42

12 2 0
                                    


Aku menyesal karena membiarkan Sartika membelikan makan untukku. Seharusnya tadi aku ikut saja denganya.

Kebiasaan Sartika saat membelikan aku makanan, tidak bertanya terlebih dahulu padaku apa yang sedang aku inginkan.

Sudahlah tidak usah dibahas lagi semua sudah terlanjur.

Mataku bertemu dengan mata Melsa. Sepertinya dia sama sepertiku, dia juga tidak menyukai bubur ayam yang Sartika belikan untuk kami.

Melsa terseyum canggung padaku.

Ketika melihat Melsa,  aku jadi mengingat hantu yang memiliki nama yang sama dengannya.

Tidak hanya nama tapi juga wajah mereka yang hampir sama. Hanya saja Melsa yang menemuiku kemarin malam memiliki pipi yang lebih tirus dari Melsa yang ada di depanku sekarang.

"Lah kok lo berdua malah tatap tatapan,  makan dong nanti buburnya gak enak"

"Ehh,  iya Ika "

Kulihat Melsa yang memasukkan bubur ayam ke mulutnya dengan ragu-ragu.

Entahlah aku sedikit heran dengan Sartika,  dia sangat suka makanan yang aneh-aneh. Atau malah aku yang aneh karna tidak menyukai makanan yang di beri julukan bubur ayam tersebut.

Aku juga sangat tidak menyukai manakan yang di sebut sebagai seblak itu, makanan yang sering dimakan Sartika juga.

Aku terkejut ketika sendok yang berisi bubur ayam yang akan aku masukka ke mulutku di tahan oleh seseorang.

Aku mengerutkan keningku ketika Bima meletakkan sebuah mangkok dengan gambar ayam  jantan merah di depanku.

" Lo gak suka ini kan? " kata Bima sambil menunjuk bubur ayam yang sudah ada di tangannya.

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan Bima.

"Yaudah, lo makan itu aja biar yang ini buat gue"

Bima langsung pergi setelah mengatakan itu.

Dia tau aku tidak menyukai itu, sepertinya dia tau banyak tentangku.

" Anjayy!,  perhatian banget dah tuh kak Bima sama lo?"

"Apa'an sih"

"Kayak nya kak Bima suka deh sama lo.  Kalian pacaran ya? "

Aku terbatuk mendengar perkataan Sartika.

"Kalo makan tuh harus pelan-pelan,  gak usah buru-buru. Gak bakalan ada kok yang mau sama bakso lo"

"Aeera makannya pelan-pelan kok. Gak buru-buru,  dia batuk karna dengerin kamu ngomong yang gak jelas" sahut Melsa membelaku.

Yang Melsa katakan memang benar.

Aku mengelap mulutku dengan tisu, lalu beralih menatap Sartika.

"Enggak lah, gue sama dia itu gak pacaran. Cuma temanan" jelasku pada Sartika.

"Teman tapi demen"

Aku melempar tisu yang aku pakai tadi kepada Sartika.

"Ihhh,,  jorok banget! " seru Sartika tidak terima.

"Lo sih kalo ngomong suka ngawur"

"Kan gue ngomong apa adanya"

"Terserah lo deh Ka,," ucapku membuang nafasku, jegah.

Aku kembali memakan bakso yang di berikan Bima tadi.

Aku menoleh kesampingku ketika aku merasakan kehadiran seseorang.

"Ngapai lo berdua kesini? "

" Mau balap karung bareng mbak Ranti"

Mungkin telinganku akan terkena masalah sekarang. Jika Sartika dengan Ero disatukan pasti mereka berdua akan ribut.

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang