11

34 5 0
                                    


Jangan lupa tekan bintang di pojok bawah yaa😘

Vote dulu jangan jadi pembaca gelap 😊

Sampe sini gimana ceritanya?

Gak nyambung?

Gak seru?

Atau ada banya kesalahan?
Jangan lupa komen ya.

Maklum ya kalo ceritanya aneh, soalnya cerita pertama.

Sweet smail,,,

                          🍂🍂🍂

Aku membuka mataku saat merasakan seseorang mengguncang tubuhku pelan.

"Bangun!" perintahnya, sambil menampar-nampar pipiku.

Aku merasa terusik karena orang tersebut, perlahan aku membuka mataku.

Wajah Kak Langit menjadi pemandangan pertama yang aku lihat.

Aku mengucek mataku, lalu duduk di tepi kasur.

Aku merasakan badanku lemas.

"Bangun, udah mau sore gak baek tidur"

"Hm, iya"balasku, aku masih mengantuk.

Sudah soreh ya, aku pikir ini masih siang. Jadi aku sudah tertidur cukup lama.

" Mau kemana? "tanya kak Langit, ketika melihat aku berdiri.

Mataku melusuri setiap inci ruangan ini.

"Kamar mandi di mana kak? " tanyaku padanya.

"Mau ke kamar mandi"sambungku.

" Oooo. Itu disan, tinggal masuk aja" tunjuk kak Langit pada sebuah pintu.

Aku mengangguk, lalu berjalan menuju pintu yang di katakan kak Langit tadi.

"Bisa sendiri kan? ".

Aku menautkan alisku bingung.

"Bisa apa nya? "

"Bisa sendirikan jalannya. Atau mau di bantu jalan sampe kamar mandi ".

Pertanyaan gak bermutu. Kak Langit gak buta kan?. Bukankah sekarang dia sedang melihat aku berdiri, dan baru saja aku berjalan beberapa langkah.

"Gak perlu kak. Aku ngesot aja kalo nanti gak bisa jalan"

Kak Langit terkekeh.

"Enggak becanda, tadi abang pikir kamu masih lemas kalo jalan"

Tidak memperdulikan perkataannya lagi, aku berjalan memasuk kamar mandi itu.

Aku tidak sengaja melihat pantulan diriku di cermin yang ada di dekat pintu kamar mandi yang barusaja aku masuki.

Mataku membulat saat melihat bayangaku sendiri. Jantungku seakan sedang berlari -lari di tempatnya.

Aku memperhatikan sekali lagi wajahku, apa aku juga salah lihat kali ini. Apa ini benar-benar aku atau ada yang salah dengan mataku.

Tanganku terangkat menyentuh wajahku, aku mencubit pipi kiriku.
Uhh ,,sakit.

Mataku tidak rusak kan, apa ini benar.

"Aaaaaaa!!! " teriakku hiteris.

Aku ingin meluruskan semua ini.
Ini sebenarnya nyata atau aku hanya mimpiku saja.

Mengapa semua jadi begitu aneh.

Pertama aku yang entah berada di mana, dan yang ini, ini lebih aneh.

Aku melihat wajahku di cermin. Iya itu memang wajahku. Tapi itu mirip dengan aku ketika aku Sma dulu. Saat usiaku 17 tahun. Kemana wajahku yang berunur 27 tahun. Aku menarik rambutku dengan kedua tangnku.

Apa aku sudah gila?

Iya, mungkin aku sudah gila karna terlalu merindukan keluargaku sampai-sampai aku berhayal bahwa sekarang aku sedang bersama meraka.

Brakkk...

Pintu kamar mandi dibuka secara paksa.

" Ra, kamu gak papa?,Ada apa?, ada yang sakit"

"Kenapa kamu teriak? "

Aku tau itu adalah suara kak Angkasa dan kak Langit, tanpa melihat sang empuh aku sudah hafal suara mereka yang terkesan mirip.

Mataku masih belum lepas dari cermin itu.

"I-itu"

Aku menujuk cermin tersebut dengan suara yang sedikit bergetar. Aku syok dengan semua ini.

Sangat aneh.

"Itu kenapa Ra?, kenapa kamu kayak orang ketakutan gitu?"

"Itu siapa?. Itu aku kak? "tanyaku pada akhirnya.

Aku tau itu aku,tapi aku hanya ingin memastikannya saja.

"Ahahahhahahaha!. Astagfirullah perut gue sakit banget dah!!. Aahahhahhaha!"

Aku dan kak Angkasa kompak melihat ke arah kak Langit.

"Astagfirullah sama muka sendiri aja lupa, hahhahha"

" Yang ini mata kamu Ra, yang ini hidung, ini pipi, ini rambut, ini kuping, dan yang ini namanya mulut"

Kak Langit mendekat ke arahku lalu menujuk anggota badanku yang disebutkan olehnya.

" Yang ini kaki, kali aja kamu lupa sama kaki Ra"

Oke, ini menyebalkan bukan itu yang ku maksud.

"Sampe segitunya ya efek dari lupa ingata. Hahha..."

Kak Angkasa menyiku tangan Kak Langit, menyuruh agar kak Langit berhenti tertawa.

"Udah Ra sekarang kamu istirahat aja lagi. Mungkin kamu butuh istirahat yang lebih"

Aku mengangguk.

Aku merasa seperti sedang di permalukan sekarang.

"Tidur lagi. Nanti Abang bangunin kalo udah waktunya makan" ujar kak Angkasa sembari menarik kak Langit keluar.

Setelah kepergian meraka berdua, aku kembali ke kamar mandi. Melihat wajahku kembali.

Benarkah ini.

Aku menyentuh wajahku kembali.

Wajahku saat aku masih duduk di bangku Sma.

Wajah yang selalu terlihat dingin dan cuek.

Mungkin saat aku bekerja di rumah sakit, sifat dinginku mulai mencair sedikit demi sedikit.

Aku mengacak rambutku.

Aku pusing melihat semua ini.

Ini semakin aneh saja.

"Bantu mereka yang membutuhkanmu"

Lagi, sekali lagi aku mendengar suara yang aku dengar  saat di rumah sakit.

Aku melihat ke arah kalungku.

"Apa lo yang bawa gue ke sini. Apa ini semua benar?. Ini gak cuna hayalan gue aja kan?"

Aku berbicara pada kalung milikku.

Bicara dengan benda mati memang tidak ada gunanya. Tidak akan ada yang menanggapi nya, aku menghelai nafas frustasi.

Tapi sebenarnya ada sedikit rasa bahagia dalam hatiku. Setidaknya disini ada keluargaku.

Aku selalu berharap ini bukanlah mimpi, bukan juga halusinasiku, aku harap ini adalah kenyataan.



Lorong waktu 11.

See u ☺☺☺☺☺☺

Lorong waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang