05

45 4 0
                                    

Aku meruntuki kebodohanku, mengapa tadi aku harus percaya begitu saja dengan mereka berdua.

Seharusnya tadi aku memastikan keadaan sekitar atau setidaknya berhenti di tempat yang ramai.

Aku menelan air ludahku dengan susah payah, seperti ada sesuatu yang menjanggal ditenggorokan ku hingga membuatku susah menelan ludahku sendiri.

Mungkin sekali gerakan saja benda tajam yang di arahkan ke leherku ini akan menebus leherku dengan tidak elit.

Agrrr,,, membayangkannya saja membuatku merinding.

"Serahkan kunci mobil sama tas kamu! Cepatt! "

Bentak lelaki bertato ular itu ke arah wajahku. Aku refleks menutup mata.

Jika saja dia tidak membawa senjata tajam mumgkin sekarang aku sudah mengatakan bahwa nafasnya menusuk indra penciumanku.

"Cepat!! " hardiknya dengan volume suara yang tinggi.

" Lo bisu? "Aku menggeleng kuat.

" Cepat anjing serahin tas sama kunci mobil lo! "

" Saya gak punya tas"

Astaga! kenapa kalimat bodoh itu keluar begitu saja dari mulutku. Kalimat macam apa itu, sudah jelas - jelas aku sedang memegang tasku.

"Bisa ngelawak dia men" kata pria bertato ular itu kepada temannya .

"Trus ini apa yang ada di kepala lo tolol!! "

Aku menutup mataku , mendengar bentakan dari pria itu.

" Sekarang kasih tas lo, atau badan sama kepala lo gue pisahin! "

Aku melotot ke arah mereka berdu, apa dia sedang mengancam ku.

" Lemot amat sih, cepetan serahin!! " Bentak meraka berdua secara bersamaan.

Sekarang aku tidak bisa lagi menyembunyikan ketakutan ku. Kaki ku bergetar ,dan keringat dingin membasahin tubuh ku. Sepertinya ini bukan keringat tapi air hujan yang jatuh menimpah ku.

" Gu-gue gak mau! "

Teriakku ,lalu menendang bagian terlarang pria yang mengarahkan benda tajam itu kepadaku.

Rintihan kesakitan dari pria itu tidak ku pedulikan.

Ternyata berpacaran dengan mantan kekasihku ada untungnya juga. Karena dia, aku sedikit mengetahu bagaimana cara bela diri.

Aku berlari sekuat tenaga tanpa arah. Di tengah aksi berlariku, aku membuka kedua sepatu heelsku dan melemparnya ke sembarang arah.

Aku menoleh ke belakang, dapat aku lihat mereka berdua mengejarku dari belakang.

Sebelumnya aku tidak pernah berlari sejauh ini.

Aku berhenti sejenak di sebuah pohon. Ha?! Apa! Pohon?.
Aku melihat sekelilingku, lututku mendadak lemas.

" Apa ini? Kenapa aku malah lari ke hutan shi, harusnya tadi aku lari ke tempat yang ramai" ucapku menyesal.

" Itu dia! Cepat kejar perempuan itu! "

Suara teriakan itu menyadarkanku jika sekarang aku lagi dalam bahaya.

Penglihatanku jatuh pada sebuah sema -semak, sepertinya aku harus bersembunyi di sana. Kaki ku sudah tidak sanggup lagi untuk berlari.

Aku berlari ke arah semak tersebut, menyembunyikan tubuhku disana.

Disini sangat gelap, membuat tubuhku bergetar ketakutan.
Ditambah lagi dengan rintik hujan yang tak kunjung berhenti.

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang