26

17 3 0
                                    


 

Dari tempat duduk ku sekarang, aku dapat melihat Shelia dan kedua temannya sedang tertawa bersama.

Mereka bertiga sedang mempermalukan seorang siswi.

Siswi itu menunduk, punggungnya bergetar, mungkin dia menangis.

Pemandangan seperti ini sudah biasa aku lihat jika berada di kantin.

Sekarang aku memang sedang berada di kanti bersama Sartika dan Melsa. Untuk pertama kalinya Melsa mau makan bersama kami di kanti biasanya Melsa akan menolak ajakanku.

Aku memakan seblak yang Sartika belikan padaku, sebernya aku tidak menyukai makanan ini,tapi mau bagaimana lagi dia sudah terlanjur membelinya.

Kebiasaan Sartika yang selalu pergi memesan makanan tanpa bertanya padaku.

Di depanku Melsa dan Sartika duduk, menikmati makanan mereka. Mereka berdua sepertinya sangat menyukai makanan yang bernama seblak ini.

"Gak enak ya? "

Aku menoleh ke samping tempat duduk ku. Ternyata itu Dewi, selalu saja dia datang tiba-tiba.

"Gue tau lo gak suka sama makanan itu" Dewi menunjuk makananku.

Dewi memang benar aku tidak menyukai makanan ini.

"Kasian, jangan paksa kalo emang gak enak buang aja" ujar Dewi.

" Mubazir" kataku membalas perkataan Dewi.

"Apanya yang mubazir Aeera? "

Aku menghentikan kunyahanku pada mulutku.

"Hah? "

"Lo tadi bilang mubazir"

Mampus, Sartika mendengar perkataanku.

"Aanggh"

Aku menggarut rambut ku yang tak gatal, aku bingung ingin menjawab apa.

"Tadi ada yang mubazir" jawabku asal.

"Siapa? "

Uhh, kenapa Sartika sangat kepo.

"Ada gue gak tau namanya"

Suara tawa yang tertahan terdengar dari sampingku. Itu tawa Dewi, aku tau itu.

"Lo emang paling pande kalo bohong"

Aku pura-pura tidak mendengar perkataan dari Dewi, jika aku mebalas perkataannya aku takut Sartika mendemgarnya lagi.

Byurr...

Refleks aku berdirih dari tempat dudukku. Sensasi dingin kurasakan pada wajahku.

Dengan kasar aku mengusap wajahku, lalu menatap seorang siswi yang  menundukan kepalanya di depanku.

Siswi dengan sweater berwarna dongker itu masih menundukkan kepalanya sampai Sartika mendorongnya hingga terjatuh.

"Maksud lo apa! " teriak Sartika sambil menarik rambut siswi itu.

Aku tak berniat menghentikan Sartika yang membentak siswi itu.

Aku tidak pernah berbuat kesalahan pada siswi itu, jangakan berbuat kesalah bicara saja aku tidak pernah dengannya.

Aku tidak mengenalnya.

Tanpa rasa bersalah dia menumpahkan minuman dingin ke wajahku, sungguh ini kali pertama seseorang memperlakukanku seperti ini.

Aku terus menatap siswi itu dengan tajam, dia membalas tatapan ku.

Matanya berair.

Ini ulahnya, kenapa dia menangis, seolah-olah dia korban di sisni.

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang