51 (End)

22 2 0
                                    


"Kak!!! "

Aku terus berlari, aku tidak peduli dengan kaki ku yang terasa sakit.

Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Air mataku jatuh membasahi wajahku. Suaraku terdengar serak setiap aku berteriak.

Aku tidak tau dimana ini.

Ruangan yang terlihat seperti lorong. Sempit, gelam, dan lembab itu yang aku rasakan sekarang.

Entah bagaimana aku berada di tempat ini. aku terbangun dengan keadaan basah kuyup.

" Kak Angkasa!Kak Langit! " teriakku pada dua orang yang beradah jauh di depanku. Mereka membelakangiku, tapi aku yakin mereka adalah kedua kakak laki-laki ku.

Semakin aku mengejar mereka, semakin merekah menjauh.
Mereka tidak bergerak, hanya berdiri membelakangiku. Tetapi aku merasa demikian.

Aku terbatuk, aku tidak sanggup lagi berlari mengejar mereka. Nafasku memburu, air mataku sedari tadi tidak berhenti terjatuh.

Suara air berdecih terdengar saat aku menjatuhkan tubuhku.

Aku memegang dadaku, jantungku berpacu sangat cepat.

Aku tidak tau darimana asal cahaya yang menerangi jalanku. Walau samar, tapi cahaya itu membantuku melihat sekitarku.

Aku menutup wajahku, suara isakan kecil keluar dari mulutku.

"AGHHRR! " aku berteriak.

Entah apa yang terjadi padaku, mengapa aku tidak mengingat apa yang terjadi padaku sebelumnya.

Aku tidak tau mengapa aku berada di tempat ini. Aku hanya mengingat jika aku sedang berada di rumah sendirian, hanya itu. Aku tidak mengingat yang lain.

"Kak!! Ini di mana?. Aeera mau pulang! " teriakku kembali.

"Dek? "

Aku mengankat wajahku.

Wajah kak Angkasa dan kak Langit menjadi pemandangan pertama yang aku lihat.

Aku berdiri.

"Kak!! " jeritku, lalu memeluk mereka berdua.

"Aeera kangen!Aeera takut sendiriaan di sini!. Kenapa kalian gak dengar Aeera panggil dari tadi" ujarku sembari mempererat pelukanku.

" Udah tua!, tetap aja cengeng. Gak berubah" hinaan dari kak Angkasa tidak aku pedulikan.

"Jangan tinggalin Aeera lagi. Aeera gak mau sendiri. Ajak bunda sama ayah pulang, Aeera gak mau kesepian lagi" curhatku pada mereka.

Aku merasakan sebuah tangan mengelus kepalaku.

"Aeera udah besar, jangan nangis lagi"

"Aeera rindu sama kita? "
Aku mengagguk cepat.

" Aeera pengen kayak dulu lagi" balasku.

" Aeera udah ngerasain hal itu, sekarang waktunya bangun" kata kak Langit.

"Enggak!, Aeera udah lama gak ngeliat kalian. Aeera rindu" ujarku.

" Aeera uadah ngerasain punyak banyak uang, punya banyak teman, sekarang apa lagi yang Aeera mau? "

" Kapan? Aeera gak pernah punya teman" kataku menentang ucapan kak Langit.

Mereka terseyum.

" Ini cuma mimpi dek, sekarang waktunya bangun" kata kak Langit lembut. Dia menghapus air mataku.

"Jangan cengeng lagi, kamu udah tua! "

Aku menggeleng,

" Aku gak cengeng" kataku terus menggelengkan kepalaku.

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang