Setelah satu jam lebih aku dan mereka berada di rung Bk, kini aku, Shelia, dan Sartika berada di toilet.
Sedangkan teman Shelia, Celyi, dan Meri berada di gudang. Tak lupa dengan siswi yang ternyata bernama Dinda itu, juga berada di gudang.
Tugas kami tak lain dan tak bukan adalah membersikan toilet.
Aku merasa kesal kepada Shelia, dia yang memulai semua ini. Harusnya dia saja yang di beri hukuman. Aku juga merasa kesal dengan siswi yang bernama Dinda itu.
Kenapa dia harus berbohong waktu di ruang Bk tadi. Kenapa dia tidak mengatakan yang sesungguhnya, setakut itu kah dia dengan Shelia.
Sampai dia membohongin dirinya sendiri.
Aku menulikan pendengaranku, pura-pura tidak mendengar pertengkaran antara Shelia dan Sartika.
Sedari tadi mereka berdua selalu beradu mulut.
"Heh!, lo kalo ngomong yang sopa ya!. Gue ini senior lo! "
"Mau lo senior , presiden , tukang bakso, bahkan tukang sapu, gue gak peduli. Orang kayak lo gak pantes di sopanin"
"Maksud lo apa bilang gue tukang sapu!"
"Lah emang benarkan, lo itu calon tukang sapu"
Aku memasuki satu bilik toilet untuk membersihkan nya.
Pertengkaran mereka masih saja terdengar, lama-lama jika begini gendang telingaku bisa terkena masalah.
Shelia, sedari tadi aku masih melihat bayangan hitam di belakangnya. Jika di kanti waktu itu bayangan hitam itu berubah menjadi seorang wanita, maka sekarang aku tak melihat wanita itu. Hanya bayangan hitam saja yang aku lihat.
" Kalo kalian berdua ribut terus, sampai tom sama jeri bisa bicara pun tugas kita gak bakalan selesai"
Ujarku pada mereka berdua.
"Diam lo! "
Bentakan itu kompak keluar dari mulut mereka, membuatku tersentak.
" Kenapa sih, lo itu suka banget gangguin orang! " ucap Sartika dengam nada yang membentak.
"Itu bukan urusan lo, selagi gue senang lakuin itu kenapa enggak?!"
Raut wajah Sartika terlihat marah, wajahnya memerah menahan emosinya.
"Lo ngaku sebagai senior, harusnya lo itu bikin contoh yang baik buat adek kelas lo"
"Siapa lo ngatur-ngatur hidup gue? "
" Kayak nya, bapak sama ibu lo gak ngajarin lo sopasantu makanya lo belagu kek gini".
Shelia terdiam mendemgar ucapan Sartika.
"Iya, emang orang tua gue gak ngajarin gue supaya jadi anak yang baik kayak lo" Shelia menatap tajam Sartika.
"Pantas anak nya kayak gini"
Sartika membalas tatapan tajam dari Shelia, mereka saling bertatapan.
"Udah lah, kapan siapnya hukuman kita kalo kalian berdua ribut terus".
Aku ikut emosi melihat sikap mereka berdua. Sedari tadi tak berhenti bertengkar.
Shelia menatap ku, dia merampas kain pel yang ada di tanganku dengan kasar.
Apa aku yang salah lihat atau memang benar, aku melihat raut wajah sedih darinya.
Rasa sedih yang sepertinya bercampur dengan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong waktu [END]
Teen FictionDon't forget follow me *=* Hidupku berubah saat aku menemukan lorong yang aneh. Aku pernah mendengar cerita lorong waktu dari kedua kakak laki - lakiku. Mereka bilang mereka ingin membuat benda yang bisa membawamu ke sebuah lorong waktu , sungguh m...