"Apa'an sih lo!, lepas tangan gue! "Aku tidak perduli bentakan yang di tunjukkan Celyi padaku.
Dia mencoba melepas tangannya dari cengkramanku. Semakin dia bersekukuh menarik tangannya semakin aku memperkuat cengkramanku.
"Sakit anjing!. Lepas gak! "
Wajah Celyi terlihag merah karna emosi.
Aku tidak akan mengganggunya jika dia juga tidak mengganggu Melsa.
Aku melihat Celyi, si gadis bermata sipit itu ingin menampar Melsa.
Di belakang Celyi ada Meri dan Shelia.
"Aeera, udah lepasin. Kasian" Ujar Melsa lembut sembari menarik pelan tanganku.
"Dia tadi apa'in lo Mel?. Biar gue balas" Bukannya mendengarkan perkataan Melsa yang menyuruku melepas tangan Celyi, aku malah bertanya apa saja yang mereka perbuat pada Melsa.
"Heh! lo gak usah sok jagoan ya. Mentang-mentang lo dekat dengan Bima, lo pikir kita takut sama lo" itu suara Meri, gadis yang tadinya di belakang Celyi kini berada di samping Celyi.
Meri menarik tanganku dari tangan Celyi.
" Lo gak ada urusan sama kita. Jadi gak usah ikut campur" kata Meri padaku ketika tangan Celyi sudah terlepas dari tanganku.
"Lo ganggu teman gue.Gue gak bakalan ikut campur kalo yang lo ganggu bukan teman gue" ucapku membalas perkataan Meri.
"Anjing lo! " umpat Celyi seraya pergi dari hadapanku, di ikuti oleh Meri dan Shelia.
Aku menatap cara jalan Shelia, gadis itu masih pincang sama seperti yang aku lihat beberapa hari yang lalu.
Shelia terlihat pucat, ada lingkaran hitam di matanya.
Dan aku baru pertama kali melihat gadis itu memakai jeket ke sekolah. Rok sekolah yang di pakai gadis itu biasanya berada di atas lutut.
Kini rok yang dia pakai berada jauh di bawah lututnya.
Di terlihat lebih tertutup hari ini.
Tidak banyak bicara, biasanya Shelia adalah orang yang paling bersemangat jika menindas seseorang.
Shelia, gadis itu tertinggal jauh di belakang temannya.
Tadi, sebelum mereka pergi dari hadapanku Meri menyentuh pergelangan tangan Shelia, menarik gadis itu agar ikut pergi bersama mereka.
Dapat aku lihat dengan jelas wajah Shelia yang meringis menahan rasa sakit ketika Meri memegang tangan Shelia.
"Lo gak papa? " tanyaku pada Melsa.
"Enggak, aku baik-baik aja"
"Kenapa tadi Celyi dan temannya ganggu lo? " tanyaku lagi.
"Tugas mereka yang aku kerjakan ada yang salah" jawaban Melsa menghentikan langkah ku.
"Apa?!. Mereka nyuruh lo ngerjain tugas mereka? " kata ku sedikit meninggikan suaraku.
Melsan menundukkan kepalanya saat mataku bertemu mata miliknya. Dia mengangguk pelan.
"Kenapa lo mau? " tanyaku, tidak suka dengan Melsa dengan sangat baik mau mengerjakan tugas kelas dua belas padahal dia sendiri masih kelas sebelas.
Melsa tidak menjawab, dia masih menundukkan kepalanya.
Aku masih setia menunggu Melsa menjawab perkataanku. Hingga suara teriakan terdengar dari arah yang berlawanan dariku.
"Huaaa!.. Akhirnya lo sekolah juga. Gue kengen, kenapa lo gak sekolah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong waktu [END]
Teen FictionDon't forget follow me *=* Hidupku berubah saat aku menemukan lorong yang aneh. Aku pernah mendengar cerita lorong waktu dari kedua kakak laki - lakiku. Mereka bilang mereka ingin membuat benda yang bisa membawamu ke sebuah lorong waktu , sungguh m...