Chapter 75 [ Penaklukan Eterenth (6) ]

128 20 11
                                    

Langit perlahan berubah tenang, angin yang tadinya menderu perlahan mereda. Di tengah medan pertempuran yang luas, sang Princess berdiri tegak dengan mata memandang jauh ke arah ribuan musuh yang bergerak cepat mendekatinya. Mereka tampak seperti gelombang yang siap melahap segala hal di hadapannya. Namun, Naeva Winter berdiri diam di udara.

Dari langit yang redup itu, sebuah bulu putih melayang turun. Bulu itu berkilau lembut, bercahaya seolah memiliki jiwanya sendiri. Sesaat kemudian, satu demi satu, ribuan bulu yang serupa mulai jatuh dari angkasa, melayang perlahan seperti salju yang jatuh dengan tenang. Setiap helainya berpendar dalam cahaya keperakan, membuat langit tampak dihujani oleh sinar bulan.

Bulu-bulu itu jatuh dengan damai, seolah tidak ada berat yang terkandung di dalamnya. Hingga akhirnya, ketika bulu-bulu itu hampir menyentuh permukaan tanah, gadis itu menggerakkan sedikit jari-jarinya.

Seketika itu juga, bulu-bulu tersebut hancur dan tercerai berai. Dari setiap helai bulu yang tampak lembut itu, terbentuk jarum-jarum tajam berkilauan, jutaan jumlahnya. Jarum-jarum tersebut melesat cepat ke segala arah, mengoyak udara dengan suara desingan nyaring. Masing-masing jarum memancarkan Nova dingin yang mampu menembus tubuh musuh dengan presisi sempurna.

Gelombang perwujudan Eterenth yang tadinya mendekat kini terdiam sejenak sebelum tubuh-tubuh mereka runtuh, tertusuk oleh jutaan jarum kecil yang muncul entah dari mana. Jeritan yang sebelumnya memenuhi udara hilang dalam sekejap, tersapu oleh ketenangan yang diciptakan oleh sosok melayang itu.

Tak berhenti di sana. Sosok itu memutar pelan tangannya, membuat jarum-jarum yang telah menancap di tanah dan tubuh-tubuh musuh mulai bergerak kembali, membentuk lingkaran di udara. Seperti kilatan cahaya yang tak terlihat, mereka melesat lagi, menghantam bayang Eterenth yang tersisa dengan kekuatan yang sama. Tidak ada yang mampu bertahan dari serangan yang begitu tajam darinya.

Begitu semuanya selesai, Naeva menurunkan tangannya perlahan. Sisa-sisa bulu putih yang tersisa berputar lembut di udara, sebelum lenyap sama sekali. Tanah yang tadinya penuh dengan hamparan musuh kini telah kosong, hanya menyisakan kesunyian sahaja.

Sang Dewi masih berdiri di tengah kesunyian yang ia ciptakan. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat. Dari kejauhan, terdengar gemuruh yang dalam, seperti raungan makhluk-makhluk yang marah dan haus akan balas dendam. Tanah mulai bergetar, dan udara di sekitarnya terasa berat, dipenuhi dengan energi gelap yang kembali mengumpul.

Pasukan Eterenth yang sebelumnya terkoyak oleh jarum-jarum Naeva, kini merespon dengan kekuatan yang lebih besar. Dari bayang-bayang yang tak terhingga, pasukan itu muncul kembali. Sosok-sosok yang tak lagi tampak acak dan terpecah, telah menyatu, membentuk gelombang kegelapan yang jauh lebih solid, bergerak bersama seperti arus laut yang akan menenggelamkan segalanya.

Naeva menyipitkan matanya, mengamati bagaimana Eterenth perlahan menguasai medan pertempuran kembali. Tidak ada emosi di wajahnya, hanya ketenangan yang mengalir. Dia mengangkat tangannya sekali lagi, bersiap untuk melancarkan serangan berikutnya.

Namun, sebelum ia sempat bergerak, tanah di bawahnya retak. Dari celah-celah tersebut, muncul tangan-tangan hitam berkilauan, mencengkeram permukaan dengan kekuatan yang besar. Ada pula percobaan untuk menangkap nya dengan sentuhan pemusnahan instan. Sayang untuk mereka, gadis itu mampu menghindari semuanya dengan gerakan seminimal mungkin. Sepertinya tidak ada gunanya menggunakan semacam pelindung untuk mencegah tangan itu, pelindung yang Naeva ciptakan dengan mudah musnah seperti besi yang terkena cairan asam.

Gagal dengan itu, jalan lain mereka tempuh. Dalam sekejap, sosok-sosok besar dari Eterenth bangkit, mereka jauh lebih masif dan berbahaya daripada sebelumnya. Salah satu makhluk itu mengayunkan lengannya, mencoba meremukkan Naeva dengan kekuatan kasar. Gerakannya begitu cepat hingga membelah udara. Namun, Naeva hanya melangkah mundur, tubuhnya melayang ringan seolah terangkat oleh angin. Tangan hitam itu menghantam tanah dengan keras, meninggalkan kawah besar kerana meleset dari tujuannya.

The Unfettered Ice Princess [Vol 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang