyukai kehidupan ku duluh, hidup sederhana tapi kaya akan kasih sayang dari keluargaku.

Aku mengatakan begitu, bukan berarti aku tidak dapat kasih sayang di sini.

Bunda sayang padaku, begitu juga dengan ayah. Tapi sepertinya mereka lebih menyayangi perkerjaan mereka.

Mereka lebih lama menghabiskan waktu mereka bersama tumpukan dokumen penting daripada denganku.

Aku menggelengkan kepalaku.

Aku tertawa dalam hati, menertawakan diriku yang terlihat kekanakan.

Ternyata bukan hanya wajahku yang berubah, tapi pemikiranku juga ikut berubah.

Lihatlah, tidak seharusnya aku berpikiran begitu. Usiaku sudah menginjak 27 tahun, sungguh aku kekanak-kanakan sekali.

Aku meminum air berwarna bening yang ada di depanku hingga tidak tersisa.

Aku berdiri dari tempat duduk ku.

"Mama, papa, Aeera berangkat dulu" kataku menyalam tangan mereka berdua bergantian.

" Kamu berangkat sama Bima? "

Aku menganggu,  lalu berkata

" Kan Papa yang nyuruh Aeera berangkat sama dia" .

"Ahhh,iya . Papa sampai lupa" kata Ayah tertawa pelan.

"Aeera pergi ya!" seru ku, melangkah pergi dari ruang makan.

Aku keluar dari pekarangan rumahku, berjalan menuju rumah Bima.

Aku hendak mengetuk pintu rumah Bima, tapi aksiku terhenti ketika pintu itu terbuka sebelum aku mengetuknya.

Bima menatapku.

"Tumben cepat" kata Bima, berjalan melewatiku ku.

Aku mengikuti langkah Bima yang berjalan menuju motor miliknya.

" Nih"

Aku merai helm yang Bima berikan padaku.

Aku menaikin motornya.

" Muka lo kusut banget" kata Bima sebelum menjalankan motornya.

" Kusut gimana? " balasku.

"Lo ada maslah? " tanya Bima.

"Kepo banget sih, mending lo fokus bawak motor lo" ketusku pada Bima.

Tidak ada balasan lagi dari Bima. Pemuda itu fokus pada jalan di depannya.

Aku langsung turun dari motor Bima ketika kami sudah sampai di Sma tempat aku bersekolah lagi.

"Makasih" kataku memberi helm Bima.

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang