Di sudut perpustakaan kuil yang tak ramai di kunjungi, di antara rak-rak putih yang sejajar dan buku-buku yang tertata rapi, tiba-tiba cahaya lembut muncul dari celahnya. Cahaya itu berwarna keemasan, hangat namun misterius, menari di antara bayangan. Seolah-olah didorong oleh kekuatan tak terlihat, buku-buku mulai bergeser, membuka jalan untuk sesuatu yang lebih dari sekadar halaman-halaman kertas.
Dari celah yang terbentuk, portal mulai muncul, berpendar dengan warna-warna lembut—ungu, biru, dan emas—berputar perlahan seperti tinta yang larut di air. Di balik pusaran itu, samar-samar terlihat ruangan gelap, dengan pemandangan menakjubkan dan arsitektur yang hanya bisa ditemukan dalam mimpi-mimpi. Rak buku di sekitar portal bergetar ringan, seakan terbangun dari tidur panjang mereka, sementara aroma manis nan jernih mulai memenuhi udara, keluar dari portal tersebut.
Portal nya berdiri di sana, di tengah-tengah perpustakaan, mengundang siapa pun yang menemukan jalan ini untuk melangkah masuk dan mengeksplorasi misteri yang tersimpan di baliknya, meninggalkan dunia nyata di antara halaman-halaman buku yang terabaikan. Sayangnya, ini bukanlah situasi bak dongeng seperti itu, gadis yang berdiri di hadapan portal, sama sekali tak pernah menghayalkan portal itu sebagai jalur memasuki dunia buku.
Gadis itu tahu dengan jelas, apa yang ada dibalik portal itu, bukanlah sesuatu yang mendebarkan dan menggetarkan jiwa petualang seseorang. Dengan langkah yang ringan, kedua kakinya mulai membawanya meninggalkan perpustakaan. Menghilang tanpa jejak bak ditelan portal.
.
.
.
Ruang (Dimensi) Bawah Tanah Cabang Sacred Temple
Saat gadis itu melangkah ke dalam dimensi asing tersebut, kegelapan menyelimutinya bagai tirai tebal yang mengaburkan pandangan. Udara terasa dingin dan berat, dipenuhi oleh aura yang menekan.
[ Master!! ]
Di sana, di tengah kehampaan gelap yang nyaris tak berujung, suara manja dan ceria seorang gadis muda bergema, menyambut sang master dengan senyum polos yang kontras dengan suasana suram di sekelilingnya. Bukan kelinci putih dari dunia dongeng yang muncul, melainkan gadis ini, melambaikan tangan dengan antusias, mengabaikan atmosfer mencekam yang melingkupinya.
Sang master tidak membalas sapaan itu, sepenuhnya terfokus pada sesuatu yang lain—sesuatu yang lebih besar dan lebih mendalam dari sekadar kehadiran gadis tersebut. Matanya menyipit saat dia merasakan kehadiran energi itu di udara.
"Ini... Veeha Arc-Angel?"[ Ah, dia? Aku bisa jelasin, Master! ]
Namun, sebelum gadis itu sempat menjelaskan lebih jauh, sang master telah mengenali sumber energi itu. Pandangannya tertuju pada sesosok malaikat yang tersegel dalam penjara buatan. Malaikat itu terperangkap dalam rantai-rantai gelap yang berkilauan samar. Tubuhnya seolah membaur dengan bayangan, sayap-sayapnya, yang dulu mungkin bersinar dengan cahaya surgawi, kini terkulai, terjerat oleh belenggu yang mengekangnya. Sementara mata emas malaikat itu memancarkan cahaya lembut, walau dikelilingi oleh kegelapan.
[ Master kacang ihh!!! ]
Kedua pasang mata biru dan emas itu saling tertuju pada satu sama lain. Seakan cukup dengan itu saja, mereka mampu berkomunikasi. Dan cukup dengan itu pula, masing-masing dari mereka dapat memperkirakan situasi satu sama lain.
"Jadi kau lah rekan dari Nona Aquarius?"
Sang malaikat memulai pembicaraan dengan suara lirih."Ya."
Naeva penasaran sudah berapa lama malaikat itu ada disana. Dilihat dari aliran Nova tempat ini, sepertinya waktu berjalan lebih lambat disini.Ia tak yakin dengan angka tepatnya, mungkin perbedaannya sekitar... 1:480? Dengan kata lain, kemungkinan dua puluh hari disini hanya satu jam diluar. Itu cukup drastis mengingat ini adalah dimensi buatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unfettered Ice Princess [Vol 2]
FantasiaVolume kedua dari Novel [ The Unfettered Ice Princess ] Dimulai dari Lantai 6 Tower [ Sebagian besar ilustrasi berasal dari AI. Kalau ada yang bukan dari AI, akan ada tulisan artist nya ]