41

9 2 0
                                    

 

"Jadi nama kalian siapa? "

"Kenalin nama gue Dewi Senja,  hantu paling cantik sedunia perhantuan"

Aku mengendus melihat Dewi memperkenalkan dirinya dengan sangat bangga.

Aku tidak bertanya padanya,  aku bertanya pada dua orang remaja yang mendatangiku saat ini.

Aku tidak tau maksud kedatangan mereka,  awalnya aku terkejut dan takut melihat mereka tapi Dewi meyakinkan ku bahwa mereka orang baik.

"Bukan lo Dewi,  gue udah kenal lo. Maksud gue mereka berdua"

Dewi terkekeh.

"Owhh,  sori. Gue kira lo lupa sama gue"

Mungki jika aku bisa menyentuh Dewi aku akan memukul kepala Gadis itu.

Sekarang aku sedang duduk bersilang kaki di atas tempat tidurku.

Di depanku ada Dewi dan dua remaja yang tidak aku kenali. 

Kedua remaja yang berbeda jenis kelamin itu terseyum padaku.

Aku memicing mataku melihat mereka berdua,  wajah mereka tidak asing nagiku.

Aku menutup mulutku saat mengingat mereka.

Aku menatap pada gadis yang wajahnya terlihat sangat mitip dengan Melsa.

Iya dia gadis yang meminta bantuanku di sekolah waktu itu. Sedangkan laki-laki yang di samping gadis itu adalah laki-laki yang aku lihat ketika Bima bertengkar dengan lelaki yang tidak aku kenali beberapa hari yang lewat. Lelaki yang membuat pipiku berwarna biru.

"Nama aku Melsa" ucap gadis yang di samping Dewi,  memperkenalkan namanya.

"Melsa?" ulang ku.

Gadis itu terseyum sambil mengangguk.

"Kok bisa mirip ya sama teman gue. Muka lo berdua juga mirip"

Aku mengerutkan keningku bingung,  mengapa Melsa yang ini dengan Melsa yang ada di sekolahku sangat mirip.

Iyah,  mereka sangat mirip. Bagaikan buah pinang yang di belang dua.

"Heh!  Malah bengong" suara Dewi mengalihkan perhatianku dari wajah Melsa.

" Nama gue Ezar"

Ezar?,  nama itu terdengar tidak asing di telingaku. Aku seperti pernah mendengar nama itu.

"Jadi apa yang harus gue bantu? " tanyaku pada mereka berdua.

Melsa dan Ezar saling pandang.

" Kamu bisa bantu kami?  " tanya Melsa ragu-ragu.

"Bisalah,,,bisa. Masa enggak bisa! "

Aku menatap Dewi tidak suka.

"Hehehh, sori,,,,. Refleks gue tadi"

Dewi tertawa canggung ketika mendapa tatapan tajam dariku.

"Tergantung. Kalo gue bisa bantu  lo berdua, pasti gue bantu" ujarku pada mereka berdua.

"Aku sama kak Ezar korban pembunuhan. Sampai sekarang jiwa kami gak tenang karna yang bunuh kami belum mendapat hukuman yang setimpal"

Aku mengangguk paham, aku tau maksud dari mereka berdua. Aku tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui maksud dari apa yang mereka katakan.

"Kalian minta bantuan gue buat nyari orang yang bunuh kalian? "

Mereka mengangguk secara bersamaan.

"Kenapa harus gue. Kenapa kalian gak kedukun aja" kataku ketus.

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang